Ternyata dampak pembagian sembako selama kampanye sangat berpengaruh terhadap jumlah suara yang diperoleh oleh para caleg dalam pemilu.
Selama kampanye berlangsung, hampir semua anggota caleg melakukan kampanye dengan menyalurkan bantuan berupa sembako kepada masyarakat yang kurang mampu. Mencari simpati dengan cara membagikan sembako kepada masyarakat benar-benar efektif.
Masyarakat akan berpikir anggota caleg yang memberinya sembako tadi layak untuk dijadikan pemimpin karena telah memberi dan membantu masyarakat kurang mampu. Ketimbang menilai potensi yang dimiliki para caleg, masyarakat hanya menilai dari apa yang mereka kasih selama kampanye.
Kurangnya pertimbangan masyarakat dalam memilih pemimpin dapat membuat sistem pemerintahan kurang baik. Semua keputusan ada di tangan rakyat, tetapi rakyat sendiri tidak memperhatikan dalam memilah dan memilih calon pemimpin mana yang pantas untuk dijadikan pemimpin. Akhirnya banyak di antara para pemimpin di negara kita keluar dari jalur janji yang mereka buat selama kampanye. Mereka menganggap sudah menyogok sembako, jadi buat apa menepati janji politik.
Jadi Memilih karena sembako berarti menabung derita lima tahun. Memilih karena sembako berarti memilih politisi bermental korup. Memilih berdasarkan sembako berarti siap-siap menggerutu lima tahun. Memilih karena sembako adalah kekeliruan fatal. Silakan rakyat pilih, mau tersenyum sehari menerima sembako atau bersedih lima tahun karena makan janji palsu.