Di era digital yang semakin maju, informasi dan gambar dapat dengan mudah menyebar di seluruh dunia dalam hitungan detik. Salah satu gambar yang telah menghiasi internet adalah foto seorang anak laki-laki di Jepang yang menggendong mayat adiknya sesaat setelah meledaknya bom di Hiroshima dan Nagasaki. Foto tersebut diiringi dengan narasi sebagai berikut.
Saat peperangan yang memanjang di Jepang, anak ini membawa adiknya yang telah mati di atas pundaknya untuk dimakamkan. Seorang tentara yang melihat keadaan ini seraya berkata, “Buang saja supaya kamu tidak capek.” Si kecil menjawab, “Dia tidak berat, dia adikku!” Tentara mulai paham, lalu pecah tangisan. Sejak saat itu, gambar di atas menjadi simbol persatuan di Jepang.
Dalam berita dan artikel terkait, banyak peneliti dan sejarawan yang meragukan kebenaran narasi ini. Mereka berpendapat bahwa narasi tersebut mungkin telah dilebih-lebihkan atau bahkan dibuat untuk mendramatisasi gambar. Tanpa informasi yang lebih jelas tentang latar belakang foto dan identitas anak laki-laki tersebut, sulit untuk memastikan dengan pasti bahwa peristiwa dan narasi tersebut benar-benar terjadi. Namun, penting untuk diingat bahwa bahkan jika narasi ini tidak sepenuhnya akurat, itu tidak mengurangi dampak emosional dari gambar tersebut.
Terlepas dari kontroversi dan keraguan, gambar ini mengilustrasikan hikmah yang lebih mendalam tentang hubungan antara manusia dan kasih sayang universal. Dalam keadaan yang penuh kehancuran dan penderitaan seperti bom Hiroshima dan Nagasaki, kasih sayang tetap muncul sebagai sumber harapan dan penghiburan. Pesan di balik gambar ini mengingatkan kita bahwa ikatan keluarga dan cinta di antara manusia tidak terbatas pada batasan darah atau hubungan persaudaraan yang konvensional.
Pentingnya kasih sayang dan hubungan yang kuat dapat ditemukan dalam hubungan yang disebut “saudara tak sedarah”. Ini adalah hubungan di mana kedekatan dan kasih sayang dibangun melalui pengalaman bersama, dukungan emosional, dan interaksi manusia dengan manusia. Bahkan tanpa memiliki hubungan darah, saudara-saudara tak sedarah sering kali memiliki ikatan yang lebih dalam daripada hubungan biologis.
Contoh nyata dari hubungan seperti ini dapat ditemukan dalam kisah-kisah pribadi di sekitar kita. Misalnya, seseorang mungkin memiliki sahabat karib yang telah mendukungnya melalui masa-masa sulit, seperti persahabatan yang terjalin sejak masa sekolah atau bahkan di tempat kerja. Hubungan semacam ini sering kali melibatkan komitmen emosional dan kesetiaan yang kuat, dan mereka saling menganggap satu sama lain sebagai “saudara” meskipun tidak ada hubungan darah di antara mereka.
Dalam dunia yang terus berkembang ini, gambar dan narasi seperti yang ada di internet dapat menginspirasi kita untuk mempertimbangkan kembali arti dari kasih sayang dan hubungan manusia. Terlepas dari apakah narasi di balik gambar tersebut akurat atau tidak, pesan tentang kekuatan cinta di tengah-tengah tragedi tetap berharga. Kita semua memiliki kesempatan untuk menjalin ikatan yang mendalam dengan sesama manusia, tanpa terbatas oleh batasan-batasan konvensional.
The road is long
With many a winding turn
That leads us to who knows where?
Who knows where?
But I’m strong
Strong enough to carry him
He ain’t heavy, he’s my brother
So on we go
His welfare is my concern
No burden is he to bear
We’ll get there
For I know
He would not encumber me
He ain’t heavy, he’s my brother
If I’m laden at all
I’m laden with sadness
That everyone’s heart
Isn’t filled with the gladness
Of love for one another
It’s a long, long road
From which there is no return
While we’re on the way to there
Why not share?
And the load
Doesn’t weigh me down at all
He ain’t heavy, he’s my brother
Jika dia jatuh, aku angkat
Jika ia capek, aku tolong
Jika ia lemah, aku kuatkan
Jika dia salah, aku maafkan,,
Jika seandainya saja semua meninggalkannya, akan aku bawa dia di atas pundakku.
Sungguh, dia tidak berat, dia saudaraku.
Terima kasih kepada Kanda Ruslan Ismail Mage dan saudara-saudaraku tak sedarah di Bengkel Narasi. Kalian sudah menjadikan narasi tersebut nyata. []