Oleh: Sarmini*

Satu-satunya cara untuk melawan rasa takut adalah dengan menghadapinya. Pernyataan itu mungkin terdengar sederhana, tetapi menjalankannya membutuhkan keberanian yang tidak kecil. Takut akan kegagalan sering kali menjadi penghalang terbesar dalam hidup, seperti tembok tak kasatmata yang membatasi langkah. Namun, di luar sana, banyak jiwa-jiwa hebat yang berani melawan rasa takutnya, mengambil risiko, dan melangkah menuju mimpi-mimpi mereka.

Ada saatnya aku ingin mengikuti rute perjalanan orang lain, berharap bisa menikmati jejak yang sudah terbukti membawa keberhasilan. Namun, seketika aku tersadar bahwa menciptakan rute perjalanan sendiri tak kalah penting. Hidup adalah tentang menemukan jalan yang sesuai dengan jiwa kita, bukan sekadar meniru apa yang terlihat indah dari luar. Pelajaran-pelajaran hidup yang hadir setiap hari membentuk diriku, mengajarkanku untuk melihat dunia dari sudut pandang yang lebih luas, dengan segala hiruk-pikuk dan tantangan yang menyertainya.

Setiap orang memiliki cara berpikir yang berbeda-beda, seperti sidik jari yang tak ada dua yang sama. Kita semua adalah pribadi yang unik, menjalani perjalanan hidup yang pada akhirnya membawa kita ke titik tujuan yang sudah ditetapkan. Cara menuju tujuan itu pun bermacam-macam. Bagiku, menulis adalah kendaraan yang kutemukan di tengah perjalanan ini—sebuah cara untuk mengungkapkan isi hati, berbagi emosi, dan membangun jembatan ke dunia.

Menulis, yang awalnya hanya sekadar hobi, kini menjadi sesuatu yang lebih bermakna. Selain rangkaian kata-kata di atas kertas, menulis pun mengajarkanku untuk menjadi lebih dewasa. Ada pelajaran berharga di setiap huruf, setiap kalimat, setiap cerita. Menulis adalah pintu daruratku, tempat aku bisa melarikan diri dari kenyataan hidup yang kadang terasa terlalu berat. Di atas kertas, aku bebas. Aku bisa menuangkan isi pikiranku seluas-luasnya, tanpa takut akan penolakan, karena kertas tidak pernah menolak pena.

Alhamdulillah, aku tak henti-hentinya bersyukur. Rasanya seperti mimpi saat buku keduaku yang berjudul Hong Kong I Am Work Today akhirnya diterima di perpustakaan terbesar di Hong Kong, menyusul buku pertamaku, Kata Doa Cinta. Proses untuk mendonasikan buku di tingkat internasional memang tidak mudah. Banyak aturan yang harus diikuti, banyak dokumen yang harus dipenuhi. Tetapi berkat kesabaran dan kerja keras, semuanya bisa diatasi dengan baik.

Buku keduaku ini ditulis dalam bahasa Inggris, sebuah tantangan yang awalnya membuatku ragu. Namun, aku ingin mencoba menjangkau lebih banyak pembaca, bukan hanya dari kalangan yang berbicara dalam bahasa ibu yang sama denganku, tetapi juga dari berbagai latar belakang budaya. Harapanku sederhana—semoga tulisan ini dapat memberikan manfaat, menginspirasi orang lain untuk tidak takut mengejar mimpi mereka.

Cintaku pada menulis adalah sesuatu yang sulit dijelaskan dengan kata-kata. Ia seperti hubungan antara kertas dan pena, tak terpisahkan. Dengan menulis, aku merasa hidup, aku merasa hadir di dunia ini dengan cara yang unik. Bagiku, setiap tulisan adalah perjalanan, dan setiap perjalanan adalah sebuah cerita yang layak dibagikan.

Ketika aku menatap buku-bukuku yang kini menghuni rak perpustakaan besar itu, aku merasa bahwa setiap kata yang kutulis adalah bukti nyata dari keberanian untuk melawan rasa takut. Menulis telah memberiku sayap untuk terbang melampaui batas, melampaui rasa ragu, dan melampaui diriku sendiri. Dan itu adalah hal yang tak akan pernah aku lupakan. []

*Buruh migran Indonesia di Hong Kong .

(Visited 32 times, 1 visits today)
Avatar photo

By Sarmini

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.