Sering kita mendengar tentang kisah seorang guru yang menangis perih karena apa yang mereka lakukan tidak sebanding dengan penghasilan yang diterima. Sungguh hal yang memilukan ketika para guru mempunyai keluarga dan tanggungan untuk melanjutkan kehidupannya. Ada opini yang berkembang di negeri ini, bahwa guru adalah ” pahlawan tanpa tanda jasa”. Sempat terpikirkan bahwa “Jangan-jangan para penguasa di negeri ini hanya ingin membuat senang para guru dengan opini tersebut.

Kenyataan saat ini,guru tidak ada yang kaya dan berpenghasilan lebih dengan profesi yang mereka tekuni. Lantas kenapa aku memutuskan untuk menjadi seorang guru?

Jujur, pada mulanya aku ingin menjadi guru karena adanya keterbatasan ekonomi saat itu. Namun, seiring berjalannya waktu, keinginanku untuk memajukan pendidikan di daerahku menjadi berkembang dan sudah tersimpan di otakku. Untuk menjadikan anak-anak menjadi manusia hebat itulah yang selalu terkonsep di pikiranku.

Sesederhana itulah, dulu aku tidak pernah berpikir bahwa menjadi guru berarti menjadi manusia yang tidak pernah kaya harta. Sekarang setelah semuanya terjadi, aku harus meluruskan beberapa hal agar tidak hanya meratapi nasib profesi yang telah membuat otak orang seperti B. J. Habibie. Jangan sampai terjadi “sudah melarat, tak bersyukur pula”. []

(Visited 75 times, 1 visits today)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

%d blogger menyukai ini: