Sebagain pasangan yang tak dianggap, sangatlah nelangsa dibuatnya. Keberadaanya hanya dianggap boneka manekin tak ubahnya properti yang bisa dipermainkan.
Hal ini dipengaruhi pesatnya perkembangan teknologi, tak bisa dipungkiri pasangan kita lebih eksis bersama telepon genggam dan eksis di media sosial adalah sebuah keniscayaan.
Mainin telepon genggam boleh-boleh saja, tapi jangan sampai lupa daratan, kasihan pasangan kita, nganggur dibuatnya. Merasa tidak dianggap bisa membuat kita merasa tidak dihargai, terabaikan, atau bahkan kesepian. Ini adalah perasaan yang bisa sangat menyakitkan dan mempengaruhi kebahagiaan emosional kita.
Tak dapat dipungkiri, bahwa pasangan kita lebih mencintai benda mati, ketimbang pasangan yang masih hidup. Suka tidak suka benda mati seperti gawai mampu menghibur kegundahan hati dengan segala kontennya. Merubah perilaku pasangan kita (baik suami maupun istri).
Awalnya pasangan serasi penuh romantis, sontak berpaling menjadi pasangan paling dingin, beku, tidak ada kehidupan layaknya manusia, ibaratnya memilih pasangan hidup seperti boneka dan patung.
Rasanya pasti sulit dan menyakitkan. Agar kehidupan kembali normal seperti sedia kala, cobalah abaikan benda-benda mati tadi, penting untuk terus menjalin komunikasi dengan pasangan tentang perasaan dan harapan keduanya dalam membina hubungan sebagai suami istri. Komunikasi terbuka bisa membantu memperbaiki hubungan dan memperkuat ikatan kekeluargaan, salah satu cara “memalingkan” pasangan yang tidak dianggap.
Untuk mengobati pasangan yang tidak dianggap, penting untuk membangun komunikasi yang rutin, mendukung satu sama lain, menghargai perbedaan, dan “quality time” atau menghabiskan waktu berkualitas bersama sebagai pasangan yang lagi kasmaran. Lakukan kegiatan seperti makan malam bersama, liburan keluarga, dan berbicara secara terbuka tentang perasaan dan kebutuhan masing-masing, ini dapat membantu memperkuat ikatan kasih sayang agar tidak Selingan Indah Keluarga Utuh (Selingkuh).
Ada banyak faktor yang bisa menyebabkan seseorang berselingkuh. Ini bisa termasuk masalah komunikasi yang “mati suri” dalam menjalin hubungan rumah tangga, ketidakpuasan emosional atau fisik, keinginan untuk mencari variasi atau kegembiraan baru, atau bahkan kesempatan yang muncul secara tidak terduga.
Salah satu ciri hubungan romantis dalam rumah tangga bisa mencakup komunikasi yang baik, saling pengertian dan dukungan, kepercayaan, kerjasama dalam mengatasi masalah, serta keintiman fisik dan emosional di atas ranjang.
Agar bisa menikmati romantisme di atas ranjang, penting untuk menciptakan suasana yang nyaman dan intim. Memang terdengar tabu, tapi mulailah dengan berbagi perhatian, kasih sayang, dan komunikasi yang jujur. Eksplorasi sentuhan-sentuhan lembut, menciptakan suasana romantis, musik yang menenangkan serta menyenangkan, atau pijatan ringan. Yang terpenting, luangkan waktu untuk saling mendengarkan dan merespons kebutuhan dan keinginan pasangan berbicara tentang kebutuhan dan keinginan masing-masing serta mencoba hal-hal baru dapat memperkaya hubungan intim. Juga penting untuk memperhatikan kesehatan fisik dan emosional masing-masing agar dapat menikmati momen secara maksimal. Menyiasati hubungan intim suami-isteri bisa melibatkan komunikasi terbuka, saling pengertian akan kekurangan dan kelebihan pasangan untuk eksplorasi bersama.
Untuk membangun hubungan rumah tangga yang harmonis, penting untuk memprioritaskan komunikasi terbuka dan jujur, saling mendukung dan menghormati satu sama lain, mengatasi konflik dengan cara yang sehat, berbagi tanggung jawab, dan menyediakan waktu untuk memperkuat ikatan emosional dan fisik. Mendengarkan dengan penuh perhatian dan menghargai perbedaan juga merupakan kunci penting untuk menciptakan hubungan yang seimbang dan harmonis.
Hubungan romantis tentunya tidak sekedar merasa puas dan tidak puas. Benar, hubungan romantis melibatkan lebih dari sekadar kepuasan atau ketidakpuasan. Mereka juga melibatkan kepercayaan, komunikasi yang baik, dukungan, keintiman emosional, dan keterlibatan yang mendalam satu sama lain.