Dav okey aku minta maaf jika aku yang telah bersalah padamu setidaknya kita harus bersyukur karena Tuhan masih memberi kita kesempatan untuk face to face pada moment kampanye Dav. Aku capek jadi stop chat dulu Dav sudah mau siang aku butuh makan dan menyelesaikan tugasku. Hari ini free aku tahu kamu tidak kerja jadi jangan bohongi aku hanya demi menghindari diriku Dev, ujar Dav.

Tiba-tiba Dav video call. Aku pun menerimanya. Ia menatap aku dengan senyumanya yang dulu ketika kecil selalu menganggu kahyalanku serta tidurku. Aku masih berbaring di kamar. Dev aku merindukan dirimu. Hahaha Dav terlambat, buang jauh-jauh rasa rindumu yang sudah expire itu Dav, ujarku.

Sumpah Dev, aku tidak bisa melupakan dirimu juga cara kamu kala berjalan ke arahku menuju lapangan itu. Dev apakah kamu tidak pernah berpikir tentang masa kecil kita? Tanya Dav. Saat aku berpikir juga tetap saja sama hasilnya kenapa harus memikirkan sesuatu yang bukan milik kita Dav, ujar aku pada Dav.

Aku merasa kangen terus saat pulang dari Liquisa Dev, akan karakter masa kecilmu hingga detik ini Dev. Kangen saja selama Timor-Leste belum ada pasal yang mengatur karakter sesorang untuk kangen sama orang lain. Kamu kenapa shii buat aku makin rindu sama kamu Dev? Hmm siapa juga yang paksa kamu rindu ke aku Dav. Upsss keras kepala kalau ketemuan aku takkan lepaskan dia hingga ayam berkokok tiga kali. Hahah Dav kamu kok tidak sama lagi shii seperti Dav yang dulu aku suka di masa kecil?

Dulu hanya anak yatim yang tak berharga di mata kamukan? Dasar gila, kamu kira aku anak yang tak punya hati! Terus kamu bilang aku sudah beda tidak kayak Dav di masa kecil.

Maksud aku tidak seperi tai yang ada di kepala kamu Dav. Aku tidak mau video call lagi sama kamu. Coba kamu lakukan kalau kamu benaran berani Dev. Mau kamu apa shii, sudah tua bangka baru sengaja hadir dan menghakimi aku Dav?

Emang kamu tidak sadar ya Dev, kamu jauh lebih bersalah dari aku! Apa kesalahan aku padamu? Coba bicara biar aku perbaiki. Kamu anak manja suka cengeng terus sombong dan egois Dev.

Sekarang kamu jujur jika kamu telah melupakan semua kisah di masa kecil kita! Apa benar kamu tidak pernah sekalipun merindukakan aku bersama kenangan masa kecil kita di saat aku mengejek kamu yuk mari kita nikah Dev. Hmmm jangan bahas itu lagi Dav, kita udah dewasa, jadi proses waktu telah merubah segalanya. Yakin kamu tidak bohong? Ya tidak. Dav langsung akhiri panggilan.

Aku tiba-tiba berlinan air mata. Dav, andai kamu tahu bahwa di hati kecilku tidak ada yang bisa mengantikan namamu juga bayanganmu. Untuk apa aku harus kembali pada luka lama biarkan aku terus menyembunyikan bekas luka itu seorang diri tanpa Dav, harus mengetahui isi hatiku tentang dia.

Aku tahu segala yang sudah terjadi takkan terulang di masa kini bahkan di masa depan. Kami berkomumikasi hingga lupa makan siang. Dav sudah tak chat lagi, jadi aku hendak bangun dari kamar tidurku, dimana sejak pagi aku berbaring chat dengan Dav hingga video call, tiba-tiba Dav chat, maaf Dev lo bat ujarnya. Okey, kita mandi terus makan dulu, jawabku padanya.

Akupun pergi mandi dan usai makan ingin istrahat sebentar. Dav kembali video call dan menatapku dengan gaya jadulnya. Ah kamu Dav aku mau istrahat dulu. Tidak, malam saja tidurnya. Oh Dev maaf mana suamimu? Hmmm di rumah kenapa kangen sama suamiku juga? Ujarku pada Dav. Bukan aku takut dia salah pahan Dev. Ya kalau takut dan tahu menghargai relasi orang lain, ya kurangi chat dan video callmu Dav. Tidak ada rasa takut Dev, hanya menjaga hatinya saja.

Oh jadi gitu caramu mengambil kesempatan dalam kesempitan ya! Ya bisa jadi karena sebelum dia aku adalah objek cinta pertama kamu Dev, jadi jangan lupa itu jika kunci hatimu aku yang buka pertama, jadi dia memilikimu juga dia tetap urutan terakhir bukan pertama Dev.

Dav kamu sudah memiliki istri kenapa free begini tidak berkomunikasi dengan istri dan anak-anakmu Dav? Sudah stop bahas orang lain dalam relasi kita Dev, ujar Dav.

Waktu terus berjalan, hingga hari mulai sore, serasa aku adalah wanita terbaik baginya hari itu. Dav betapa kamu adalah manusia berharga buatku sepanjang hayat dimana kamu tidak pernah tahu seberapa lama penantiankku padamu Dav. Berpikir jika usai mewujudkan cita-citaku kau adalah objek cintaku sehidup semati kini aku harus kubur rasa itu.

Dav tidak boleh mengetahui isi hatiku. Kami mulai saling berkomunikasi di hari-hari berikutnya di mana Dav melarang aku tak boleh chat ke dia karena terkadang HPnya di pegang oleh istri juga anak-anaknya.

Hmm kok makin dewasa malahan Dav justru makin jadi pria munafik? Padahal kan aku juga tidak berpikir sebodoh yang ada dipikiran Dav. Emang Dav mengira aku akan terus chat sama dia? Aduh kenapa Dav tidak kayak Dav yang aku kenal di masa kecil ya? Tanyaku dalam hati.

Akhirnya terkadang ia chat, baru aku balas karena segala yang jadi bahan cerita ketika kami mulai berkomunikasi hanya sebuah pelajaran berharga buatku. Aku justru bahagia karena kami masih bisa saling menegur satu sama lain sebagai teman. Masih bisa berbagi cerita serta masih bisa membahas perasaan masa kecil kami.

Aku tidak tahu apa yang ada di pikiran Dav. Aku jujur kalau aku bakalan bisa melalukan segalanya untuk membuang jauh-jauh perasaan masa kecil adalah salah satu usaha saat Dav kembali menghakimiku.

bersambung…

(Visited 10 times, 1 visits today)
Avatar photo

By Devinarti Seixas

Penulis dan Pendiri KPKers Timor Leste, dengan mottonya: "Kebijaksanaan bukan untuk mencari kehidupan melainkan untuk memberi kehidupan dan menghidupkan". Telah menyumbangkan lebih dari 100 tulisan berupa; berita, cerpen, novel, puisi dan artikel ke BN sejak 2021 hingga sekarang.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.