Oleh: Pusvita Sari*

Saya termasuk salah seorang mahasiswi yang gemar mengikuti seminar, workshop, atau pelatihan pengembangan diri sebagai bekal terjun di dunia kerja nantinya. Baik itu dilakukan di luar kampus, terlebih kalau acaranya di dalam kampus. Karena itu berbagai karakter dan gaya pembicara serta diksi dan narasinya telah saya kenal.

Langkah pertama yang saya lakukan kalau mengetahui ada acara seminar pengembangan potensi diri (personality development) adalah siapa pembicaranya. Kalau sudah tahu nama pembicaranya, langkah kedua adalah browsing di internet mencari data dan sosok pembicara tersebut. Kalau mbah google menampilkan profil dan karya-karya pembicara tersebut, sudah pasti keren dan menginspirasi seminar itu. Itulah sisi positifnya mbah google yang selalu mencatat dan mendokumentasikan profil dan karya orang hebat.

Mengapa demikian? Ya karena tujuan utama saya mengikuti acara tersebut adalah mencari ilmu beserta pengalaman dari setiap kalimat yang diucapkan oleh seorang pembicara yang berada di podium. Kalau dihitung-hitung, saya mungkin baru bertemu kurang lebih delapan orang pembicara, baik itu seorang laki-laki maupun perempuan.

Tentu saya berhak menilai gaya dan cara pembicara dalam menyampaikan narasinya. Apakah suka atau tidak suka dengan cara pembicara memberikan motivasi ataupun pembelajaran bagi kami para peserta.

Dari sekian banyak prmbicara yang telah saya temui di forum, salah satu yang saya senangi dalam memberi motivasi kepada mahasiswa, yang membuat jiwa dan pikiran saya terguncang, yaitu seorang pembicara yang sering kami panggil “Sang inspirator dan penggerak jiwa mahasiswa”. Ia seorang akademisi tangguh dan penulis buku produktif yang dimiliki oleh Universitas Ekasakti. Jika anda mahasiswa ekonomi semester dua sekarang pasti mengetahui siapa beliau yang saya maksud.

Cara atau metode yang digunakan beliau saat menjadi pembicara itu sangat efektif. Ia tidak kaku di forum, tetapi turun panggung mengelilingi audiensnya berinteraksi. Mengajak para peserta ikut serta larut dalam materi yang ia sampaikan dengan diksi menyentuh dan vokal yang menggoncang jiwa kami.

Kelihaiannya mengetuk lalu masuk ke dalam ruang-ruang jiwa kami sungguh membuat kami bersemangat dan percaya diri menata masa depan. Seperti memberikan sebuah charging energi buat peserta yang mengantuk dan sudah mulai tidak fokus. Tidak salah kalau saya menyebutnya pembakar jiwa dan pikiran anak-anak negeri.

Dengan sangat mudah beliau menghipnotis kami untuk mengaguminya di saat berargumen dengan lantangnya. Dengan memberikan aura positif saya serasa ingin bangkit saat itu juga meski belum paham apa yang harus saya lalukan, yang jelas di benak saya saat itu sepulang dari pelatihannya saya harus bisa berhasil dan kuat menjalani semua yang terjadi di kehidupan saya entah apa pun itu yang jelas beliau sangat memotivasi saya.

Mengapa saya hanya menyukai beliau? Karena hanya beliau yang bisa membakar jiwa dan pikiran kami. Dengan metode beliau di saat menjadi pembicara yang sangat luar biasa, kami mahasiswa menjadi optimis berkali-kali menggapai masa depan gilang gemilang. Teruntuk pembicara idolaku sang inspirator dan penggerak jiwa kami Bapak Ruslan Ismail Mage, sehat selalu, sukses dan panjang umur. Kami mahasiswa selalu merindukan forumnya.

*Mahasiswi ekonomi Universitas Ekasakti, penikmat literasi menulis.

(Visited 102 times, 1 visits today)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

%d blogger menyukai ini: