https://www.suara.com/

Akhir pekan selalu menjadi waktu padat pengunjung bagi restoran fast food. Aku pun harus bersabar mengantre di jalur drive thru. Wajar, promo “but one get one” selalu menarik banyak konsumen.

Saat di loket dua (pembayaran), tiga anak jalanan menyerbu pengendara mobil di depanku. “Kaca jendelanya dibiarkan terbuka sih,” pikirku. Mereka tampak meminta sumbangan pada si pengendara mobil.

Selepas aku selesai melakukan pembayaran, sejurus kemudian tiga anak jalanan tersebut menyerobot ke loket dua.

“Teh, itu minuman dinginnya berapaan?” tanya yang paling besar.

Selanjutnya, aku tidak begitu mendengar percakapan mereka dengan kakak cantik yang bertugas di loket dua. Namun, sekilas aku lihat dia tetap melayani ketiga anak jalanan tersebut dengan ramah.

Tidak lama kemudian, terdengar suara keras petugas Satpam.

“Hey! ngapain kalian? Pergi sana!”

Ketiga anak jalanan tersebut nampak terkejut. Untungnya, si anak yang paling besar sudah selesai membayar. Mereka pun berlari menyusul ke arahku di loket tiga.

“Beli apa?” tanyaku.

“Ini…” Si anak yang paling besar memperlihatkan struk pembayarannya. Tertulis satu minuman cola dingin berukuran besar. Bajunya dekil. wajahnya pun kotor.

“Oh…” Sepertinya ketiga anak tersebut kehausan sehingga memutuskan untuk membeli minuman cola dingin berukuran besar untuk diminum bersama.

Aku pun memeriksa kresek pesanan. Betul sekali, “buy one get one“. Jadi, jumlah cheeseburger-nya double. Sebenarnya aku tidak tahu ada promo.

“Ini untuk kalian!” Aku serahkan satu bungkus cheeseburger isi dua.

“Beneran, Om?”

Aduh, dipanggil om pula! Berasa tua banget… Sudahlah, aku pun tancap gas motorku setelah mereka menerima bungkusannya.

Sebenarnya, ketiga anak jalanan tersebut adalah pemandangan sehari-hari yang banyak ditemui di daerah urban. Sebagian ada yang menyikapi mereka seperti kakak cantik penjaga loket dua. Sebagian menyikapi mereka seperti petugas Satpam yang meneriaki mereka. Yang membagikan cheeseburger tidak perlu dibahas, ya?

Faktanya, kelakuan anak jalanan memang sering kali mengesalkan. Tidak jarang membuat kita marah, terutama ketika mereka memaksa meminta uang, berkata kasar, atau berkelakuan tidak sopan.

Apa yang mereka lakukan ibarat sebuah “aksi” bagi kita. Selanjutnya, bergantung “reaksi” kita terhadap mereka. Mau marah? boleh saja. Namun, sebelum marah, ada baiknya kita berpikir sejenak.

We don’t know what they have been through. Sometimes it’s a hard lift. Kita tidak tahu apa saja yang telah mereka alami. Terkadang itu sulit. So, don’t judge, tidak harus langsung memvonis mereka. Ada baiknya kita mengenali mereka lebih dekat, setuju? []

(Visited 55 times, 1 visits today)
Avatar photo

By Abah Iyan

Sosiopreneur, Writerpreneur & Book Publisher

One thought on “Drive Thru Anjal”
  1. I likeit so much… Yeah.. It’s True….Sometimes we don’t know what they have been through. Sometimes it’s a hardlift. So, don’t judge….

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.