Judul: Glosarium Petuah Leluhur Bugis
Penulis: Faisal, Arisal & Syamsul Rijal
Editor: Muhlis Hadrawi
Penerbit: Ininnawa, Makassar
Tahun Terbit: 2022
Jumlah Halaman: xviii + 181
ISBN: 9786026176998
Suku bangsa Bugis di Sulawesi Selatan termasuk salah satu suku / ethnis yang memiliki kekayaan tradisi budaya lisan. Tradisi lisan ini termasuk diantaranya adalah petuah petuah leluhur atau pesan pesan (ppsE), ungkapan, peribahasa dan pepatah dari nenek moyang suku Bugis dari masa silam. Sebagian terekam dalam naskah Lontara, sebagian lagi dituturkan secara oral dari generasi ke generasi.
Balai Pelestarian Nilai Budaya Provinsi Sulawesi Selatan berusaha mengumpulkan dan melestarikan nilai nilai budaya ini. Petuah petuah leluhur ini kemudian didokumentasikan dalam bentuk buku. Buku inilah yang menjadi wujud akhir dari upaya pelestarian nilai budaya Bugis tersebut.
Buku ini diawali dengan kata pengantar dari Kepala Balai Pelestarian Nilai Budaya Provinsi Sulawesi Selatan, kemudian kata pengantar dari Penulis dan Editor serta pendahuluan. Selanjutnya isi pokok pembahasan yaitu kumpulan petuah, pepatah, pesan pesan dari leluhur Bugis di masa lampau, yang diurutkan sesuai abjad, mulai dari “A” sampai “Y”. Dalam buku ini, tidak ada entri untuk F, H, Q, V, W, X dan Z.
Ada ratusan petuah, ungkapan, dan pesan pesan leluhur Bugis yang berhasil dikumpulkan oleh tim, yang berhasil di kumpulkan dalam buku ini. Petuah dan ungkapan tersebut disusun secara alfabetis sesuai huruf awal petuah atau ungkapan tersebut. Misalnya entri awal dibawah huruf “A” adalah ‘Ada-adatta’mi nariasekki tau’ ( adadtmi nriasEki tau ) yang artinya dalam bahasa Indonesia ‘hanya berdasarkan perkataan seseorang dapat disebut manusia’. Jumlah entri untuk “A” ini yang paling banyak dibanding dengan entri “B”, “C” dan seterusnya. Selain petuah, ada juga banyak larangan atau hal hal yang tidak boleh dilaksanakan dalam suatu komunitas yang tercantum dalam entri “A” ini.
Petuah petuah ini ditulis atau dicetak dalam aksara Lontara Bugis, kemudian alih-aksara ke dalam aksara Latin untuk cara bacanya, kemudian artinya dalam bahasa Indonesia dan terakhir penjelasan tentang petuah, atau pesan pesan tersebut.
Penjelasan setiap entri petuah atau ungkapan ini sangat membantu pembaca dalam memahami arti sebenarnya petuah atau ungkapan Bugis tersebut. Bahkan orang asli Bugis pun, terutama generasi muda kemungkinan besar tidak mengerti dan tidak memahami arti setiap petuah dan ungkapan yang ada dalam buku ini. Bagian ‘penjelasan’ inilah yang diperlukan oleh pembaca agar mampu memahaminya.
Buku yang memuat ratusan petuah dan ungkapan Bugis ini menggunakan bahasa Bugis yang dapat mudah dipahami oleh orang orang Bugis dari daerah manapun. Meskipun bahasa Bugis itu sendiri memiliki beberapa varian yang berbeda untuk kosa kata tertentu, tergantung dari daerah mana berasal. Misalnya ada daerah yang menyebut “ogi” ada juga yang menyebut “ugi” untuk kata “Bugis”. Ada juga yang menyebut “Ceddi” dan yang lain menyebut “seddi” untuk angka 1. Namun dalam percakapan sehari hari semua saling memahami satu sama lainnya.
Kekurangan buku ini adalah tidak adanya nomor untuk setiap entri. Buku ini juga tanpa illustrasi, gambar atau foto foto yang bisa menambah daya tarik suatu buku. Akan lebih memudahkan lagi bagi pembaca seandainya ada Indeks pada buku ini. Indeks memudahkan pembaca dalam mencari topik tertentu yang ingin dibaca.
Buku ini koleksi Deposit, Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Sulawesi Selatan.
