Oleh: Muhammad Sadar*
Berawal dari rasa kekhawatiran dan kerisauan terhadap pelambatan pengolahan tanah sawah hingga penanaman padi di sebuah kampung bernama Kupa membuat penulis melakukan monitoring lapangan pada hari Selasa, 20 Pebruari 2024. Kupa sebagai tempat lahir penulis sejak setengah abad yang lalu hingga saat ini kampung tersebut masih eksis pada sektor pertanian tanaman pangan, hortikultura, peternakan, perikanan, dan kehutanan maupun usaha ekonomi kreatif lainnya yang dilakukan masyarakat.
Kondisi existing tersebut segera kami laporkan ke tingkat pimpinan terkait tindakan yang perlu dilakukan. Bak gayung bersambut, sehari pascamonitoring lapangan, melalui Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Barru, Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian Kementerian Pertanian sedang menjajaki lokasi-lokasi persawahan petani yang mengalami pelambatan penanaman padi pada musim tanam rendengan 2023/2024 saat ini.
Sekilas gambaran tentang Desa Kupa merupakan bagian dari 54 desa/kelurahan pada jajaran Pemerintah Kabupaten Barru. Desa ini merupakan pemekaran dari Desa Bojo sejak akhir dekade 1980-an yang terdiri atas 3 dusun, yaitu Dusun Kupa, Buaka, dan Labuange. Luas wilayah desa mencapai 20,23 kilometer persegi dan dihuni oleh penduduk sebanyak 3.134 jiwa. Desa Kupa tergolong dalam tipologi wilayah pesisir laut berhadapan langsung selat Makassar dengan bentang garis pantai sepanjang 8,7 kilometer sehingga penduduknya sebagian bermata pencaharian pokok adalah nelayan pesisir maupun nelayan tangkap.
Khusus di subsektor tanaman pangan, masyarakat Kupa berkecimpung pada usaha budidaya komoditas padi, jagung, kacang tanah, kacang ijo, dan hortikultura seperti semangka dan jenis sayuran lainnya. Tak terlepas pula pada usaha subsektor peternakan seperti intensifikasi penggemukan sapi bali. Menurut data, BPS (2023) mencatat bahwa luas baku sawah Desa Kupa 39,44 hektare dan lahan kering meliputi tegalan, kebun, dan pekarangan seluas 68,40 hektare. Posisi luas baku sawah tersebut merupakan lahan tadah hujan yang praktis ditanami padi sekali setahun pada musim rendengan dengan produktivitas 4,5-7,2 ton per hektare GKP, selebihnya ditanami palawija dan lokasi gembala sapi. Pemanfaatan lahan sawah tersebut dikelola oleh petani sebanyak 99 orang yang tersebar dalam 4 unit kelompok tani.
Tata guna lahan di tingkat Desa Kupa tergolong belum optimal karena disadari bahwa adanya faktor pembatas dalam memaksimalkan sumber-sumber air. Hal lain yang berefek tidak maksimalnya pengelolaan lahan karena luas garapan petani tergolong relatif sempit alias gurem antara 0,06-1,07 hektare dan status kepemilikan lahan bukan hak kuasa penuh, di samping faktor ekonomi dan sosial lainnya.
Sehubungan dengan program ketahanan pangan nasional di mana kegiatan akselerasi padi-jagung sedang digalakkan oleh Pemerintah cq. Kementerian Pertanian untuk mengatasi defisit produksi padi- jagung sepanjang tahun 2023 akibat El Nino berkepanjangan. Anomali iklim tersebut berakibat terhadap tidak optimalnya pertumbuhan tanaman karena kekurangan pasokan air dan kekeringan ekstrim.
Pada hari Jumat,23 Februari 2024 oleh Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian Kementan RI
(Dirjen PSP-Ir.Ali Jamil,M.P.,P.hd.) bersama Direktur Irigasi Pertanian, Ir.Rahmanto,M.Sc didampingi Tim Dinas Pertanian Provinsi Sulawesi Selatan dan Kepala Dinas Pertanian – Ketahanan Pangan Kabupaten Barru beserta Tim melakukan kunjungan kerja di lokasi kelompok tani Masagenae dan Lompo Jaya di Desa Kupa. Dirjen PSP bersama rombongan disambut dan diterima oleh jajaran Pemerintah Desa Kupa dan langsung ke lapangan memantau keadaan lahan sawah petani, menyaksikan aktivasi perpompaan air, dan berinteraksi bersama petani terkait dinamika lapangan yang dihadapi. Dalam pengarahannya di pinggir sungai Kupa dan dialog interaktif di rumah petani, Dirjen PSP mengatakan, “Tujuan kunjungannya di Kupa adalah untuk mengidentifikasi lokasi persawahan yang masih berindeks pertanaman (IP 1-2). Jika tersedia potensi sumber air seperti sungai di kampung ini, maka selanjutnya air permukaan tersebut akan diupayakan untuk diangkat menggunakan mesin pompa air dan disalurkan ke sawah-sawah petani melalui pipa 6 inch. Dengan metode gravitasi air sungai Kupa bisa dioptimalkan dan diekplorasi untuk kebutuhan pertanaman setiap musim.”
Lebih jauh Dirjen PSP memberikan penjelasan, “Rencana ini akan disepakati lebih dahulu bersama semua pihak baik petani, pemerintah desa, dan dinas pertanian yang akan mengusulkan ke Direktorat Jenderal PSP. Kegiatan ini nantinya akan dialokasikan dalam pekerjaan RJIT dan dilengkapi dengan bangunan air disertai paket pompa air 6 inch sebanyak 2 unit.”
Dirjen PSP menerangkan,”Target dan sasaran tanam padi nasional pada bulan Februari 2024 seluas 1 juta hektare, dengan rincian 600 ribu hektare di Jawa, selebihnya 400 ribu hektare tersebar di daerah sentra produksi padi nasional di Sumatera Utara/Selatan, Lampung, dan Sulawesi Selatan. Dirjen PSP berharap bahwa dengan adanya peletakan bantuan sarana air pada kelompok tani di Kupa agar indeks pertanaman padi bisa dilakukan hingga 2-3 kali setahun,demikian Dirjen PSP mengunci penjelasannya.”
Dengan paradigma seperti ini bahwa upaya infiltrasi kementan langsung ke lokasi petani untuk meringankan dan memaksimalkan semua potensi sumber daya di kampung maka tantangan dan hambatan yang dialami para pelaku pertanian di lapangan paling tidak satu hal bisa terselesaikan. Upaya tindak lanjut dari pergerakan ini adalah bagaimana sikap yang meliputi kemauan, kehendak,
penerimaan, dan kesediaan para petani untuk memfollow-up kebijakan para petinggi pertanian dari pusat. Bola kemajuan dan tanggung jawab saat ini ada ditangan-pundak para punggawa paggalungnge ri Kupa.Kini saatnya bola tersebut digulirkan, dimainkan untuk goal yang lebih jauh ke depan, yaitu hijaunya semua lahan sawah di Kupa melalui peningkatan indeks pertanaman, baik on atau off season.
Satu hal lagi yang penting bahwa kekhwatiran dan kerisauan penulis sebagai putra lokal Kupa, kini sudah berkurang berkat Upaya Infiltrasi Kementan di Kupa. Semoga semua sumpungloloku terutama para sahabat petani, tokoh masyarakat, dan jajaran Pemerintah Desa Kupa sanggup dan mampu menjadi bagian dalam amanah merealisasikan akselerasi padi untuk keberlanjutan pangan nasional.
Kupa,23 Pebruari 2024
*Koordinator Pena Barru dibawah panji Bengkel Narasi Indonesia, Jakarta