Terima Kasih Bumi karenamu Kami Menjadi Generasi Kreatif & Inovatif Butuh Totalitas Berkesinambungan.
Hidup dalam suatu negara, tentu kaki kita berpijak di atas bumi meskipun imajinasi kita melayang ke angkasan bahkan di hadapan pintu surga ketika kemampuan dipertaruhkan lewat komitmen.
Angkasa tempat kita memgadopsi angan, imajinasi serta impian sedangkan bumi tempat kaki kita berpijak, kita bersandar serta berteduh bahkan hidup di atasnya. Setiap ingatan kita terus melayang ke mana-mana namun Bumi adalah tempat memproklamirkan ide-ide tak berbentuk lewat alam imajinasi bagai huruf mati yang kita susun jadi kata yang memiliki makna hingga pada kalimat bahkan alinea juga buku yang mampu di baca, di tulis ulang bahkan di pahami oleh banyak manusia di planet bumi, bahkan mampu diprerankan oleh para aktor dan artis dalam bentuk Film adalah ahlaknya bumi.
Dari sedikit definisi singkat ini, aku sengaja menjadikan objek reality angan di bumi melalui tulisan semata tapi berharap mampu bermakna bagi banyak orang khususnya yang kini ada di bumi bukan di angkasa atau surga karena aku belum pernah berkunjung pada kedua tempat tersebut. Namun, kini aku ada bahkan melanjutkan hidup serta mencari nafkah di atas bumi bahkan akan berlalupun jasadku dikebumikan. Dengan demikian aku mau mengucapakan terima kasih kepadamu planet ketiga dari tata surya yakni BUMI juga orang-orang di atas BUMI bersamaku.
Jangan serius membahas yang tak mungkin tapi seriuslah membahas yang mungkin terjadi di atas bumi ini. Aku mau berbicara tentang minat anak-anak, para remaja, pemuda dan pemudi maupun orang dewasa atau biasa disebut orang tua.
Hidup di atas bumi yang satu tapi di pisahkan dengan nama nenua, kawasan bahkan negara tentu kita hidup menurut tatanan atau aturan yang berbeda pula. Di mana kita di hadapakan pada latar belakang pola pikir dari tokoh Filosofi yang berbeda pula karena kita hidup dari latar belakang adat istiadat yang berbeda, tradisi kehidupan yang berbeda, kultur yang berbeda serta pandangan terhadap seni yang berbeda pula karena kita dididik dan diasuh dari latarbelakang serta pola pikir yang berbeda pula.
Di era ini bukan lagi era yang dulu seperti era nenek moyang kita. Di mana di era ini kita justru makin berhati-hati karena apa? Karena kita sadar bahwa era yang hanya menciptakan penawaran yang tidak lagi melibatkan asal usul dari apa yang kita tawarkan baik ide, budaya, tradisi kehidupan, kultur juga pola pikir orang beride. Ingatlah bahwa apa saja bisa kita lakukan baik di hari kemarin, hari ini, esok atau lusa karena kehidupan kita selalu berkesinambungan.
Dari segala yang terjadi manusia tak lagi berpikir dampak buruk di masa depan karena di otak kita sekarang adalah penawaran. Pernahkah kita berpikir aku tak mau membelinya karena aku takut efek di masa depan akan menyebabkan kelunturan dari ciri khas asli atau erosi. Tidak, semua mau terima saja karena tuntutan zaman, kata orang memiliki pandangan atau pola pikit tapi tanpa mengasahnya dan menerima secara gratis tawaran global.
Di sinilah aku berpikir bahwa ada baiknya kita harus mendidik diri menjadi generasi kreatif dan inovatif agar mampu berpikir kritis demi melestarikan ciri khas bangsa kita. Dengan demikian semoga setiap generasi yang hidup di tiap negara bisa menyadari satu hal yakni realitas hidup dari setiap tawaran. Dimana tawaran dalam bentuk barang mungkin masih bisa kita cari solusi apabila kita menemukan kerusakan atau kualitas yang tidak memadai namun, jangan lupa ketika kita menerima tawaran ide tanpa berpikir kritis kita hanya akan jadi korban, sebagai sebuah asupan yang lama kelamaan akan menghilangkan ciri khas bangsa kita sendiri.
Melalui sudut pandang ini, aku berpikir bahwa saat kita hidup di bumi terkadang kita tak menyadari bahwa kita butuh totalitas dalam hidup ketika kita melibatkan diri dalam sebuah kegiatan.
Apapun bentuk kegiatan entah dari keluarga, lingkungan, organisasi kecil, organisasi besar, institusi dalam sebuah negara setiap individu yang memiliki komitmen untuk melibatkan diri pada satu kegiatan sangat membutuhkan totalitas dalam keberanian yang kita ambil.
Ketika kita melakukan sesuatu yang bermakna bagi orang banyak, kita tidak boleh mengharapkan lebih dari kempauan kita bahwa sesungguhnya lakukan apa yang kita bisa, kepada orang lain dengan totalitas kemapuan jangan hanya sepele-sepele saja.
Pengalaman mendidikku dimana ketika aku menghidupkan organisasi kecil banyak orang yang ingin terlibat tapi tidak sungguh-sungguh melibatkan dirinya karena raga dilibatkan tapi jiwa di tempat lain atau sebaliknya dan itu yang aku sebut datang dan pergi tanpa sebuah komitmen namun berlalu dengan pelajaran agar memperbaiki diri di tempat yang baru dan di lingkungan yang baru karena ketika tidak ada totalitas tentu kita akan beralih lagi dan tujuan hanya mencari kelemahan organisasi atau orang lain.
Maka harapan kita sebagai insan, kita harus sadar bahwa setiap kehadiran kita kala kita melibatkan diri kita dalam sebuah konsep visi dan misi pada suatu kegiatan kita tentu harus bersyukur terlebih dahulu pada ksempatan dan tempat tersebut.
By Bu Dev25