Layanganmu putus ketika kamu menjadi penguasa cemburu, penguasa kesedihan, dan penguasa penolakan diri. Ketika ketakutan mulai menguasai, akal sehatmu mulai gagal dan tidak bisa lagi menguasai semua luka-luka yang dipenuhi oleh racun.

Manusia terus menerus hidup dalam ketakutan untuk disakiti. Hal ini menciptakan sebuah drama besar ke mana pun kita pergi. Untuk melindungi luka emosional kita, dan karena ketakutan untuk merasa disakiti, manusia menciptakan sesuatu yang sangat canggih dalam pikirannya: sistem penolakan yang kuat. Sistem penolakan seperti dinding kabut di depan mata kita yang membutakan mata kita untuk melihat kebenaran.

Layanganmu putus ketika rasa ketidakadilan membuka luka emosional dalam pikiranmu. Kemudian, luka itu terinfeksi oleh racun emosional. Rasa ketidakadilan membuka luka dalam pikiran. Emosi tubuh mulai terluka. Pada saat itu juga, kita mulai kehilangan keluguan: mulai merasakan kemarahan, mulai sulit untuk memaafkan. Seiring waktu, insiden dan interaksi ini membuat kita tahu bahwa sudah tidak aman lagi untuk menjadi diri kita yang sesungguhnya.

Kita menggunakan rasa takut untuk menundukkan pasangan. Ketakutan kita meningkat dalam setiap pengalaman ketidakadilan. Yang ada hanyalah pembayaran atas suatu ketidakadilan, hanya bagaimana untuk bisa saling membalas dendam.

Layanganmu putus ketika kamu menyimpan kebahagiaan di tangan pasangan. Faktanya, kebahagiaan tidak pernah datang dari luar diri kita. Kebahagiaan hanya dapat keluar dari dalam diri kita dan hasilnya adalah cinta. Kita bertanggungjawab atas kebahagiaan diri. Kita tidak akan pernah bisa membuat seseorang bertanggung jawab atas kebahagiaan diri kita.

Itulah kesalahan terbesar yang kita buat dari awal. Meletakkan kebahagiaan kita pada pasangan, dan itu tidak akan pernah berlaku. Kita bersumpah yang tidak bisa kita pegang, dan kita mendesain diri kita untuk gagal.

Layanganmu putus ketika cintamu di jalur ketakutan. Cinta tidak memiliki kewajiban, ketakutan penuh kewajiban. Cinta tidak memiliki pengharapan, ketakutan penuh pengharapan. Cinta berdasarkan penghormatan, ketakutan tidak menghormati apapun, termasuk tidak menghormati diri sendiri.

Cinta adalah kejam; tidak ada rasa kasihan terhadap siapa pun, tetapi penuh dengan perasaan sayang. Ketakutan penuh dengan rasa iba; selalu merasa iba terhadap orang lain. Cinta benar-benar bertanggung jawab. Ketakutan menghindari tanggung jawab, tapi ini tidak berarti tidak bertanggung jawab.

Cinta selalu baik, ketakutan selalu tidak baik. Dengan ketakutan kita penuh kewajiban, penuh harapan, dengan tidak menghormati, menghindari tanggung jawab, dan merasa kasihan.

Cinta tidak bersyarat, ketakutan penuh persyaratan. Di jalur ketakutan, aku mencintaimu jika kamu membiarkan aku mengendalikanmu, jika kamu baik untukku, jika kamu masuk ke dalam citra yang aku buat untukmu.

Di jalur ketakutan kita memiliki begitu banyak kondisi, harapan, dan kewajiban yang kita buat begitu banyak aturan hanya untuk melindungi diri terhadap rasa sakit secara emosional. Sementara di dalam kebenaran tidak ada aturan apa pun.

Dalam jalur cinta, ada keadilan. Jika kita membuat kesalahan, kita hanya membayar sekali untuk kesalahan itu, dan jika kita benar-benar mencintai diri sendiri, kita belajar dari kesalahan itu.

[Bersambung]

(Visited 48 times, 1 visits today)
Avatar photo

By Abah Iyan

Sosiopreneur, Writerpreneur & Book Publisher

One thought on “Layanganmu Putus Ketika… (Bagian 1)”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.