Suatu hari di sebuah negeri kecil hidup seorang bunda / wanita single parent dengan dua anaknya. Sudah dua malam putranya keluar rumah dengan alasan mencari pekerjaan. Namun tiba-tiba motornya rusak jadi ia berharap ayahnya bisa bantu memperbaiknya. Berdoa untuk mendapatkan anak kala kita membangun fondasi rumah tangga adalah harapan semua orang yang menikah di usia muda maupun tua. Namun, untuk memenuhi kebutuhan anak-anak selalu jadi masalah dalam tiap hubungan. Putranya menggunakan nomor temannya dan menelfon ke sang Bunda bahwa ia tidak bisa pulang karena motornya rusak. Lalu dua malam itu hanya sang bunda dengan adiknya yang berada di rumah kontrakan.

Akhirnya malam itu usai makan putrinya mengajak bundanya untuk mengaruk punggunnya. Sambil mengajak ibunya tik-tok tapi sang bunda menjawab, apa keuntungan dari tik-tok buatmu nak? Dipikiran putrinya meluap emosi tapi hanya tersenyum menatap bundanya. Bundanya berkata segala aplikasi mampu kita gunakan nak, bunda paham ini bukan era bunda tapi era kalian era digital tapi sekedar bergoyang-goyang untuk pamer lewat aplikasi bunda tidak setujuh nak.

Putrinya bingung kenapa ibu berkata demikian? Tanyanya. Nak negara ini punya warisan tradisi dari nenek moyang kita jadi kalau mau memiliki aplikasi apa saja kita harus berpikir untuk apa saya gunakan aplikasi ini? Tujuannya harus ada jangan cuma visi dan misi doang. Sang putri menjawab tapi kakak-kakak yang lain hanya sering up-load di status di aplikasi tik-tok serta instagram juga yang lainnya cuman goyang-goyang saja tubuh mereka bunda.

Ya makanya kamu putri bunda jangan harus samakan dirimu sama mereka. Kamu harus punya pemikiran sendiri dan cara hidup sendiri agar segala yang kamu lakukan beda dengan teman-temanmu yang lain. Coba ingat goyang-goyang saja badan apa maknanya? Ya juga bunda aku paham. Lalu ia berkata kita foto saja bunda . Ya boleh jawab bundanya.

Bundanya lalu mengajak dia foto saja kaki mereka. Putrinya lalu berkata, Bunda jika kaki saja yang di post nanti orang bisa salah paham pikir kaki mama dengan kaki pria lain. Bundanya langsung memeluk putrinya dan berkata ah kamu sudah punya pemikiran yang bagus berati kamu sudah tahu hal positif dan negatif dong! Ya Bunda.

Dengarkan aku putriku, ingatlah karena kamu sudah bisa bedakan antara makna kaki maka bunda mau jelaskan satu hal padamu. Apa bunda. Begini kelak jika tumbuh dewasa dan hidup di antara manusia yang lain yang kita sebut masyarakat dalam suatu negara kamu harus bisa berpikir kritis. Kenapa pula bunda, akukan tadi cuman jelaskan tentang foto kaki bunda dan aku ketika di post orang pasti akan salah paham. Ia makanya dengar penjelasan ibu. Kelak tumbuh dewasa kamu harus berpikir kritis karena jika kamu tidak berpikir kritis kamu hanya akan tunduk sama ide orang meskipun salah. Oh jadi gitu maksud bunda?

Ya begini nak ketika kita menilai sesuatu jangan hanya lihat masalah kakinya tapi juga lihat masalah keseluruhan yakni kepalanya. Jadi kita bukan dokter, jadi kaki yang sakit harus cek saja kaki pasien atau kepala yang sakit cek saja kepalanya. Kita masyarakat hidup berkisanambungan jadi jangan takut terhadap penilaian orang tentang kaki atau kepala saja apabila kelak dewasa.

Mengapa bunda berkata demikian? Tanya putrinya lagi.Karena kita bukan sakit pasien tapi masyarakat jadi ketika menilai seseorang jangan lihat kakinya kita langsung berpikir negatif, tapi kita juga harus mampu mencari tahu kepalanya dulu baru mencoba untuk menilai, apa benar kaki ini memiliki kepala terus kalau kepalanya ada, baru kita mampu mengetahui itu kakinya siapa karena kaki dan wajah dua sisi bagian tubuh manusia yang memiliki arti yang berbeda.

Jadi maksud Bunda apa? Kamu dengar maka kamu akan paham tentang arti foto kaki kita berdua. Jika kita hidup di sebuah lingkungan jangan suka menilai dari sesama kita hanya ketika melihat kakinya maksud nya saat mendegar gosip seseorang dari orang lain jangan kita langsung menelannya bahwa itu benar tapi kita butuh berpikir dengan akal sehat dan mencari tahu apa benar yang di katakan orang itu benar ? karena sebuah masalah pasti di sebabkan oleh aksi baru adanya reaksi sama seperti foto kaki kita berdua jangan peduli apa kata orang tentang kaki tapi berlikirlah bahwa kaki itu pasti ada kepalanya.

Oh mantap bunda, pemikiran yang hebat ujar putrinya. Ibu katakan inj agar kelak jangan dewasa jangan menilai orang lain lewat pengelihatan saja tapi butuh pendekatan untuk menjawab atau membenarkan apa yang kita lihat itu fakta atau tidak sama halnya rasa takut kamu ketika orang menilai kaki kita lewat pengelihatan mereka belum tentu benar jika ini kaki ibu sama kaki pria lain. jadi ibu harap kelak kamu pintar agar mampu menilai sesuatu berdasarkan fakta dan tidak muda terpangaruh oleh opini orang lain demi kepentingan yang bersifat egoisme. Makasih bunda jadi aku sudah paham

Berati ketika kita hidup dalam suatu lingkungan kita harus menilai seseorang itu dengan fakta juga bukti, jangan mengarang cerita hanya karena dengar gosip karena mata juga bisa menipu kita. Jadi cari tahu kebenarannya apa benar yang dikatakan orang karena setiap masalah pasti ada penyebabnya seperti setiap kaki pasti ada kepalanya juga bagian tubuh yang lainnya. Jadi saat kita hanya melihat kaki lalu mencurigai orang tanpa melihat kepalanya belum tentu benar putriku. Maka Ibu ingin kamu bangkit menjadi generasi yang kreatif & Inovatif jangan hanya memiliki kaki tanpa kepala.

Dili, 2 agustus 2024

(Visited 6 times, 1 visits today)
Avatar photo

By Devinarti Seixas

Penulis dan Pendiri KPKers Timor Leste, dengan mottonya: "Kebijaksanaan bukan untuk mencari kehidupan melainkan untuk memberi kehidupan dan menghidupkan". Telah menyumbangkan lebih dari 100 tulisan berupa; berita, cerpen, novel, puisi dan artikel ke BN sejak 2021 hingga sekarang.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.