Oleh: Gugun Gunardi*
Setiap orang pada umumnya ingin mengetahui nenek moyangnya. Seperti apa? Hidup di mana? Bagaimana pola hidupnya? Apa bahasa yang dipakainya?
Keingintahuan itu adalah hal yang wajar, karena manusia diberi akal dan pikiran, serta hati nurani. Sehingga dengan potensi yang diberikan Tuhan kepada manusia tersebut, manusia menjadi mahluk yang cerdas. Di antara wujud kecerdasan tersebut adalah, keingintahuan siapa dirinya, dan darimana asalna, dengan bahasa cara mereka berkomunikasi?
Demikian pula orang Sunda, ingin mengetahui asal mulanya dari mana. Termasuk dalam kelompok ras apa. Cara berkomunikasi antar sesamanya dengan bahasa Sunda seperti apa. Hidupnya di mana. Adakah peninggalan yang dapat menjawab pertanyaan tersebut. Maka, begeraklah para peneliti untuk mendapatkan jawaban tersebut.
Tersebutlah gua Pawon, sebuah gua alami dan situs purbakala yang terletak di Desa Gunung Masigit, Kecamatan Cipatat, Kabupaten Bandung Barat. Terlatak di Kp. Cibukur, Jawa Barat.
Gua pawon merupakan sebuah tempat yang penting bagi orang Sunda, karena di sanalah tempat berkumpulnya sesepuh (nenek moyang) orang Sunda yang sekarang menduduki Jawa Barat.
Di Balai Arkeologi Bandung, di Kecamatan Cileunyi, di sana disimpan kerangka manusia purba, yang konon adalah nenek moyang orang Sunda, meski masih diteliti. Hal ini menunjukkan bahwa asal muasal orang Sunda, mulai terbuka tabirnya. Kita tunggu hasil penelitian para ahli di lembaga tersebut. Mudah-mudahan, para ahli di lembaga tersebut dapat membuktikan tabir misteri asal mula orang Sunda.
Lokasi Gua tersebut, tepat berada di areal sekitar penambangan batu kapur padalarang, namun gua yang sekarang menjadi objek wisata alam di Bandung ini, berada di puncak bukit Pawon. Menurut penelitian para ahli, tempat ini pada zaman dahulu merupakan salah satu tepian Danau Bandung Purba, yang lenyap airnya di lokasi Sanghyang tikoro Bandung.
Gua Pawon ini, memiliki panjang sekitar 38 meter dan lebar 16 meter, akan tetapi tinggi atap guanya belum dapat dipastikan lebih detil, karena ketika pertama kali ditemukan oleh para ahli, bagian atap goa sudah dalam keadaan runtuh. Sementara lantai gua Pawon yang tersisa hanya sebagian kecil.
Karena lantai gua pawon ini, bagian tengahnya sudah hancur dan tertimbun oleh bongkahan runtuhan atap, serta sebagian besar sudah tererosi sehingga membentuk lereng yang cukup terjal.
Di gua Pawon inilah, lokasi pertama kali ditemukan kerangka manusia purba, dan disebut Gua Pawon karena lokasi temuan kerangka manusia tersebut berada di dalam gua karst yang terletak di sisi tebing bukit kars Gunung Masigit. Sementara kata “Pawon” di dalam Bahasa Sunda wrtinya dapur.
Hasil temuan para ahli, di antara tahun 1930 hingga 1935, diantaranya dilakukan oleh A.C. De Yong dan G.H.R. Von Koenigswald, di gua ini ditemukan peralatan, peninggalan dari zaman Preneolitik dari bahan obsidian, kalsidon, kwarsit, rijang dan andesit yang berupa anak panah, gelang batu, penyerut, batu asah hingga pisau. Sedangkan pada tahun 2003 dan 2004, di tempat wisata sejarah sunda ini ditemukan berbagai bentuk artefak berupa pecahan keramik, spatula, gerabah, dan sisa perhiasan yang terbuat dari gigi binatang juga gigi ikan yang mencirikan keberadaan situs purbakala tersebut di masa lalu.
Dari hasil tersebut sangat jelas menegaskan bahwa Gua Pawon Padalarang Bandung Barat ini pernah dijadikan sebagai rumah alam, atau tempat hunian oleh manusia di zaman prasejarah di masa lampau. Situs purbakala, berupa tempat temuan kerangka manusia purba, ditemukan berada tepat di sisi utara gua dan sekarang dipagari, untuk kepentingan penyelamatan cagar budaya dan sejarah.
Di lokasi itu ada bongkahan batu berupa sosok tulang manusia yang sedang tertifur, yang mrrupakan replika kerangka. Karena kerangka aslinya sudah dipindahkan ke kantor Balai Arkeologi Bandung di daerah Cileunyi.
Berdasarkan temuan para ahli, ciri fisik manusia gua pawon ini terutama tengkorak kepala manusia,
dipastikan termasuk ras Mongoloid. Dari hasil eskskavasi terakhir ditemukan sisa-sisa rangka manusia yang mewakili empat individu, dan diberi nomor urut RI, RII, RIII, dan RIV.
Rangka-rangka tersebut mewakili periode budaya yang berbeda. Analisis umur yang dilakukan berdasarkan unsur karbon (carbon dating), “Manusia Gua Pawon” ini hidup antara rentang waktu tahun 5600 – 9500 yang lalu.
Sumber Rujukan:
19/11/2021 OLEH DIAN MARDIANA