Tak pernah terpikir sebelumnya, kalau saya akan injakkan kaki di tepian Negeri ini. Daerah otoritas yang berbatasan langsung dengan negeri Jiran Singapura. Semua berkat Bawaslu. Lembaga tempat saya mengabdikan diri untuk Negara.
Saya menghadiri Rakernis Gelombang terakhir terkait Regulasi, pedoman dalam kami melaksanakan tugas sebagai pengawas pemilu.
Ada lima provinsi terundang di gelombang terakhir ini, Jawa Timur, Sumatra Utara, Sumatera Barat, Sulawesi Selatan & Sulawesi Tenggara. Setelah sebelumnya telah berlangsung Rakernis, di Bandung, Bali dan DKI
Kebiasaan kami ketika menghadiri pertemuan resmi, pakaian yang lazim digunakan peserta adalah batik. Hanya terkadang ada juga daerah yang hadir membawa misi budaya. Seperti yang terjadi pada pembukaan Rakernis di Batam kali ini. Ketika peserta lain semuanya memakai batik, khusus dari Provinsi Sumatera Utara lain sendiri. Mereka seragam menggunakan kemeja putih dengan Selempang bermotif tenun khas Batak melingkar di leher. Mereka duduk di sisi paling kiri, sehingga nampak sangat berbeda dibandingkan peserta dari empat provinsi lainnya
Tatkala seremonial pembukaan usai, semua peserta menuju kamar masing-masing. Kamar saya di Lantai 9. saya se lift dengan salah seorang dari rombongan berseragam itu. Dia dari Tapanuli Selatan, namanya Charles, mirip nama pelatih bola anak saya. Bang, untuk sayalah syalnya itu. Biar kujadikan kenang-kenanganlah. Saya mengiba memakai logat Batak, biar gampang kusentuh hatinya. Spontan dia menarik sedikit syalnya, seakan ingin langsung menyerahkan. Tapi tiba-tiba urung diberikan. Biar selesai penutupanlah Bang. Kali aja masih dipakai dokumentasi. Abang catat saja nomor saya. di penutupan pasti kuberikan. Siap Bang. Entah siapa yg lebih Abang di antara kami, sekarang ini lagi zaman baku panggil Abang tanpa pandang umur
Selama kegiatan, sekali dua kali saya ketemu si Charles itu dan dia selalu tersenyum khas layaknya orang punya utang.
Namun, benar saja, belum pula seremonial penutupan tuntas, dia sudah kontak saya. Abang di bagian mana ? kami baku cari di antara ribuan peserta. Dia tak mampu sembunyikan kelegahan hatinya saat dia mengalungkan selembar kain istimewa itu di leherku. Nampak kali kalau bebannya telah lepas setelah sekian hari hutang janji menyesaki dadanya.
Sekilas syal itu sepele saja, tapi itu ornamen budaya yang mengandung selaksa filosofi di dalamnya, dan lebih istimewanya lagi di serahkan ke saya sebagai bukti komitmen orang yang memegang teguh janjinya.
Terimakasih Bang Charles. Salam untuk keluarga di Tapanuli Selatan. Semoga di momen lain Tuhan kembali mempertemukan kita. Jalan-jalan ke Sulawesi, biar kita bertukar selempang