Sosiologi pendidikan merupakan studi yang mempelajari perkembangan kehidupan masyarakat sebagai makhluk sosial dapat terpengaruh oleh cara pendidikan yang pernah atau sedang dijalankan.
Soerjono Soekanto(1980)
Bahan Kuliah
SOSIOLOGI PENDIDIKAN
A. Tentang Sosiologi
Auguste Comte (Bapak Sosiologi)
Tokoh yang pertama kali mengemukakan istilah sosiologi adalah Auguste Comte (1798-1857) Seorang filsuf dari prancis, Sehingga Auguste Comte dikenal sebagai Bapak Sosiologi. Secara etimologis, sosiologi dari dua kata , yakni : socius dan logos.
Socius merupakan bahasa latin yang berarti teman, Sedangkan logos merupakan basaha yunani yang artinya Perkataan atau ilmu. Jadi, sosiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang cara bertemanNamun umumnya sosiologi dikenal sebagai ilmu pengetahuan tentang masyarakat. Masyarakat adalah sekelompok individu yang mempunyai hubungan, memiliki kepentingan bersama, dan memiliki budaya. Sosiologi hendak mempelajari masyarakat, perilaku masyarakat, dan perilaku sosial manusia dengan mengamati perilaku kelompok yang dibangunnya. Bapak sosiologi indonesia ialah Selo Soemardjan (2016).(http://tulisan-ilmu.blogspot.co.id/2016).
Akar kata Sosiologi
Socius = Kawan / Masyarakat.
Logos = Kata / Berbicara / Ilmu pengetahuan
Sosiologis = berbicara mengenai masyarakat.
Sosialisme = idiologi yang berpokok pada prinsip pemilikan umum.
Sosial pada kata Departemen Sosial menunjukan pada kegiatan di lapangan sosial.
Sosiologi = ilmu sosial yang obyeknya adalah masyarakat.
B. Tentang Pendidikan
Pendidikan merupakan bagian penting dari kehidupan yang sekaligus membedakan manusia dengan makhluk hidup lainnya. Hewan juga belajar tetapi lebih ditentukan oleh instingnya. Sedangkan manusia, hidup menggunakan akal pikiran yang dimilikinya dalam setiap berprilaku. Pada hakikatnya pendidikan adalah suatu usaha manusia untuk meningkatkan ilmu pengetahuan, yang didapat dari lembaga formal maupun non formal.
Sebelum lebih jauh membahas tentang seluk beluk pendidikan, ada baiknya kita mengetahui terlebih dahulu mengenai batasan atau pengertian pendidikan. Dengan pemahaman yang utuh, kita akan lebih mudah memasuki pembahasan-pembahasan yang lebih dalam tentang pendidikan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991:232), pendidikan berasal dari kata “didik”, lalu diberikan awalan kata “me” sehinggan menjadi “mendidik” yangartinya memelihara dan memberi latihan. dalam memeliahara dan memberi latihan diperlukan adanya ajaran, tuntutan dan pimpinan mengenai akhlak dan kecerdasan pemikiran. Beberapa pengertian pendidikan, diantaranya adalah sebagai berikut:
Pengertian Pendidikan menurut Para Ahli :
1) John Dewey. : Pendidikan adalah proses pembentukan kecakapan-kecakapan fundamental secara intelektual, emosional ke arah alam dan sesama manusia
2) M.J. Longeveled : Pendidikan adalah usaha , pengaruh, perlindungan dan bantuan yang diberikan kepada anak agar tertuju kepada kedewasaannya, atau lebih tepatnya membantu anaka agar cukup cakap melaksanakan tugas hidupnya sendiri.
3) Thompson :Pendidikan adalah pengaruh lingkungan terhadap individu untuk menghasilkan perubahan-perubahan yang tetap dalam kebiasaan perilaku, pikiran dan sifatnya.
4) Frederick J. Mc Donald:Pendidikan adalah suatu proses atau kegiatan yang diarahkan untuk merubah tabiat (behavior) manusia.
5) H. Horne : Pendidikan adalah proses yang terus-menerus dari penyesuaian yang berkembang secara fisik dan mental yang sadar dan bebas kepada Tuhan.
6) J.J. Russeau : Pendidikan adalah pembekalan yang tidak ada pada pada saat anak-anak, akan tetapi dibutuhkan pada saat dewasa.
7) Ki Hajar Dewantara:Pendidikan adalah daya upaya untuk memajukan budi pekerti, pikiran, serta jasmani anak, agar dapat memajukan kesempurnaan hidup yaitu hidup dan menghidupkan anak yang selaras dengan alam dan masyarakatnya.
8) Ahmad D. Marimba: Pendidikan adalah bimbingan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama.
9) Insan Kamil:Pendidikan adalah usaha sadar yang sistematis dalam mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam diri manusia untuk menjadi manusia yang seutuhnya.
10)Ivan Illc:Pendidikan adalah pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup.
11) Edgar Dalle: Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat, dan pemerintah melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan, yang berlangsung di sekolah dan di luar sekolah sepanjang hayat untuk mempersiapkan peserta didik agar dapat mempermainkan peranan dalam berbagai lingkungan hidup secara tetap untuk masa yang akan datang.
12) Hartoto: Pendidikan adalah usaha sadar, terencana, sistematis, dan terus-menerus dalam upaya memanusiakan manusia.
13) Ngalim Purwanto:Pendidikan adalah segala urusan orang dewasa dalam pergaulannya dengan anak-anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohaninya kearah kedewasaan.
14) Driakara: Pendidikan adalah memanusiakan manusia muda atau pengangkatan manusia.
15) W.P. Napitulu: Pendidikan adalah kegiatan yang secara sadar, teratur, dan terencana dalam tujuan mengubah tingkah laku ke arah yang diinginkan.
16)Umar Tirtaraharja ( mantan Rektor UVRI ): Pendidikan adalah pewarisan budaya dari satu generasi ke generasi berikutnya.
C. Tentang Sosiologi Pendidikan
B. Reuter mengatakan bahwa sosiologi pendidikan berkewajiban menganalisis evolusi pendidikan dalam hubungannya dengan perkembangannya dengan manusia (T.Y. Brown 1961:40)
Educational Sociology dan Sociology of Education.
Pada awal perkembangan sosiologi pendidikan masuk ke Indonesia ada sementara perguruan tinggi yang memiliki jurusan pendidikan menggunakan istilah Educational Sociology . Dalam perkembangan lebih lanjut para ahli perkembangan Indonesia juga menggunakan istilah Sociology of Education.
Dengan adanya dua istilah itu, maka untuk sementara ahli pendidikan Indonesia telah menggunakan pemahaman yang rancu tentang sosiologi pendidikan dalam prosesnya yang harus digunakan akibat kerancuan tersebut Prof .W. Taylor memberikan jalan tengah dengan menyarankan :
1) Kedua istilah itu (educational sociology dan sociology of education) dapat digunakan.
2) Educational Sociology studi penekanannya pada pertanyaan kependidikan dan proses sosial.
3) Sociology of Education studi penekanannya pada masalah sosiologis
4) Educational Sociology adalah prinsip umum dan penemuan sociology dalam proses pendidikan: sociology of education adalah analisis terhadap proses sosiologis yang berlangsung dalam lembaga pendidikan.
Selain dari pada itu muncul istilah ke tiga yaitu social foundation of education yang merupakan bidang penelaahan yang mencakup sejarah, filsafat, sosiologi pendidikan, dan komparasi (perbandingan) pendidikan. Dalam perkembangan lebih lanjut kedua istilah di atas yaitu: educational sosiology dan sosiology of education sama-sama dimanfaatkan oleh disiplin sosiologi pendidikan.Adapun istilah yang disepakati adalah educational of sociology. Lebih lanjut Dr. Banks menyarankan sosiologi pendidikan menjadi bagian dari ilmu sosiologi bukan bagian ilmu pendidikan.
Educational Sociology adalah prinsip umum dan penemuan sociology dalam proses pendidikan: sociology of education adalah analisis terhadap proses sosiologis yang berlangsung dalam lembaga pendidikan.
Selain dari pada itu muncul istilah ketiga yaitu social foundation of education yang merupakan bidang penelaahan yang mencakup sejarah, filsafat, sosiologi pendidikan ,dan komparasi (perbandingan) pendidikan. Dalam perkembangan lebih lanjut kedua istilah di atas yaitu : educational sosiology dan sosiology of education sama-sama dimanfaatkan oleh disiplin sosiologi pendidikan. Definisi Sosiologi pendidikan secara umum Ilmu yang mempelajari seluruh aspek pendidikan, baik itu struktur, dinamika, masalah-masalah pendidikan, ataupun aspek-aspek lainnya secara mendalam melalui analisis atau pendekatan sosiologis.
Definisi Sosiologi pendidikan menurut F.G. Robbins Sosiologi khusus yang tugasnya menyelidiki struktur dan dinamika proses pendidikan. Struktur mengandung pengertian teori dan filsafat pendidikan, sistem kebudayaan, struktur kepribadian dan hubungan kesemuanya dengantata sosial masyarakat. Sedangkan dinamika yakni proses sosial dan kultural, proses perkembangan kepribadian,dan hubungan kesemuanya dengan proses pendidikan. Definisi Sosiologi pendidikan menurut H.P. Fairchild. sosiologi yang diterapkan untuk memecahkan masalah-masalah pendidikan yang fundamental. Definisi Sosiologi pendidikan menurut Prof. DR S. Nasution,M.A. Ilmu yang berusaha untuk mengetahui cara-cara mengendalikan proses pendidikan untuk mengembangkan kepribadian individu agar lebih baik.
Definisi Sosiologi pendidikan menurut Drs. Ary H. Gunawan Ilmu pengetahuan yang berusaha memecahkan masalah-masalah pendidikan dengan analisis atau pendekatan sosiologis. Manusia adalah makhluk sosial, yang selalu berkelompok dan saling membutuhkan satu sama lain. Kajian sosiologi pendidikan menekankan implikasi dan akibat sosial dari pendidikan dan memandang masalah-masalah pendidikan dari sudut totalitas lingkup sosial kebudayaan, politik dan ekonomisnya bagi masyarakat.
Apabila psikologi pendidikan memandang gejala pendidikan dari konteks perilaku dan perkembangan pribadi, maka sosiologi pendidikan memandang gejala pendidikan sebagai bagian dari struktur sosial masyarakat.
Dilihat dari objek penyelidikannya sosiologi pendidikan adalah bagian dari ilmu sosial terutama sosiologi dan ilmu pendidikan yang secara umum juga merupakan bagian dari kelompok ilmu sosial.
Sedangkan yang termasuk dalam lingkup ilmu sosial antara lain: ilmu ekonomi, ilmu hukum, ilmu pendidikan, psikologi, antropologi dan sosiologi. Dari sini terlihat jelas kedudukan sosiologi dan ilmu pendidikan.
Sosiologi sebagai ilmu pengetahuan telah memiliki lapangan penyelidikan, sudut pandang, metode dan susunan pengetahuan yang jelas.
Objek penelitiannya adalah tingkah laku manusia dan kelompok. Sudut pandangnya memandang hakikat masyarakat, kebudayaan dan individu secara ilmiah.
Sedangkan susunan pengetahuannya terdiri dari atas konsep-konsep dan prinsip-prinsip mengenai kehidupan kelompok sosial, kebudayaan dan perkembangan pribadi.
Dengan segala keunikan yang dimiliki oleh sosiologi pendidikan, kali ini kami selaku pemakalah akan membahas pengertian, ruang lingkup, sejarah, dan tujuan dan kegunaan sosiologi pendidikan.
D. Sejarah Sosiologi Pendidikan
Sejak manusia dilahirkan di dunia ini, secara sadar maupun tidak, sesungguhnya ia telah belajar dan berkenalan dengan hubungan-hubungan social yaitu hubungan antara manusia dalam masyarakat. Hubungan sosial out dimulai dari hubungan antara anak dengan orang tua kemudian meluas hingga ketetangga.
Dalam hubungan sosial tersebut terjadilah proses pengenalan dan proses pengenalan tersebut mencakup berbagai budaya, nilai, norma dan tanggung jawab manusia, sehingga dapat tercipta corak kehidupan masyarakat yang berbeda-beda dengan masalah yang berbeda pula.
Sosiologi ini dicetuskan oleh Aguste Comte maka dari itu dia dikenal sebagai bapak sosiologi, ia lahir di Montpellier tahun 1798. Ia merupakan seorang penulis kebanyakan konsep, prinsip dan metode yang sekarang dipakai dalam sosiologi berasal dari Comte.
Comte membagikan sosiologi atas statika social dan dinamika social dan sosiologi mempunyai cirri-ciri sebagai berikut:
a. Bersifat empiris yaitu didsarkan pada observasi dan akal sehat yang hasilnya tidak bersifat spekulatif.
b. Bersifat teoritis yaitu selalu berusaha menyusun abstraksi dan hasil observasi.
c. Bersifat kumulatif yaitu teori-teori sosiologi dibentuk berdasarkan teori yang ada kemudian diperbaiki, diperluas dan diperhalus
d. Bersifat nenotis yaitu tidak mempersoalkan baik buruk suatu fakta tertentu tetapi untuk menjelaskan fakta tersebut.
Comte mengatakan bahwa tiap-tiap cabang ilmu pengetahuan manusia mesti melalui tiga tahapan perkembangan teori secara berturut-turut yaitu keagamaan atau khayalan, metafisika atau abstrak dan saintifik atau positif.
Setelah selesai perang dunia II, perkembangan masyarakat berubah secara drastis dimana masyarakat dunia mengingnkan adanya perubahan dalam menyahuti perkembangan dan kebutuhan baru terhadap penyesuaian perilaku lembaga pendidikan.
Oleh karena itu disiplin sosiologi pendidikan yang sempat tenggelam dimunculkan kembali sebagai bagian dari ilmu-ilmu penting dilembaga pendidikan.
Menurut pendapat Drs. Ary H. Gunawan, bahwa sejarah sosiologi pendidikan terdiri dari 4 fase, yaitu:
1) fase pertama, dimana sosiologi sebagai bagian dari pandangan tentang kehidupan bersama filsafat umum. Pada fase ini sosiologi merupakan cabang filsafat, maka namanya adalah filsafat sosial.
2) Dalam fase kedua ini, timbul keinginan-keinginan untuk membangun susunan ilmu berdasarkan pengalaman-pengalaman dan peristiwa-peristiwa nyata (empiris). Jadi pada fase ini mulai adanya keinginan memisahkan diri antara filsafat dengan sosial.
3) sosiologi pada fase ketiga ini, merupakan fase awal dari sosiologi sebagai ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri. Orang mengatakan bahwa Comte adalah “bapak sosiologi”, karena ialah yang pertama kali mempergunakan istilah sosiologi dalam pembahasan tentang masyarakat. Sedangkan Saint Simon dianggap sebagai “perintis jalan” bagi sosiologi. Ia bermaksud membentuk ilmu yang disebut “Psycho-Politique”.
Dengan ilmu tersebut Saint Simon dan juga Comte mengambil rumusan dari Turgot (1726-1781) sebagai orang yang berjasa terhadap sosiologi, sehingga sosiologi menjadi tumbuh sendiri.
4) pada fase yang terakhir ini, ciri utamanya adalah keinginan untuk bersama-sama memberikan batas yang tegas tentang obyek sosiologi, sekaligus memberikan pengertian-pengertian dan metode-metode sosiologi yang khusus. Pelopor sosiologi yang otonom dalam metodenya ini berada pada akhir abad 18 dan awal 19 antara lain adalah Fiche, Novalis, Adam Muller, Hegel, dan lain-lain.
Tahun 1910 Sosiologi Pendidikn dikuliahkan pertama di universitas Colombia, dan 1917 terbit teks book Sosiologi Pendidikan karya Walter R. Smith dengan judul “Introduction to Educational Sociology”. Tahun 1916 Universitas Newyork, Universitas Kolombia, mendirikan sosiologi pendidikan. Tahun 1920 terbit jurnal sosiologi pendidikan pimpinan E. George Payne 1936 terbit majalah sosiologi pendidikan. Tahun 1940 diadakan review educational research yang dimuat dalam berbagai artikel majalah.
Di Indonesia tahun 1967 IKIP Jogjakarta memberikan mata kuliah sosiologi pendidikan pada jurusan deduktif kurikulum. Dan sampai saat ini sosiologi pendidikan di Indonesia berfungsi memantapkan Pancasila sebagai nilai universal integral bangsa indonesia.
E. Tujuan dan Kegunaan Sosiologi Pendidikan
Francis Broun mengemukakan bahwa sosiologi pendidikan memperhatikan pengaruh keseluruhan lingkungan budaya sebagai tempat dan cara individu memproleh dan mengorganisasi pengalamannya.
Sedang S. Nasution mengatakan bahwa sosiologi pendidikan adalah Ilmu yang berusaha untuk mengetahui cara-cara mengendalikan proses pendidikan untuk memproleh perkembangan kepribadian individu yang lebih baik.
Dari kedua pengertian dan beberapa pengertian yang telah dikemukakan dapat disebutkan beberapa konsep tentang tujuan sosiologi pendidikan, yaitu sebagai berikut:
Sosiologi pendidikan bertujuan menganalisis proses sosialisasi anak, baik dalam keluarga, sekolah, maupun masyarakat. Dalam hal ini harus diperhatiakan pengaruh lingkungan dan kebudayaan masyarakat terhadap perkembangan pribadi anak. Misalnya, anak yang terdidik dengan baik dalam keluarga yang religius, setelah dewasa/tua akan cendrung menjadi manusia yang religius pula. Anak yang terdidik dalam keluarga intelektual akan cendrung memilih/mengutamakan jalur intlektual pula, dan sebagainya.
Sosiologi pendidikan bertujuan menganalisis perkembangan dan kemajuan social. Banyak orang/pakar yang beranggapan bahwa pendidikan memberikan kemungkinan yang besar bagi kemajuan masyarakat, karena dengan memiliki ijazah yang semakin tinggi akan lebih mampu menduduki jabatan yang lebih tinggi pula (serta penghasilan yang lebih banyak pula, guna menambah kesejahteraan social). Disamping itu dengan pengetahuan dan keterampilan yang banyak dapat mengembangkan aktivitas serta kreativitas social.
Sosiologi pendidikan bertujuan menganalisis status pendidikan dalam masyarakat. Berdirinya suatu lembaga pendidikan dalammasyarakat sering disesuaikan dengan tingkatan daerah di mana lembaga pendidikan itu berada. Misalnya, perguruan tinggi bisa didirikan di tingkat propinsi atau minimal kabupaten yang cukup animo mahasiswanya serta tersedianya dosen yang bonafid.
Sosiologi pendidikan bertujuan menganalisis partisipasi orang-orang terdidik/berpendidikan dalam kegiatan social. Peranan/aktivitas warga yang berpendidikan / intelektual sering menjadi ukuan tentang maju dan berkembang kehidupan masyarakat. Sebaiknya warga yang berpendidikan tidak segan- segan berpartisipasi aktif dalam kegiatan social, terutama dalam memajukan kepentingan / kebutuhan masyarakat. Ia harus menjadi motor penggerak dari peningkatan taraf hidup social. Sosiologi pendidikan bertujuan membantu menentukan tujuan pendidikan. Sejumlah pakar berpendapat bahwa tujuan pendidikan nasional harus bertolak dan dapat dipulangkan kepada filsafat hidup bangsa tersebut. Seperti di Indonesia, Pancasila sebagai filsafat hidup dan kepribadian bangsa Indonesia harus menjadi dasar untuk menentukan tujuan pendidikan Nasional serta tujuan pendidikan lainnya.
Menurut E. G Payne, sosiologi pendidikan bertujuan utama memberi kepada guru- guru (termasuk para peneliti dan siapa pun yang terkait dalam bidang pendidikan) latihan – latihan yang efektif dalam bidang sosiologi sehingga dapat memberikan sumbangannya secara cepat dan tepat kepada masalah pendidikan. Menurut pendapatnya, sosiologi pendidikan tidak hanya berkenaan dengan proses belajar dan sosialisasi yang terkait dengan sosiologi saja, tetapi juga segala sesuatu dalam bidang pendidikan yang dapat dianalis sosiologi. Seperti sosiologi yang digunakan untuk meningkatkan teknik mengajar yaitu metode sosiodrama, bermain peranan (role playing) dan sebagainya.dengan demikian sosiologi pendidikan bermanfaat besar bagi para pendidik, selain berharga untuk mengalisis pendidikan, juga bermanfaat untuk memahami hubungan antara manusia di sekolah serta struktur masyarakat.
Sosiologi pendidikan tidak hanya mempelajari masalah–masalah sosial dalam pendidikan saja, melainkan juga hal–hal pokok lain, seperti tujuan pendidikan, bahan kurikulum, strategi belajar, sarana belajar, dan sebagainya. Sosiologi pendidikan ialah analisis ilmiah atas proses sosial dan pola- pola sosial yang terdapat dalam sistem pendidikan.
Jika dilihat zaman peradaban yunani pada masa Plato (427-327 BC), pendidikannya lebih mengutamakan penciptaan manusia sebagai pemikir, kemudian sebagai ksatria dan penguasa. Pada zaman Romawi, seperti masa kehidupan Cicero (106-43 BC), pendidikan mengutamakan penciptaan manusia yang humanistis. Pada abad pertengahan, pendidikan mengutamakan menjadikan manusia sebagai pengabdi Khalik (baik versi Islam maupun versi Kristiani). Pada abad pertengahan (1600-an-1800-an), melahirkan teori Nativisme (Rousseau, 1712-1778), Empirisme oleh Locke (1632-1704) dan konvergensi oleh Stern (1871-1939). Semuanya cendrung kepada nilai individu anak sebagai manusia yang memiliki karakteristik yang unik.
Menurut Nasution ada beberapa konsep tentang tujuan Sosiologi Pendidikan, antara lain sebagai berikut:
(1) analisis proses sosiologi
(2) analisis kedudukan pendidikan dalam masyarakat,
(3) analisis intraksi social di sekolah dan antara sekolah dengan masyarakat,
(4) alat kemajuan dan perkembangan social,
(5) dasar untuk menentukan tujuan pendidikan,
(6) sosiologi terapan, dan
(7) latihan bagi petugas pendidikan.
Konsep tentang tujuan sosiologi pendidikan di atas menunjukkan bahwa aktivitas masyarakat dalam pendidikan merupakan sebuah proses sehingga pendidikan dapat dijadikan instrument oleh individu untuk dapat berintraksi secara tepat di komunitas dan masyarakatnya.
Pada sisi yang lain, sosiologi pendidikan akan memberikan penjelasan yang relevan dengan kondisi kekinian masyarakat, sehingga setiap individu sebagai anggota masyarakat dapat menyesuaikan diri dengan pertumbuhan dan perkembangan berbagai fenomena yang muncul dalam masyarakatnya.
Tujuan sosiologi pendidikan pada dasarnya untuk mempercepat dan meningkatkan pencapaian tujuan pendidikan secara keseluruhan. Karena itu, sosiologi pendidikan tidak akan keluar darim upaya-upaya agar pencapaian tujuan dan fungsi pendidikan tercapai menurut pendidikan itu sendiri.
F. Pendekatan Sosial dalam pendidikan
Pendekatan ini mengkaji kondisi masyarakat atau sosial akibat pengaruh geografi. Misalnya perbedaan masyarakat Indonesia dengan masyarakat Eskimo. Atau Jawa-Papua, Jawa-Sulawesi, dsb. Demikian juga masyarakat India, Tibet, Afrika, Asia, Eropa, dan Amerika, dsb.
Akibat pengaruh geografi (topografi, klimatologi, temperatur udara ) sangat mempengaruhi sikap berpikir, bertindak, berbuat, dsb.
Di tengah masyarakat sebenarnya sering terjadi individu berhubungan dengan individu. Dan mereka saling menyesuaikan dengan lingkungannya. Misalnya ketika seseorang dari kawasan temperatur panas memasuki temperatur dingin/musim salju, mereka menyesuaikan dengan memakai pakaian seperti masyarakat yang hidup di udara dingin.
Oleh sebab itu proses perjumpaan individu dengan masyarakat dan sebaliknya diawali dengan interaksi sosial (saling ketergantungan). Dari hasil kajian seringkali interaksi sosial itu didasari oleh faktor-faktor :
a. Imitasi
b. Sugesti
c. Identifikasi
d. Simpati. (Tidarta , 2000 : 147n)
Penjelasannya :
Imitasi
Adalah anak didik meniru seseorang ( guru, teman, tetangga, orangtua, dsb ). Imitasi ada yang positif ada yang negatif.
Sugesti
Adalah anak tertarik pada pandangan atau sikap orang lain. Ketertarikannya tanpa kritik dan tanpa pertimbangan rasional.
Identifikasi
Adalah anak ingin menyamakan dirinya dengan orang lain yang dianggap memiliki kelebihan atau keistimewaan.
Simpati
Adalah tertariknya seseorang dari yang satu kepada yang lain. Simpati lahir karena pertimbangan perasaan , bukan pikiran.
G. Tentang Kebudayaan.
Kebudayaan : Cultuur ( bahasa Belanda ), Culture ( bahasa Inggris ), dari Colere (Latin), yang artinya mengolah, mengerjakan, menyuburkan, dan mengembangkan. Utamanya mengolah tanah atau bertani. Berkaitan dengan itu culture berkembang sebagai “ segala daya dan aktivitas manusia untuk mengolah dan mengubah alam “dari sudut bahasa Indonesia, kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta “ buddhayah “, bentuk jamak dari “ buddhi ” yang berarti budi atau akal. Budaya juga berasal dari kata majemuk “budi daya“, yang artinya “ daya dari budi “. Itulah yang membedakan budaya dan kebudayaan.
Budaya adalah daya dari budi (cipta, karsa, rasa), sedang kebudayaan adalah hasil dari cipta, karsa, rasa tersebut. Secara keseluruhan kebudayan adalah hasil usaha manusia untuk mencukupi semua kebutuhannya E.B Taylor, anthropolog Inggris mendefinisikan :“That complex whole which includes knowledge, bilief, art, moral, law, custom, and any other capabilities and habits acquired by man as member of society “.
Jadi kebudayaan bersifat kompleks, banyak seluk beluknya, dan merupakan totalitas, merupakan keseluruhan meliputi pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, custom,dan kapabilitas serta kebijaksanaan yang diperoleh manusia dalam masyarakat. Pencipta kebudayaan adalah manusia, fokus kebudayaan adalah masyarakat Sutherland and Woodward mengatakan bahwa : “Culture include anything that can be communicated from one generation to another. The culture of a people is their social heritage, complex whole which include knowledge, bilief, art, morals, law techniques of food fabrication and used and modes of communication “. Artinya : kebudayaan dapat dikomunikasikan dapat ditundukkan sebab kebudayaan itu adalah “ social heritage “, warisan sosial, bersifat totalitas yang kompleks.
Definisi Sutherland dan Woodward ini sejajar namun lebih luas dari definisi yang diberikan oleh TaylorSutherland and Woodward mengatakan bahwa : “Culture include anything that can be communicated from one generation to another. The culture of a people is their social heritage, complex whole which include knowledge, bilief, art, morals, law techniques of food fabrication and used and modes of communication “. Artinya : kebudayaan dapat dikomunikasikan dapat ditundukkan sebab kebudayaan itu adalah “ social heritage “, warisan sosial, bersifat totalitas yang kompleks. Definisi Sutherland dan Woodward ini sejajar namun lebih luas dari definisi yang diberikan oleh Taylor. Ellwood ( 1927 ) mengatakan bahwa kebudayaan mencakup benda material dan spiritual yang keduanya diperoleh melalui interaksi kelompok. Juga kebudayaan mencakup kemampuan untuk menguasai alam dan diri sendiri.
Francis J.Brown, ahli anthropologi, pendidikan, dan paedagogik menyatakan bahwa kebudayaan adalah totalitas tingkah laku kelompok yang dikondisikan oleh milieu fisik dan sosial serta alam pikiran dan pendukung kebudayaan adalah kelompok.
Tokoh kebudayaan bangsa Indonesia ialah Dr (HC). K.H. Dewantara. Dalam pidato promosi Doktornya di UGM, beliau mengatakan : Kebudayaan artinya buah budi manusia adalah hasil perjuangan manusia terhadap dua pengaruh yang kuat yakni alam dan zaman ( kodrat dan masyarakat ), dalam perjuangan terbukti kejayaan hidup manusia untuk mengatasi berbagai rintangan dan kesukaran dalam hidup dan penghidupan guna mencapai keselamatan dan kebahagiaan, pada lahirnya bersifat tertib dan damai.
Dalam masyarakat, kebudayaan itu di satu sisi dipengaruhi oleh anggota masyarakat, tetapi di lain pihak anggota masyarakat itu dipengaruhi oleh kebudayaan. Orang Eropa yang beriklim dingin harus membuat pakaian tebal. Orang harus membuat rumah dari kayu di daerah yang terdapat banyak kayu dsb.Jadi “kebudayaan “ adalah hasil ciptaan daripada hidup bersama selama berabad-abad. Tiap manusia mempunyai budaya yang berupa gejala-gejala yang membedakannya dengan binatang.
Sebagai contoh : kehidupan umat Islam di Jawa Tengah dengan di Sumatera Barat berlainan, sebab pola kehidupan mereka juga lain, dikarenakan pengaruh kultur daerah itu. Berikut unsur-unsur kebudayaan menurut Linton :
a) Cultur universal : misalnya mata pencaharian, kesenian agama, ilmu pengetahuan, kekerabatan, dsb.
b) Cultural activities: kegiatan kebudayaan misalnya dari mata pencaharian terdapat pertanian, peternakan, perikanan, perindustrian, perdagangan, dan sebagainya. Dalam cultural universal kesenian terdapat misalnya seni sastra, lukis, tari, musik, drama, film, dan sebagainya.
c) Traits complexes:bagian dari cultural activities tadi. Misal dari sistem pengolahan tanah, ada bajak, garu, cangkul, sabit, dan sebagainya.
d) Items:bagiandalam traits kebudayaan. Dari bajak masih terdapat bagiannya, yaitu : mata bajak, tangkai bajak, pasangan, kendali, dsb. Bagian tersebut tersusun secara hirarkis.
o Hakikat Sosial Dari Pendidikan
Pendidikan mempunyai banyak definisi, masing-masing menunjukkan pandangan individu dalam lapangan pengetahuannya.
Bagi ahli Biologi, pendidikan adalah adaptasi.
Bagi ahli Psikologi, pendidikan sinonim dengan belajar.
Bagi ahli Filsafat Pendidikan, pendidikan lebih mencerminkan aliran-aliran yang dianut definisi ada yang bersifat ekstrim, ada yang bersifat konservatif.
– konservatif, memandang pendidikan sebagai suatu proses yang bersifat melindungi diri untuk menjaga status quo seseorang.
– Ekstrim/progresif, memandang pendidikan sebagai upaya membantu individu dalam melakukan suatu hal dengan lebih baik.
Brown: Pendidikan adalah proses pengendalian secara sadar, di mana perubahan-perubahan di dalam tingkah laku dihasilkan di dalam diri orang itu melalui di dalam kelompok.
Fungsi pendidikan menurut Payne:
Asimilasi dari tradisi-tradisi. Proses asimilai dari tradisi sebagai imitasi dan tekanan sosial.
Pengembangan pola-pola sosial yang baru. Jika ada masalah baru, maka perlu dipecahkan, misal: masalah urbanisasi, peranan wanita, dll.
Kreativitas yang konstruktif.
Tiga pelaku pendidikan (Brown)
Lembaga-lembaga pendidikan formal.
Kelompok-kelompok terorganisir.
Organisasi-organisasi komersial/industri.
Diberdayakan :
![](https://i0.wp.com/bengkelnarasi.com/wp-content/uploads/2024/05/sdm-2.jpg?resize=640%2C425&ssl=1)
Dr.Sudirman,S.Pd.,M.Si.
Referensi
Abimanyu, Soli. 2007. Metode Pembelajaran yang Lebih Berpusat Pada Guru.
Diakses darihttp://pjjpgsd.dikti.go.id/file.php/1/repository/dikti/Mata%20Kuliah%20Awal/Strategi%20Pembelajaran/BAC/strategi_pembelajaran_unit_6.pdf pada tanggal 5 Januari 2013.
Dawkins, Richard, et.al. 2009. John Locke Mind as a Tabula Rasa. Diakses darihttp://www.age-of-the-sage.org/philosophy/john_locke_tabula_rasa.html. Diakses pada tanggal 27 November 2012.
Mudhokhi, faiz. 2008. Paradigma Pendidikan John Locke dan Robert Owen. Diakses darihttp://faizperjuangan.wordpress.com/2008/02/12/paradigma-pendidikan-john-locke-dan-robert-owen-sebuah-tugas-kuliah/ pada tanggal 27 November 2012.
Marsigit,M.A. 2011. Elegi Pemberontakan Matematika 9 : School Mathematics. Diakses dari http://powermathematics.blogspot.com/search?updated-min=2011-01-01T00:00:00%2B07:00&updated-max=2012-01-01T00:00:00%2B07:00&max-results=50 tanggal 27 November 2012.
Mastrianni, Steve. 2012. Tabula Rasa – Reductio Ad Absurdum. Diakses dar
http://www.mastrianni.net/pdf/Tabula%20Rasa.pdf tanggal 27 November 2012.
Susanto. 2011. Filsafat Ilmu Suatu Kajian dalam Dimensi Ontologis, Epistemologis, dan Aksiologis. Jakarta : Bumi Aksara. Soetopo, Hendyat. 2005. Pendidikan dan Pembelajaran (Teori, Permasalahan, dan Praktek). Malang : UMM Press http://id.wikipedia.org/wiki/John_Locke diakses pada tanggal 26 Desember 2012.
Harun Hadiwijono. 2004 Sari Sejarah Filsafat Barat 2. Yogyakarta: Kanisius.
–http://mimbardemokrasi.blogspot.com/2008/02/dewe.html
–http://www.biografitokohdunia.com/2011/03/john-dewey-20-oktober-1859-1-juni-1952.html
–http://sriwotospd.blogspot.com/2012/02/filsafat-pendidikan-menurut-john-locke.html
–http://www.masbow.com/2009/07/belajar-dengan-berbuat-learning-by.htmlp
– http://webspace.ship.edu/cgboer/bandura.html