Oleh : Muhammad Sadar*

Komoditas padi telah menjadi ikon besar negeri ini sebagai bahan pangan pokok rakyat.
Padi sebagai tanaman budidaya yang menghasilkan beras merupakan sumber gizi, energi dan berbagai macam olahan pangan untuk konsumsi masyarakat. Usaha tani padi di lahan sawah atau berbagai jenis lahan yang dikerjakan oleh petani merupakan salah satu sumber pekerjaan utama di perdesaan dan menjanjikan kemakmuran jika dilakukan dengan manajemen budidaya intensif.

Alternatif manajemen budidaya padi yang mampu diterapkan pada tingkat lapang adalah metode perluasan areal tanam padi pada lahan-lahan yang memiliki potensi tanam yang luas dan memenuhi syarat seperti tersedia sumber air, lahan bukan endemik penyakit, atau OPT lainnya, dan terbebas dari cekaman biotik atau abiotik. Selain hal tersebut, penting juga diperhatikan adalah sikap petani sebagai pelaku-pelaksana riil di lapangan dalam menyelenggarakan pekerjaan budidaya padi.

Strategi penerapaan perluasan areal tanam adalah melakukan peningkatan frekuensi tanam pada bidang lahan yang sama dalam waktu satu tahun. Peningkatan indeks pertanaman dari IP-100 menjadi IP-200 sudah menjadi lumrah dilakukan pada lokasi sawah beririgasi yang memiliki jaminan pengairan sepanjang musim.

Selain wilayah berpengairan teknis atau setengah teknis, terkadang lokasi tanam padi diupayakan pada areal sawah yang berpengairan dari sumber air sungai, danau atau waduk yang ketersediaan airnya dilakukan melalui irigasi perpompaan. Pada keadaan tersebut maka diupayakan peningkatan Indeks Pertanaman (IP-300) atau frekuensi tanam padi dilaksanakan tiga kali dalam setahun.

Pagelaran IP-300 padi seperti yang berlangsung di kelompok tani Taro. Ada Taro Gau Desa Lampoko Kecamatan Balusu Kabupaten Barru yang tertanam 12,00 hektare pada tanggal 11 September 2024 dilakukan setelah masa panen pada musim kedua atau gadu periode tanam April- Agustus 2024 lalu dan dilakukan panen bersama kembali pada tanggal 25 November 2024 yang bertepatan dengan peringatan Hari Guru Nasional.

Kegiatan panen dihadiri oleh Ibu Dr.Ir.Eni Tauruslina selaku Pj.LTT Padi Provinsi Sulawesi Selatan sekaligus sebagai Direktur Aneka Kacang dan Umbi-Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian Republik Indonesia, yang didampingi oleh Kepala Dinas Pertanian dan
Ketahanan Pangan Kabupaten Barru, Ir.Ahmad,M.M., beserta segenap organik Dinas Pertanian Barru antara lain Kepala Bidang TPHBun dan tim, para petugas lapang BPP Balusu (BPP/Mantri Tani, POPT dan PPL), Babinsa, dan pengurus kelompok tani pelaksana IP-300.

Dalam proses panen padi IP-300, diperoleh produktivitas sebesar 7,5 ton per hektare dari luas panen 12,00 hektare. Penggunaan varietas M70D merupakan salah satu varietas genjah yang terpanen pada umur 76 hari setelah tanam. Pada sambutan panen, Pj.LTT Padi Sulawesi Selatan Dr.Ir. Eni Tauruslina menyampaikan bahwa,” kegiatan panen padi yang ketiga kalinya di kelompok tani Taro Ada Taro Gau adalah upaya untuk mewujudkan swasembada pangan nasional. Apresiasi yang tinggi terhadap petani di Desa Lampoko karena pelaksanaan usaha tani padi IP-300 adalah swadaya para petani. Pemerintah sangat mendukung atas setiap usaha yang dilakukan oleh petani dalam meningkatkan produksi padi di wilayahnya.”

Beberapa catatan penulis terkait tantangan dan harapan dalam suksesi atau penerapan peningkatan Indeks Pertanaman (IP-300) Padi yaitu:

1.Para pakar pertanian telah menyebutkan bahwa perlunya tanah sawah diistirahatkan apabila telah melampaui masa tanam kedua, kalaupun ditanami,
komoditas penyangganya adalah palawija seperti golongan serealia jagung, leguminosa atau aneka kacang dan umbi.

2.Penanaman komoditas yang sama seperti padi pada musim tanam sebelumnya akan berpotensi melanggengkan maupun kesinambungan penyediaan bahan makanan bagi organisme penggganggu tumbuhan, termasuk habitat hama dan vektor penyakit terus eksis pada lahan yang sama.

3.Kerawanan penyebaran OPT padi yang terus mengancam dan potensi serangannya sangat kuat untuk periode tanam berikutnya. Kerawanan yang lain berupa masa panen padi jatuh pada bulan-bulan basah antara november- desember berakibat terhadap mutu gabah rendah dan kecenderungan harga anjlok.

4.Jika sekiranya optimalisasi peningkatan indeks pertanaman hingga IP-300 padi terus diprogramkan oleh pemerintah maka beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain,

(a) Pemerintah harus menyiapkan seluruh sarana produksi padi yang dibutuhkan petani seperti benih unggul berkualitas yang berkualifikasi genjah, termasuk sarana perlindungan tanaman, dan pupuk non subsidi karena pada umumnya kelompok tani dalam menyusun RDKK pupuk subsidi hanya dua musim tanam.

(b)Sarana benih yang diberikan sebaiknya benih sumber sekurang-kurangnya berkelas benih pokok dengan tujuan agar petani melakukan kegiatan penangkaran benih berkualitas dengan jaminan harga tinggi dan pemasaran yang sudah jelas.

(c)Pemerintah harus tetap memberikan jaminan asuransi usaha tani padi kepada para petani pelaksana IP-300 jika sewaktu-waktu terjadi kegagalan tanam hingga panen.

(d)Optimasi lahan pada peningkatan indeks pertanaman yang ketiga kalinya harus ada jaminan ketersediaan sumber air di musim kemarau. Infrastruktur air menjadi penopang utama untuk keberlangsungan pertanaman musim ketiga.

5.Pada umumnya petani telah memiliki sumber daya berupa lahan, tenaga kerja, bangunan pendukung seperti saluran air, alsintan dan rumah pompa. Manajemen sumber daya akan mengoptimalkan semua lini penggerak petani. Modalitas inilah sebagai aset berharga bagi kelompok tani untuk mendesiminasikan teknologi pertanian.

Khusus dinamika kelompok tani Taro Ada Taro Gau sebagai penerap IP-300 padi di Kabupaten Barru tergolong kelompok tani paling inovatif, berani, memiliki nyali tinggi bersikap dalam menyelenggarakan pertanaman yang ketiga kalinya diluar kebiasaan petani pada umumnya.
Upaya tersebut merupakan pencapaian yang luar biasa ditengah tantangan dan kelemahan IP-300.
Semangat dan etos kerja, partisipatif, dan perhatian petani dalam kelompoknya
perlu mendapat penghargaan dan applaus yang layak setinggi-tingginya.

Kegiatan panen padi
IP-300 di Lampoko, berharap untuk berkelanjutan pada musim-musim yang akan datang dengan melakukan perbaikan dan penyempurnaan.
Pemerintah sangat menghargai upaya yang dilakukan oleh Ketua kelompok tani Taro Ada Taro Gau bersama para petani lainnya dan perhatian petugas lapang pertanian karena telah turut menumbuhkan semangat maupun daya dukung dalam mewujudkan visi besar bangsa Indonesia untuk meraih swasembada pangan nasional dalam waktu yang sesingkat-singkatnya sebagaimana telah dicanangkan oleh petinggi negara.

Lampoko, 25 November
2024

*Warga Bengkel Narasi Indonesia, Jakarta

(Visited 109 times, 4 visits today)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.