Oleh: Muhammad Sadar*
Istilah MBG yang dulu sangat populer sebagai janji politik pada masa kampanye pilpres 2024, sebetulnya adalah MSG dengan akronim Makan Siang Gratis, bahkan sebagian kalangan menyebutnya monosodium glutamat atau suatu senyawa-zat penyedap rasa sintetik yang ditambahkan kepada makanan agar menjadi lebih enak. Namun seiring dengan perkembangan dan perencanaan kebijakan Prabowo Subianto pasca dilantik setahun lalu menjadi Presiden Republik Indonesia ke-8, maka MSG diubah menjadi MBG atau Makan Bergizi Gratis.
Latar belakang MBG sebagai janji politik Prabowo Subianto adalah konon menduplikasi program tersebut dari negara-negara maju yang memberi makan siang secara gratis pada anak pra sekolah, kemudian anak usia sekolah pendidikan dasar dan menengah hingga perguruan tinggi tertentu. Jika melirik sejarah pada pemerintahan masa lalu yaitu sejak Presiden Soeharto telah mengawali pemberian suplemen makanan tambahan berupa bubur kacang ijo dan susu formula bagi balita di posyandu walaupun cakupannya terbatas.

Sedangkan pada zaman reformasi antara tahun 1998- 1999, Presiden B.J.Habibie pernah meluncurkan program serupa yang disebut PMT AS yaitu Pemberian Makanan Tambahan Anak Sekolah. Program tersebut menyasar anak sekolah dasar dengan varian menu yang tidak selengkap MBG saat ini. Penyelenggaraan dan manajemennya praktis tidak sama dengan sekarang karena ketika masa tersebut kemampuan negara sangat terbatas dalam menangani dampak krisis ekonomi dan politik.
MBG telah menjadi salah satu program strategis pemerintahan saat ini dibawah pengendalian dan koordinasi institusi Badan Gizi Nasional dimana tujuan jangka panjang MBG adalah sebagai manifestasi untuk pemenuhan gizi warga negara, khususnya pada anak sekolah dalam jumlah yang cukup, seimbang, beragam dan terjangkau. Jika komposisi tersebut memenuhi syarat mutu dan gizinya maka pada akhirnya postur SDM yang menjadi sasaran penerima manfaat akan lahir sebagai manusia unggul, produktif dan berdaya saing. Anak yang mengalami malnutrisi dan terdampak stunting, dengan melalui peran MBG kondisi tersebut bisa tertangani dan memulihkan derajat sehat anak ke posisi normal.
Rentetan pekerjaan program MBG, jika dianalisis lebih jauh akan memberikan efek pertumbuhan ekonomi domestik dan daerah diantaranya sektor pertanian. Segenap komponen bahan makanan yang diolah di dapur MBG adalah produk pertanian seperti kebutuhan karbohidrat sebagai sumber energi disuplai oleh ketersediaan beras. Sementara unsur protein hewani dipenuhi dari hasil peternakan atau perikanan berupa susu, telur, daging dan ikan. Untuk pemenuhan serat, vitamin dan mineral berasal dari jenis sayuran dan buah- buahan serta bumbu rempah penyedap rasa.
Sektor lain yang turut bergerak dari program MBG adalah terbukanya kesempatan kerja bagi penduduk lokal seperti rekrutmen tenaga ahli gizi dan tata boga, staf admin, chef atau cooking ekspert and steward, cleaning service, jasa rent car and driver, industri food tray and kitchen appliances, kebutuhan energi listrik/LPG, buruh angkut, serta sewa gedung atau pendirian awal bangunan SPPG (Stasiun Pelayanan dan Pemenuhan Gizi) yang membutuhkan tenaga kerja masif dan material konstruksi di daerah. Pengantaran maupun penjemputan bahan baku untuk olahan sangat membantu masyarakat lokal dalam mengembangkan komoditas pertanian untuk MBG.

Khusus di sektor pertanian yang mendukung kelanjutan MBG adalah program Pekarangan Pangan Bergizi atau P2B. Kegiatan P2B di lapangan untuk mendorong optimalisasi pemanfaatan pekarangan rumah penduduk atau lahan kebun petani di kawasan pemukiman masyarakat. Penguatan P2B distimulan berbagai macam jenis benih sayuran untuk pengembangan pekarangan. Skema P2B tersebut dikolaborasikan dengan pengelola MBG untuk memenuhi suplai bahan baku dapur MBG setiap hari. Demikian halnya dengan para petani produsen beras, peternak ayam dan telur maupun nelayan untuk menyediakan segala kebutuhan pokok MBG.
Pola kerjasama antara pengelola MBG dengan pihak penyedia bahan pangan seperti kebutuhan beras bisa lebih spesifik lagi didalam penyediaan beras khusus untuk penanganan kasus stunting di wilayah operasional SPPG. Peluang sinergi sangat bisa dilakukan untuk pengadaan beras yang bersumber dari varietas padi unggul yaitu Inpari IR Nutri Zinc. Kandungan zinc pada varietas padi tersebut tergolong tinggi untuk menanggulangi pertumbuhan stunting. Varietas Inpari IR Nutri Zinc saat ini adalah jenis padi biofortifikasi dalam memenuhi nutrisi pada anak penderita stunting dan ibu hamil.
Satu hal lagi yang penting dipertimbangkan dalam suplementasi bahan baku MBG adalah memanfaatkan potensi pangan lokal untuk mensubstitusi varian menu utamanya sumber karbohidrat dan protein. Pembiasaan pola makan anak sejak dini tidak harus selalu bergantung kepada beras namun sekali-kali dilakukan diversifikasi MBG dengan menu ubi jalar, singkong, atau jagung dan sumber karbohidrat lainnya maupun pengenalan konsumsi terhadap berbagai jenis ikan laut atau ikan tawar terutama pada wilayah SPPG yang didominasi oleh perairan dan kawasan pekebun.
Tata kelola MBG selanjutnya adalah standarisasi tempat pengelolaan makanan baik penggunaan alat dapur, bahan baku, pengolahan dan siklus menu hingga penyajian siap antar harus memenuhi syarat kualifikasi higiene dan sanitasi. Dengan dukungan penganggaran dari APBN sebesar 71 trilyun rupiah disertai pengawalan berbagai pihak semata-mata untuk mewujudkan program MBG ini berhasil sesuai amanah konstitusi dan visi pemerintahan, namun disadari tantangan penyelenggaraan MBG ditengarai beberapa kasus keracunan makanan yang sifatnya insidentil dan harus diatasi/diselesaikan.

Politicall will pemerintah dalam MBG yang berawal dari visi politik benar-benar telah direalisasikan dengan segala tantangan yang dihadapinya. Jangkauan pelayanan MBG di wilayah terluar, terpencil dan tertinggal hingga daerah pelosok dengan jumlah sasaran jutaan anak sekolah di negeri ini, bagaimana itu mengelolanya???. Kita percaya pada kompetensi dan kesungguhan pemerintah ditengah keberlimpahan sumber daya dan rasa optimisme rakyat Indonesia untuk mewujudkan visi besar negara ini.
Kebijaksanaan para pengambil keputusan sekiranya memperhatikan sebaran sumber daya dan segala kemampuan yang dimiliki diantaranya dukungan transportasi, ketersediaan bahan baku, SDM pengelola serta kesiapan infrastruktur lainnya seperti bangunan fisik SPPG di wilayah operasional.
Kondisi tersebut akan menjadi pertimbangan utama dalam setiap tahapan penyelenggaraan MBG secara proporsional.
Menandai setahun pemerintahan Presiden Prabowo Subianto, MBG telah menjadi program populis yang langsung dinikmati oleh rakyat Indonesia. Dengan bentangan geografis yang luas ditambah budaya lokal penduduk yang beragam sehingga dari sisi penerimaan dan pelayanan jasa boga yang disiapkan oleh negara membuat beberapa kalangan menilainya sangat tepat dan pola penyediaan varian menu sesuai dengan selera anak sekolah, walaupun mungkin terjadi beberapa kekurangan yang harus diperbaiki dan menjadi komitmen pemerintah untuk menyempurnakan sistem dan manajemen program MBG kedepan.
Badan Gizi Nasional sebagai leading sektor yang menaungi program MBG akan terus berupaya mewujudkan harapan bangsa yang termaktub dalam konstitusi negara utamanya sisi keadilan sosial. MBG menjadikan sasaran pelayanan makanan bergizi bagi anak sekolah dasar, menengah hingga pesantren untuk memenuhi standar gizi nasional anak. Dampak atau out put program penting diukur dari pra MBG dan pasca MBG dengan rentang waktu tertentu. Program tersebut dievaluasi berdasarkan struktur perkembangan fisik anak, peningkatan intellegence quotient bahkan indeks pembangunan manusia Indonesia turut menjadi indikator capaian kualitas SDM anak Indonesia.
Pemerintah berharap capaian program MBG akan tampak pada beberapa tahun kedepan, mungkin 10 atau 20 tahun bahkan hingga dipersiapkan menjadi generasi sehat dan smart pada Indonesia Emas 2045. Begitu pentingnya sumber asupan konsumsi bergizi bagi warga negara, khususnya pada umur anak sekolah sehingga program MBG didesain sebagai investasi sumber daya manusia masa depan untuk melahirkan generasi unggul rakyat Indonesia dalam menjalani zaman peradaban dunia dan transformasi global yang semakin kompetitif. Semoga MBG tetap menjadi program strategis nasional dan berkelanjutan pada masa yang akan datang.
Barru, 17 Oktober 2025
*Penelaah Teknis Kebijakan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Barru