Karya Dev Seixas 25

Keesokan hari tepatnya pada tanggal 29 merupakan hari Jumat. Aku bangung entah kenapa usaha untuk melupakan Yano tiba-tiba membuat aku melupakan amarahku pada anakku. Lalu putraku tersenyum meskipun hatinya tak menerima perlakuanku yang makin hari makin kasar.

Sesungguhnya amarahku buat Yano, hanya aku lupa bagaimana cara melampiaskannya. Akhirnya kembali aku lampiaskan rasa marah berlebihan pada anak-anakku. Bagaimana aku bisa menjelaskan sesungguhnya pada mereka jika sesungguhnya aku telah menyukai Yano, lebih dari pria yang pernah menikahiku selama 20 tahun. Apakah aku harus jujur pada mereka bahwa aku benar-benar telah mencintai on Yano yang mereka sudah kenal lama.

Usai anakku baru berlalu aku melihat Yano membaca chat aku dan ia pun bertanya kabarku. Art apa kamu baik-baik saja? Ya Yano apakah kamu juga sudah mengerti apa yang aku chat ke kamu? Tanyaku dengan nada jengkel berbaur rindu. Hmm aku baik Yano tapi bisa ngak kamu lupakan aku jawab aku pada Yano melalui chat. Yano justru mengirimkan gambar boneka lucu. Aku mohon lupakan aku untuk selamanya. Yano mala bertanya di mana posisinya Art. Ah, kamu tahu aku kayak gimana pastinya aku di rumah Yano. Okey aku mau kesana. Tidak boleh Yano, aku sudah sarankan bahwa lupakanlah aku untuk selamanya dan cintailah istri dan anak-anakmu.

Kebetulan aku juga lagi di rumah tapi ada kesibukan lain, jadi jika kamu benar-benar tulus mencintaiku maka aku mohon tinggalkan aku untuk selamanya. Yano tak peduli bahkan tak menjawab apa-apa ya hanya menjawab jika ia mau kerunah. Tidak Yano aku juga lagi kehabisan pulsa listrik jadi aku tidak mau ada tamu di rumahku, karena banyak saudaraku di rumah.

Tak lama, sejenak aku meninggalkan HP dan aku berjalan menujuh dapur untuk sarapan. Tiba-tiba di luar pintu ada suara motor. Aku mengira yang datang adalah suara motor para tetangga yang sering berhenti di depan rumah.

Aku mencoba membuka perlahan-lahan kain gorden. Ah aku terkejut, ternyata Yano datang. Mati aku pikir aku dalam hati. Buka pintu Art, ujar Yano. Aku pucat karena takut, Aku akhirnya hendak memutar kunci ternyata pintu sudah terbuka sendirian. Yano lalu masuk pelan-pelam tanpa berkata apa-apa bibirnya langsung menempel di bibirku. Art aku merindukanmu. Aku hanya diam dan menatap Yano sambil berlinan air mata.

Ya pun sepertinya sedih, namun hanya tak ingin menunjukkan kesedihannya padaku. Kembali ia memeluk aku dengan erat sambil mencium keningku dan berkata, Art I love you. Air mataku terus berlinang dan membuatku melepaskan pelukan Yano.

Kenapa kamu melepaskan pelukanku Art? Okey diam dan mari kita duduk di ruang makan. Art kamu kenapa menangis? Aku mau hubungan kita berhenti di sini Yano. Apa salahku Art dan apa alasan kamu tiba-tiba berkata demikian. Gini aku tak tinggal sebagai wanita single parent dan setiap kamu berkunjung orang-orang di luar sana tentu memiliki pemikiran yang berbeda dengan kamu dan aku Yano, jadi tolong stop sudah. Yano mari kita akhiri hubungan ini secara baik-baik, ujarku pada Yano.

Yano tiba-tiba jengkel, apa pun relasi kita hanya Tuhan yang boleh mengakhiri bukan manusia lainnya. Tidak Yano, kamu salah dan kamu justru akan membawa aku ke dalam masalah Yano. Art hanya aku yang tahu alasan aku untuk mempertahankan relasi kita Art. Kamu justru mudah terpengaruh oleh opini orang lain. Aku mau istri dua bahkan tiga atau empat itu hak aku, kenapa mereka mengurus aku?

Yano kamu tahu kita hidup dalam sebuah lingkungan. Jadi harusnya kamu sadar agar kita mengakhiri hubungan ini secara baik-baik, ujar aku dengan nada suara rendah. Tidak jika sampai ada yang berani mengatakan pada istriku, maka aku tidak segan-segan memakinya. Siapa tahu dia cemburu karena aku lebih memilih menjaling hubungan special dengan kamu, dari pada dia Art.

Stop menyalahkan orang lain Yano. Cukup aku tak mau menjelaskannya lagi karena kamu lebih cepat emisinya Yano. Tanpa berkata apa-apa, Yano berdiri sambil berjalan menuju ke arahku. Tangannya gemetaran, wajahnya pucat. Ia langsung mengajak aku berdiri dari tempat duduk. Saat aku berdiri ia pun langsung mencium lagi keningku sambil mendekap erat tubuhku dan berbisik ke telingaku, Art Miss you.

Aku melihat Yano benar-benar tulus menjaling hubungan dengan aku. Entah mengapa ia tidak bisa move on. Yano kamu kenapa keras kepala ketika aku mengarahkan kamu ke jalan yang benar? Stop Art aku rindu kamu, sambil ia mulai memeluk seluruh tubuhku, dan gairah pun menyusul hanya dalam hitungan detik, Art jangan pernah lepaskan pelukan hangat ini, sampai Tuhan memisahkan kita berdua lewat ajal kita. Jemarinya mulai bekerja di sekujur tubuhku sampai aku tak bisa mengeluarkan suara. Gigi Yano mulai kerja di sekeliling leherku, bibirnya selalu menempel di atas payudaraku. Aku merasa kegelian sampai menahan nafas dalam-dalam. Yano I Love You, ujarku ke telinga Yano.

Kami mulai tenggelam lagi dalam nuansa Romantis yang tak ada duanya, itulah kisah kami dari awal pertemuan hingga lima tahun ini. Art, Art please, dekap aku erat-erat Art. Aku merasakan betapa nikmatnya nuansa Romantis. Yano terus saja menyebutkan namaku sambil mengigit punggungku dan jemarinya terus saja bekerja di atas payudaraku, sampai aku benar-benar merasa menstruasi dan aku tahan bisa menahan, akhirnya dua tanganku tersangkut di bawah ketiak Yano dan gigiku mulai kegatalan rasanya, aku mau menelang Yano hidup-hidup, karena ajakan hati kami berdua sungguh membuat kami makin bergairah.

Art, teriakan Yano makin keras, akhirnya aku langsung mengigit mulutnya. Yano merasa kesakitan di mulut tapi cara mendekap tubuhku makin liar, akhirnya kenikmatan tiba di puncak. Yano makin menarik nafas dalam-dalam seketika ia menarik tubuhnya yang nakal dari tubuhku. Hmmmmm romantis bukan? Ujar Yano. Kau luar biasa Yano, ujarku padanya. Usai berhubungan intim, Yano terus memeluk aku sambil mengecup lagi keningku. Aku menatapnya dengan ketulusan batin sejenak dengan caraku.

Yano bertanya pada aku, Art kamu kenapa. Hmm pelukan yang sering kau berikan ke aku ini, yang tidak pernah aku dapatkan dari mantan suamiku Yano, dan terima kasih atas cintamu yang tulus bagiku. Yano tak mau melihat mataku berair, akhirnya ia langsung mendekap lagi tubuh undahku. Art tidak ada yang bisa memisahkan kita, kecuali maut paham itu, pungkas Yano. Sedikit bernafas panjang, Yano lalu pamit untuk pulang. Saat Yano melangkah keluar aku tak tahu tiba-tiba air mataku jatuh membasahi seluruh tubuhku.

Mengapa Tuhan kau hadirkan seorang pria beristri dalam agendaku, sedangkan Tuhan lebih mengetahui apa yang tengah aku alami. Apakah ini yang dikatakan hukum timbal balik, atau hanya sekedar membalas rasa sakitku agar aku mampu bertahan hidup demi anak-anakku?

Mengapa Tuhan! Air mata terus mengalir memikirkan apa yang tengah terjadi antara aku dan Yano. Andai engkau tahu jika menyiksa itu sakit, mengapa Tuhan harus Yano yang Engkau kirim buat aku untuk mengisi hari-hariku?

Sejenak berdoa dan bersyukur kepada Tuhan atas kehadiran Yano selama ini dalam hidup aku pun sudah nyantuk jadi tiba-tiba saja aku tertidur usai Yano pulang meninggalkan aku.

(Visited 12 times, 1 visits today)
Avatar photo

By Devinarti Seixas

Penulis dan Pendiri KPKers Timor Leste, dengan mottonya: "Kebijaksanaan bukan untuk mencari kehidupan melainkan untuk memberi kehidupan dan menghidupkan". Telah menyumbangkan lebih dari 100 tulisan berupa; berita, cerpen, novel, puisi dan artikel ke BN sejak 2021 hingga sekarang.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.