Rasa cemburu buta biasanya muncul dari ketidakamanan dan ketidakpercayaan diri yang mendalam. Hal ini bisa disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk pengalaman masa lalu, kegagalan dalam hubungan sebelumnya, atau bahkan trauma emosional.

Seringkali, cemburu buta juga dipengaruhi oleh persepsi yang salah tentang diri sendiri atau pasangan, dalam hal ini (suami-istri), serta rasa ketakutan berlebihan akan kehilangan orang yang di cintai.

Cemburu buta yang memantik dendam pribadi, hingga terjadi penusukan berdarah yang terjadi di Ngawi Jawa Timur ini sempat viral empat tahun yang lalu. Namun demikian, perbuatan “konyol” ini jangan sampai berulang. Memang, cemburu terhadap pasangan sangatlah wajar, akan tetapi apabila cemburu buta hingga nyaris menelan korban jiwa, itu bukan cinta, tetapi penyakit, psikopat. Hal paling tidak diinginkan dari peristiwa tadi mendatangkan trauma dari istri dan anak-anaknya sendiri.

Seperti yang diberitakan salah satu media online, faktualnews.co, bahwa seorang pria, Ahmad Mujahidin Muchlis, warga Jalan Perkutut Desa Belukan-Beran, Kecamatan Ngawi, nekat menusuk Budiono, tetangganya sendiri menggunakan pisau dapur yang dibawa pelaku dari rumah, Minggu (12/4/2020). Konon penusukan diduga dendam pribadi. Akibat penusukan tersebut korban (Budi) menderita luka sobek di bagian perut, dan para saksi yang melihat korbannya bersimbah darah segera dilarikan ke sebuah rumah sakit di kota Ngawi.

Hebatnya, usai melakukan penusukan, Muchlis tidak melarikan diri, tetapi menyerahkan diri ke kantor Polisi untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya, dengan menginap di hotel prodeo.

Dari peristiwa berdarah tersebut. Istri pelaku ini justru tidak mendapat perlakuan yang baik dari pihak suaminya sendiri. Dirinya malah difitnah “berselingkuh” sama korban (Budi). Bahkan istri pelaku boleh dikatakan cantik dan sholehah ini, diminta bersumpah dibawah kitab suci Al Quran, oleh para pihak keluarga suaminya sendiri.

Lantaran “Fitnah” tersebut hanya prasangka dari pihak keluarga pelaku. Untuk membuktikan bahwa dia (istri pelaku penusukan tetangganya sendiri) tidak melakukan tuduhan keji itu, bersedia melakukan ritual bersumpah dibawah Al Qur’an.

Padahal kita ketahui bersama bahwa Fitnah lebih kejam dari membunuh?.

Fitnah, atau penfitnah, dapat menghancurkan reputasi seseorang dan merusak kehidupan mereka secara sosial, emosional, dan bahkan finansial. Sementara membunuh merampas nyawa, fitnah bisa meninggalkan luka yang dalam dan berkepanjangan dalam hidup seseorang. Keduanya merupakan perbuatan yang sangat serius dan tidak bisa dianggap remeh

Dari sumber terpercaya yang saya peroleh, penusukan yang dilakukan Muchlis, didasari rasa cemburu buta kepada korban yang diduga merayu istri pelaku di media sosial.

Dari informasi, korban hanya berteman dan mengomentari postingan medsos istri pelaku, tanpa bermaksud menggoda, sebab korban sendiri (Budi) sudah beristri. Demi kebaikan bersama, maka istri dari pelaku tersebut membekukan/menghapus semua pertemanan di platform berbagai medsos. Termasuk nomor telepon penting ditempatnya bekerja pun dihapus.

Penting untuk diingat bahwa cemburu buta bukanlah tanda dari rasa cinta yang sehat, tetapi lebih merupakan “penyakit” pribadi seseorang yang harus diantisipasi oleh pasangannya. Berdialog dengan psikolog salah satu solusinya, proses ini mungkin memerlukan dukungan dari orang terdekat untuk membantu mengatasi akar masalah tersebut.

Cemburu buta banyak menelan korban termasuk pasangan sendiri, istri, anak-anak, keluarga, teman-teman, dan hubungan sosial secara keseluruhan. Pasangan mungkin menjadi korban langsung dari perilaku suami yang cemburu buta, mengalami stres, kecemasan, dan ketidaknyamanan karena terus-menerus dipantau atau disalahartikan. Hal ini juga dapat mengganggu hubungan sosial pasangan, menyebabkan pasangan terisolasi dan ketidakmampuan untuk berinteraksi dengan teman-teman atau keluarga tanpa konflik atau kesulitan. Pada akhirnya, kita serahkan kepada pasangan tersebut, memilih bertahan atau berpisah dalam mengarungi “sakit”nya biduk rumah tangga yang selama ini mereka pupuk bersama.

Mempunyai pasangan hidup pecemburu buta. Tentu tidak nyaman rasanya, menimbulkan keresahan, ketidakamanan dan kecemasan dari anak-anak dan isteri.

Suami yang pecemburu buta akan menunjukkan beberapa perilaku yang mencerminkan ketidakamanan dan kecemasan, seperti, selalu memantau aktivitas isteri secara berlebihan, termasuk panggilan telepon, pesan teks, dan media sosial.

Selanjut, suami selalu berasumsi dan menuduh istri tanpa bukti yang jelas. Menginterogasi isteri secara terus-menerus tentang keberadaan dan siapa yang isterinya temui. Suami pecemburu buta merasa terancam atau marah ketika isteri berinteraksi dengan lawan jenis, bahkan dalam konteks yang tidak bersifat romantis. Memiliki reaksi emosional yang berlebihan atau marah ketika istri mencoba membahas atau menegaskan batasan pribadinya.

Itu tadi beberapa contoh perilaku dari suami yang mengalami kecemburuan buta. Penting untuk diingat bahwa kecemburuan buta tidaklah sehat dan dapat merusak hubungan. Komunikasi terbuka dan upaya bersama untuk memecahkan masalah bisa membantu menangani kecemburuan ini.

Selanjutnya untuk mengatasi kecemburuan buta suami, salah satu caranya bisa memerlukan komunikasi terbuka dan pemahaman yang dalam. Cobalah untuk berbicara dengan lembut: Jelaskan bahwa kepercayaan adalah pondasi hubungan dan bahwa kecemburuan buta tidak sehat.

Lalu, meski mustahil tunjukkan kejujuran tentang perasaanmu dan bagaimana kecemburuan suamimu memengaruhi kehidupan sosial pasangan dan hubungan kekeluargaan.

Kemudian jelaskan bahwa mencurigai terus-menerus tidak sehat dan tidak dapat diterima. Terkait psikologi suami yang labil, minta bantuan ahli

Dukung suami untuk mengatasi ketidakamanannya, tetapi juga tegaskan bahwa kecemburuan buta tidak dapat mengendalikan hubungan suami-istri dan pertemanan. Penting untuk diingat bahwa perubahan mungkin memerlukan waktu dan kesabaran.

Jika situasi tersebut menjadi tidak aman atau tidak sehat bagi pasangan, sebaiknya menghindari suami yang cemburu buta bisa menjadi pilihan utama. Dan tegaskan dengan jelas kepada suami bahwa perilaku cemburu buta tidak dapat diterima.

Prioritaskan keselamatan dan kesejahteraan keluarga sendiri. Jika istri merasa dalam bahaya, pertimbangkan untuk mencari bantuan dari teman, keluargamu dan lembaga yang tepat, seperti pusat bantuan korban kekerasan dalam rumah tangga.

Jika pola kecemburuan buta suami terus berlanjut dan tidak dapat diubah, pertimbangkan apakah hubungan tersebut masih sehat atau sakit bagimu.

Jika istri masih mencintai suami yang pecemburu buta dan pendendam. Sementara istrinya memilih tetap bertahan dalam hubungan tersebut, ajak suami kamu untuk berpartisipasi dalam terapi pasangan atau konseling untuk membahas masalah tersebut secara konstruktif.

Penting untuk diingat bahwa menghindari suami yang cemburu buta bisa menjadi pilihan terakhir setelah si istri mencoba berbagai upaya untuk menyelesaikan masalah tersebut. Keamanan dan melindungi anak-anakmu dari marabahaya, menghindar atau berpisah harus selalu menjadi prioritas utama.

(Visited 34 times, 1 visits today)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.