Oleh : Ruslan Ismail Mage

Dalam penjelajahan pikiran, ditemukan sebuah konsep kepemimpinan yang menarik dan penting dipahami seorang yang menduduki jabatan. Menarik, agar bisa memahami di mana energi kepemimpinan itu berada. Penting, agar bisa merawat dan menggunakan energi kepemimpinan itu dengan baik.

Konsep itu mengatakan, “Yang memiliki energi atau aura kepemimpinan adalah jabatan itu sendiri, bukan personal atau individunya”. Itulah sebabnya orang biasa dan sederhana, ketika menduduki jabatan kepemimpinan, serta merta menjadi orang besar yang berpengaruh, dihargai, dihormati, diikuti, dan dituruti perintah telunjuknya. Namun ketika sudah tidak menduduki jabatan kepemimpinan, kembali lagi menjadi rakyat biasa yang hampir tidak ada pengaruhnya lagi.

Sebagai akademisi dan penulis buku-buku motivasi dan kepemimpinan, sudah puluhan buku kepemimpinan saya tulis, dan sudah ratusan karakter pemimpin saya kaji. Kesimpulannya, pada umumnya pemimpin menggunakan energi atau aura kepemimpinannya setiap saat dan disembarang tempat. Akibatnya, ketika sudah tidak menjabat lagi secara otomatis energi kepemimpinan itu juga habis. Itulah sebabnya banyak pemimpin ketika sudah pensiun cenderung diabaikan oleh rakyatnya, karena tidak punya pengaruh lagi.

Terlalu sedikit pemimpin yang menyadari bahwa yang memiliki energi atau aura kepemimpinan itu bukan personalnya atau dirinya, tetapi jabatan kepemimpinan itu sendiri. Bagi yang menyadarinya, ia memelihara dan menjaga energi atau aura kepemimpinan itu. Tidak menggunakannya setiap saat di sembarang tempat, tetapi energi kepemimpinan itu hanya dipakai di tempat yang benar dan waktu yang tepat. Efeknya, ketika sudah tidak menduduki lagi jabatan kepemimpinan, energi dan aura kepemimpinan itu tidak serta merta habis juga, masih tetap ada tersisa mengikutinya.

Inilah yang disebut dalam kepemimpinan, “Hukum Daya Tarik”. Orang tertarik mengikuti bukan semata karena jabatan kepemimpinan yang dimiliki, tetapi karena kepribadiannya yang menarik dan merakyat. John C. Maxwell dalam bukunya, “The 21 Irrefutable : Laws of Leadership” menjelaskan hukum daya tarik itu, “Siapa anda sesungguhnya menentukan siapa yang akan tertarik kepada anda”.

Satu diantara sedikit pemimpin merakyat yang menyadari energi kepemimpinan itu tidak melekat dalam dirinya sebagai personal, tetapi pada jabatannya, adalah Bupati Pesisir Selatan Drs. Rusma Yul Anwar, M.Pd. Sang bupati tidak mengobral energi kepemimpinan jabatannya, karena memahami energi itu semestinya digunakan pada tempat yang benar yaitu kantor bupati, dan pada waktu yang tepat yaitu jam dinas.

Gambar di atas cukup untuk menjelaskan bahwa sang bupati tidak menggunakan energi kepemimpinannya di sembarang tempat untuk memerintah orang mendorong mobil. Hal itu terjadi ketika sedang meninjau jalan yang akan menghubungkan dua kecamatan yaitu Kecamatan Lengayang dan Kecamatan Ranah Pesisir untuk persiapan pengaspalan dalam mengatasi daerah terisolir di Kabupaten Pesisir Selatan.

Sebagai bupati ada kekuatan kepemimpinan melekat pada jabatan itu melalui telunjuknya sekali pun untuk memerintah, tetapi tidak digunakan karena lebih memilih turun tangan ikut mendorong mobil. Itulah yang dimaksud judul tulisan ini, sang bupati “tidak bermain dengan telunjuk” untuk memerintah sana-sini, untuk diladeni sana-sini. Walaupun itu bisa dibenarkan secara etika kepemimpinan.

*Akademisi, inspirator dan penggerak, penulis buku-buku motivasi dan politik

(Visited 273 times, 1 visits today)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.