Semua orang percaya bahwa ada konflik di dunia ini. Tetapi, konflik itu hanya ada di dalam pikiran manusia. Di dalamnya, ada konflik antara kebenaran dan mana yang bukan kebenaran, antara kebenaran dan kebohongan. Hasil dari percaya atas kebenaran adalah kebaikan, cinta, kebahagiaan. Hasil dari percaya dan membela kebohongan adalah ketidakadilan dan penderitaan. Tidak hanya di masyarakat, tetapi juga dalam individu.

Semua drama manusia merasa menderita adalah hasil dari percaya pada kebohongan, terutama terhadap diri kita sendiri. Kebohongan pertama yang kita percaya adalah saya seperti saya yang seharusnya, saya merasa tidak sempurna. Yang benar adalah setiap manusia dilahirkan sempurna karena hanya kesempurnaanlah yang ada.

Sesungguhnya, kita manusia tidak tahu siapa diri kita yang sebenarnya. Yang kita tahu ternyata bukanlah diri kita. Kita menciptakan citra kesempurnaan sebagai sebuah cerita yang harus kita perankan. Kita mulai mencari wujud dari citra palsu itu. Wujud citra itu adalah kebohongan, tetapi kita menginvestasikan iman kita ke dalam kebohongan tersebut. Kemudian, kita membentuk struktur kebohongan untuk mendukungnya.

Iman merupakan kekuatan pada diri manusia. Jika kita menginvestasikan iman kita ke dalam kebohongan, maka kebohongan itu menjadi kebenaran bagi kita. Jika kita percaya kita tidak cukup baik, maka kita tidak akan cukup baik. Jika kita percaya kita akan gagal, kita akan gagal. Itu adalah kekuatan dan keajaiban iman.

Manusia bisa merasakan kebenaran melalui perasaannya. Namun, ketika kita mencoba untuk menggambarkan kebenaran tersebut, kita hanya bisa menceritakan kisah yang kita putarbalikkan dengan kata-kata. Kisahnya mungkin benar bagi kita, tetapi itu tidak berarti benar bagi orang lain.

Semua manusia adalah pendongeng dengan keunikan tersendiri menurut sudut pandangnya. Ketika kita memahami hal ini, kita tidak lagi merasa perlu untuk memaksakan cerita kita kepada orang lain atau untuk membela apa yang kita yakini. Sebaliknya, kita melihat diri kita sebagai seniman yang mempunyai hak untuk menciptakan seninya sendiri.                 

Disarikan dari The Voice of Knowledge, Don Miguel Ruiz

                                                                                                                                                                                                                                                   

(Visited 57 times, 1 visits today)
Avatar photo

By Iyan Apt

Sosiopreneur, Writerpreneur & Book Publisher

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

%d blogger menyukai ini: