Rabu, 27 November 2024, Pesta Demokrasi lima tahunan telah digelar di beberapa daerah di wilayah Negara kesatuan Repoblik Indonesia. Hari penentuan memilih pemimpin di daerah masing-masing. Proses kompoetisi di pesta demokrasi ini telah usai, tinggal menungggu hasil resmi penetapan dari Komisi Pemilihan Umum (KPU) sebagai Lembaga resmi pelaksana pesta ini, untuk mengumumkan kandidat pemenangnya. Di daerah kami, di Kab. Kolaka Utara salah satu kabupaten pelaksana Kompetisi di Pesta Demokrasi lima tahunan ini. Ada tiga pasang kandidat yang ikut bertarung, yang ke semuanya adalah putra-putra terbaik daerah kami, terlepas dengan segala kelebihan dan kekurangan masing-masing, pun masing-masing memiliki basis massa militan, yang tentu pada masing-masing kandidat bersama timnya mengklaim sebagai pemenang ketika pesta digelar nantinya.
Pasca era Reformasi bergulir, perubahan Undang-Undang tentang pemilihan kepala Daerah diubah, dalam hal ini, Gubernur, bupati, dan walikota yang sebelumnya dipilih dari unsur ASN melalui anggota DPR yang memiliki Pangkat/Golongan sesuai syarat yang ditentukan ditambah harus pernah mengikuti pelatihan di Lembaga Pertahanan Nasional (LEMHANAS). Di Lembaga inilah, para calon pemimpin daerah digembleng dengan berbagai pengetahuan kenegaraan, pengetahuan bagaimana mengelola sebuah daerah dalam bingkai Bhinneka Tunggal Ika, berwawasan dan berkarakter Pancasila, memahami UUD 1945 yang tentu saja juga mempelajari sejarah perjuangan bangsa meraih kemerdekaan serta bagaimana mengelola strategi untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia dari ancaman dan strategi mengisi kemerdekaan agar menjadi negara maju dan mandiri sesuai kemampuan dan potensi yang dimiliki oleh daerahnya masing-masing. Akan tetapi saat ini syarat melewati gemblengan dari Lemhanas telah ditiadakan. Calon pemimpin daerah bebas mendaftarkan diri dari golongan manapun yang penting ada Paratai yang menjadi pengusungnya, juga ditambah ditunjang oleh dana yang memadai untuk aktifitas selama proses pemilihan, mulai pendaftran pada partai, pendaftaran ke KPU, proses sosialisasi, kempanye, dan sebagainya yang membutuhkan daya dan dana hingga tak terbilang.
Siapapun calonnya, pastilah putra-putra terbaik karena diusung oleh masyarakat dan proses pemilihan partai yang tidak kalah rumit yang membutuhkan dana yang tidak sedikit, nominalnya membuat jantung berdebar kencang, kepala menjadi pening apatah lagi kalau sudah masuk dalam proses Pemilukada itu sendiri. Alat Peraga kampanye yang harus disiapkan, terutama seminggu dua minggu hari pelaksanaan Pemilukada tersebut. Masyarakat sudah terbiasa menunggu pemberian isi amplop yang terkadang mengabaikan sisi kualitas, kapasitas dan kapabilitas serta moralitas kandidat yang akan menjadi pemimpin, pengelola pemerintahan di daerahnya, manusia penentu maju mundurnya, tumbuh kembangnya, adil makmur, dan sejahteranya daerahnya. Kalaupun punya dana yang memadai dan memiliki kemampuan sesuai yang diharapkan, akan tetapi kalau yang terpilih hanyalah boneka pajangan, menunggu perintah dan petunjuk mentornya, maka apalah jadinya daerah.
Sejak era Reformasi, pasca SBY sebagai Presiden, yang dilanjutkan oleh pak Jokowi, ada beberapa UU yang ditelorkan menjadi kontroversi, tapi itu sudah berlalu, angaplah kita semua sedang diuji oleh Allah sebagaimana yang disampaikan dalam Al Quran, bahwa : “Tidaklah Allah menciptakan kematian dan kehidupan melainkan hanya untuk menguji hamba Nya siapa yang terbaik amalnya.” (QS :Al-Mulk : 2). Di Hadis Qudsi, Allah mengingatkan, bahwa : “Aku tergantung persangkaan hamba Ku”. Maka sebagai orang yang beriman, tentu harus meyakini kebenaran Al Quran sebagai petunjuk bagi setiap manusia dalam menjalankan kehidupannya di dunia fana ini agar sebaiknya bersabar di setiap ujian dan selalu berbaik sangka di setiap peristiwa walau itu harus menghadapi kematian sekalipun bahwa semua itu pasti ada hikmah di baliknya. Jabatan dan harta hanyalah titipan sementara yang di dalamnya ada hak orang lain sekaligus menjadi jalan mengukir catatan amal jika dilakukannya karena hanya bentuk pengabdian kepada pemilik kehidupan sementara ini. Maka pastilah dijalani semua tugas dan tanggung jawab tersebut tanpa beban, tanpa tekanan, tanpa pujian apalagi tepuk tangan.
Di hari ini, 27 November 2024 ini, daerah kami, Kolaka Utara telah melahirkan pemimpin satu periode, lima tahun ke depan terlepas dengan segala kekurangan kelebihannya, ada yang suka pun ada yang tidak. Hari ini, dari tiga pasangan kandidat dan pendukungnya, ada yang bergembira ada yang sedih, ada yang tertawa ada pula yang menangis. Tapi biasanya itu kondisi sesaat yang manusiawi. Takdir Allah tak bisa dielakkan dan dipungkiri pun tak bisa dilawan. Manusia tugasnya hanyalah berdoa dan berihtiar, soal kalah dan menang itu urusan Allah. Tugas kita, bersiap menerima dua kondisi, karena dalam berkompetisi, ada dua keadaan yang datang menyapa, : “Kalah atau Menang.” Suka tidak suka, senang atau tidak, harus siap menerima kenyataan. “Menang berarti diamanahi, kalah berarti dihindarkan” (Anis baswedan). Allah yang paling tahu keadaan hamba Nya, kalah dan menang adalah hal yang biasa, dua-duanya baik bagi kita jikamampu memaknainya. Tak harus menjadi Gubernur, Bupati/wali Kota kalau mau bermanfaat di daerahnya. Jalan pengabdian terbentang lebar telah Allah siapkan, lewat giat apapun.
Di pemilihan kepala daerah di penghujung tahun ini, kami ucapkan selamat mengemban tugas berat selanjutnya, yang kalah selamat menjadi petarung yang tidak semua orang mampu menjalaninya. Kalian orang-orang hebat, putra-putra terbaik milik Kolaka Utara, kekalahan hanyalah kesuksesan yang tertunda. Kandidat pemenang bersama tim, relawan, simpatisan dan pendukungnya tak perlu jumawa, berbusung dada apalagi arogan. Yang kalah tak usah bersedih apalagi marah dan mengutuk, semua telah menjadi takdir yang tak ada satupun yang mampu melawan takdir Nya. Semua kandidat beserta timnya takkan pernah menyangka akan kalah, karena maju dalam kompetisi pasti ada keyakinan untuk menang meski terkadang kenyataan berkata lain, diluar kendali manusia. Itulah keterbatasan kita yang terkadang hanya menggunakan otak tanpa melibatkan iman dalam kehidupan kita. Marilah kita kembali saling merangkul untuk memajukan daerah kita jika memang berniat untuk pengabdian. Mari mengintropeksi diri masing-masing, bertanya tentang “sesempurna apakah diri ini?” sehingga terkadang dengan mudahnya menghakimi orang lain. Bukankah dengan berpesta seharusnya suasananya bergembira ria yang tercipta bukan kebencian, hinaan, gibah, dan fitnah. Jayalah Kolaka Utaraku, Kolaka Utaramu, Kolaka Utara untuk Indonesia kita semua, tempat kita mengabdi, tempat dilahirkan dan dibesarkan di daerah ini, di satu titik kecil di wilayah NKRI. Mari menjaga kompetesi pesta demokrasi ini, jangan cederai dengan kepentingan sesaat.