Oleh: Gugun Gunardi*

Pengantar

Penggubah: Rhoma Irama
Vokal: Rhoma Irama

Raden Haji Oma Irama yang populer dengan nama Rhoma Irama adalah seorang penyanyi, musikus, penulis lagu, produser dan aktor Indonesia keturunan Sunda. Beliau lahir tahun 1946, menjadikan Rhoma Irama sebagai penyanyi tersenior di Indonesia.

Kalau di Amerika, ada The King of Pop, almarhum Michael Jackson. Maka di Indonesia hadir seorang Raja Dangdut Rhoma Irama. Beliaulah penggagas dan pencipta hadirnya musik Dandut di Negeri Seribu Pulau ini, Indonesia. Dunia, khasanah musik di Amerika telah mengakui, bahwa pencipta musik Dangdut adalah Rhoma Irama. Maka, para pengamat musik di Amerika tidak segan memberikan gelar Doktor dan jabatan Guru Besar (Profesor) kepada Beliau. Jadi, dengan segudang karyanya Beliau memiliki kapasitas sebagai Prof. Dr. Rhoma Irama.

Saat ini, saat tepat jika Sang Raja Dandut bersama Persatuan Artis Musik Melayu Indonesia (PAMMI) resmi mendaftarkan musik dangdut sebagai warisan budaya tak benda milik Indonesia, dan didaftarkan ke United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO).

Kajian Teori

Analisis Wacana Kontekstual yaitu analisis wacana yang mengkaji tentang aspek-aspek internal wacana dan segala sesuatu yang secara eksternal melingkupi sebuah wacana. Analisis kontekstual adalah analisis wacana dengan bertumpu pada teks yang dikaji berdasarkan konteks eksternal yang melingkupinya, baik konteks situasi maupun konteks kultural. Pemahaman konteks situasi dan konteks kultural dalam wacana dapat dilakukan dengan mempertimbangkan berbagai prinsip penafsiran dan prinsip analogi. Prinsip-prinsip yang dimaksud adalah :

· Prinsip penafsiran personal
Prinsip penafsiran personal berkaitan dengan siapa yang menjadi partisipan di dalam suatu wacana. Dalam hal ini, siapa penutur dan siapa mitra tutur sangat menentukan makna sebuah tuturan. Halliday dan Hasan (dalam Sumarlam, 2004: 98) menyebut penutur dan mitra tutur atau partisipan dengan istilah “pelibat wacana”. Pelibat wacana biasanya menunjuk pada orang-orang yang berperan dalam wacana, kedudukannya, jenis hubungan perannya, ciri fisik dan non-fisik, serta emosi penutur dan mitra tutur.

· Prinsip penafsiran lokasional
Prinsip ini berkaitan dengan penafsiran tempat atau lokasi terjadinya suatu situasi (keadaan, peristiwa, dan proses) dalam rangka memahami wacana.

· Prinsip penafsiran temporal
Prinsip penafsiran temporal berkaitan dengan pemahaman mengenai waktu. Berdasarkan konteksnya dapat menafsirkan kapan atau berapa lama waktu terjadinya situasi (peristiwa, keadaan, proses).

· Prinsip analogi
Pemahaman wacana lirik lagu melalui berbagai prinsip penafsiran dan analogi tentu saja perlu mempertimbangkan faktor-faktor penting yang melatarbelakangi terciptanya lagu tersebut, baik faktor sosial, situasional, kultural, maupun faktor pengetahuan tentang dunia (knowledge of world).

Analisis lagu “Kehilangan”:

1) Kalau sudah tiada
baru terasa,
2) Bahwa kehadirannya
sungguh berharga,

3) Sungguh berat aku rasa
kehilangan dia,
4) Sungguh berat aku rasa
hidup tanpa dia

5) Kalau sudah tiada
Baru terasa
6) Bahwa kehadirannya
sungguh berharga

7) Ku tahu rumus dunia
semua harus berpisah
8) Tetapi kumohon
tangguhkan, tangguhkanlah

9) Bukan aku mengingkari
apa yang harus terjadi
10) Tetapi kumohon
kuatkan, kuatkanlah

Kalau sudah tiada
baru terasa
Bahwa kehadirannya
sungguh berharga

Sungguh berat aku rasa
kehilangan dia Sungguh berat aku rasa
hidup tanpa dia

Kalau sudah tiada
baru terasa
Bahwa kehadirannya
sungguh berharga

Ku tahu rumus dunia
semua harus berpisah
Tetapi kumohon
tangguhkan, tangguhkanlah

Bukan aku mengingkari
apa yang harus terjadi
Tetapi kumohon
Kuatkan, kuatkanlah

Kalau sudah tiada
Baru terasa
Bahwa kehadirannya
Sungguh berharga

Sungguh berat aku rasa
Kehilangan dia
Sungguh berat aku rasa
Hidup tanpa dia

Kalau sudah tiada
Baru terasa
Bahwa kehadirannya
Sungguh berharga.

Baris yang akan dianalisis, diberi nomor untuk memudahkan penelusuran kata yang akan dianalisis. Penomoran pun dibuat sampai dengan baris 1 s.d. 10, karena baris selanjutnya berupa pengulanan baris se belumnya.

  • Prinsip Penafsiran Persona:

2) Bahwa kehadirannya
sungguh berharga,
3) Sungguh berat aku rasa
kehilangan dia,
4) Sungguh berat aku rasa
hidup tanpa dia
6) Bahwa kehadirannya
sungguh berharga
7) Ku tahu rumus dunia
semua harus berpisah
8) Tetapi kumohon
tangguhkan, tangguhkanlah
9) Bukan aku mengingkari
apa yang harus terjadi
10) Tetapi kumohon kuatkan kuatkanlah,

Pada baris 2 dan 6 ditemuka persona kepunyaan (milik) “-nya”, pada baris 3, 4, dan 9, ditemukan persona 1 “aku”. Pada baris 7, 8, 10 ditemukan varian bentuk persona 1 “ku”. Pada baris 3 dan 4, ditemukan persona 3 “dia”.

Melihat penggunaan persona “aku” dan “dia” serta varian “ku”. Maka dapat disimpulkan pelibat yang ada dalam lirik lagu “Kehilangan” adalah penggubahnya sendiri dengan seseorang (entah siapa). Muncul persona kepunyaan “-nya”, menegaskan bahwa penggubah lagu hanya berdialog dengan orang ketiga 3 tunggal “dia”. Jadi, dalam lirik lagu tersebut, penggubah hanya melibatkan dirinya dengan seseorang “dia”.

  • Prinsip Penafsiran Lokasional:

7) Ku tahu rumus dunia
semua harus berpisah,

Pada baris 7, ditemukan kata “dunia”. Hal ini menunjukan bahwa yang terjadi dan dialami oleh penggubah lagu adalah di dunia nyata. Sesuatu yang dialaminya sendiri.

  • Prinsip Penafsiran Temporal:

1) Kalau sudah tiada
baru terasa,
3) Sungguh berat aku rasa
kehilangan dia,
7) Ku tahu rumus dunia
semua harus berpisah
8) Tetapi kumohon
tangguhkan tangguhkanlah,

Pada baris 1 ditemukan frase “sudah tiada”. Penggubah menyampaikan apa yang ia rasakan, setelah orang ketiga “dia” tiada. Maka saat itu terasa “kehilangan”. Tapi penggubah tidak bisa melawan takdir, diketahui melalui frase “semua harus berpidah”. Tetapi penggubah masih berharap jika memungkinkan kejadian yang dialaminya ditangguhkan, ini tersirat pada frase “tangguhkanlah”.

  • Prinsip Penafsiran Analogi:

Jika melihat persona yang ada pada lagu “Kehilangan”, yaitu “aku” dan “dia”, maka dia dalam hal ini bisa saja: ibu, bapak, saudara, sahabat, istri, suami, anak atau mungkin seorang kekasih, karena tidak ada penjelasan dia itu siapa. Kalau melihat kata “tangguhkan”, terlihat bahwa tidak ada kata siap ketika “kehilangan” atau tidak kata siap ditinggalkan seseorang siapa pun orang itu. Dalam hal ini penggubah ada penyesalan dengan “kehilangan” seseorang itu, dimana ditemukan frase “kalau sudah tiada baru terasa”, bisa jadi selama ini, penggubah cuek-cuek saja.

Penutup

Dari persefsi penulis, lagu “kehilangan”, menggambarkan siapapun manusianya tidak akan siap untuk ditinggalkan oleh seserorang yang dekat dengan kita. Penyesalan itu datang terlambat, setelah orang itu tiada. Ada pesan kepada penikmat lagu, bahwa peliharalah hubungan baik, dan perhatikanlah orang-orang terdekat dengan kita, sebab kalau sudah tiada baru timbul penyesalan karena kalau “kehilangan” (meninggal), tak mungkin dapat kembali untuk dihadirkan.

Daftar Pustaka

Budi Setiawan. 2006. Analisis Wacana. Surakarta: UNS.
Kridalaksana, 2001. Kamus Linguistik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Sumarlam, dkk. 2003. Teori dan Praktik Analisis Wacana. Surakarta: Pustaka Cakra.
_. 2004. Analisis Wacana. Bandung: Pakar Raya.

*Dosen Tetap Fakultas Sastra Universita Al Ghifari.

(Visited 41 times, 1 visits today)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.