Oleh: Dev.Seixas 1125
Aku tidak tahu seberapa besar semua orang akan berjuang untuk mewujudkan impian semasa hidupnya.
Aku memiliki impian jadi penulis dan Jurnalis, di balik impian itulah terwujud atas bantuan seorang motivator hebat yakni Ir.Jumari Haryadi penulis “Kunci sukses menjadi penulis kreatif dan Profesional“.
Ada sebuah pertanyaan awal dari komunikasiku dengan beliau, dimana Ir.J.Haryadi bertanya padaku, apa yang menjadi motivasi kamu sehingga kamu bercita-cita ingin jadi seorang penulis? Terdiam sejenak aku yang baru sembuh dari berbagai macam penyakit, serta amnesia selama sembilan tahun tiba-tiba teringat akan satu hal dalam hidupku.
Dulu aku berpikir ingin jadi penulis, karena termotivasi oleh kata-kata orang yang sering menyebut jika ayahku, adalah anak haram karena ayah terlahir dari rahim bunda seorang putri raja Dom Lay Meta, yang sering di sebut Naylou Kikilay. Ketika ayah dalam kandungan ibunya dikecilkan oleh sang kakek sebagai seorang Raja.
Pada akhirnya suatu hari aku mendengar kisah kelahiran ayahku, siapa sesungguhnya ayah dari ayahku alias kakekku? Mengapa setega itu. Aku tidak malu, aku Justru kasihan melihat kondisi ayahku. Ayah mencoba menutupi semuanya dari kami. Ayah pura-pura tersemyum di balik rasa sedih, hanya demi kami anak-anaknya. Hati kecilku menangis entah mengapa.
Sejak hari itu aku berpikir, andai daerah dimana aku tinggal yang jauh dari ibu kota Indonesia, aku ingin mewujudkan impianku menjadi seorang penulis.
Aku belum sekolah waktu itu, sering bepikir andaikan sudah sekolah aku ingin menjadi seorang penulis, akan tetapi aku tidak ada di kampung halamanku. Aku pikir, jadi reporter TV itu, adalah profesi penulis. Jadi tiap nonton berita aku suka sama Dana Iswara dan Desi Anwar. Aku mau seperti mereka berdua.
Tapi bagaimana caranya? Tanyaku dalam hati. Aku menyembunyikan cita-citaku itu. Ketika sekolah aku memulai mendengar nama Universitas Gadja Mada, yang letaknya di Yogyakarta. Pengen suatu hari jika sudah tamat, aku mau kuliah di UGM yang letaknya di daerah istimewa Yogyakarta.
Gila ketika usia makin bertambah sampai aku harus berjuang memanjat pohon pisang, hanya demi ingin melihat ibu kota Indonesia Jakarta. Tetapi semua impian itu ternyata hanya tinggal impian semata, dimana aku harus menguburkan impian itu dalam-dalam pada tahun 1999, karena faktor perekonomian.
Kala Ir J. Haryadi mencoba bertanya aku baru sadar bahwa, yang menjadi motivasiku adalah, karena kisah kehidupan ayah dan ibuku. Ingin rasanya aku sekolah di UGM biar balik membawa dua kado khusus buat ayah dan ibuku. Yakni Ijazah Sarjana dan Sebuah Novel berjudul “Bara & Luka” bagi ayah.
Ketika pulang dari Yogyakarta aku ingin berlari ke arah ayah sambil memeluk ayah dan memberikan novel itu kepada ayah, sebagai ungkapan terima kasih bagi ayah, bahwa aku tidak malu jadi putri ayah, meskipun ayah sering orang sebut sebagai anak haram.
Usia semua serasa sudah di depan mata, ada satu suara datang menghampiri aku, ia menuntut aku atas darah dalam tubuhku. Katanya darah yang telah mengalir di tubuh kami adalah miliknya.
Seperti mimpi, tapi bukan mimpi beneran, ternyata aku kerasukan arwah ayah kandung pemilik darah, yang telah mengalir dari ayah ke tubuh kami, dan dia adalah kakek Dom Agusto Seixas Miranda.
Kata kakek, jika jadi raja yang baik adalah, raja yang ketika memberi petunjuk kepada warganya, ketika hendak dekat musim hujan, agar warga bisa memperbaiki irigasi ke sawah dan pagar ke ladang, sehingga ketika musim kemarau, warga tidak merasa kelaparan bukan menjadikan lahan masyarakat adalah milikmu. Jika hal itu terjadi maka kita tidak pantas jadi Raja ataupun Lider, akan tetapi kita adalah pencuri sesungguhnya.
Filosofi itu membuat hatiku tergerak, ingin rasanya jika memilih kemampuan finansial, hanya satu yang bisa aku wujudkan lagi, dimana mimpi di atas mimpi yakni, “Gramedia Dom Agusto Seixas Miranda” agar bisa menyediakan buku-buku yang bisa menunjang generasi penerus untuk menjadi diri mereka, sesuai dengan kemampuan mereka masing-masing.
Di benakku, aku ingin menyediakan buku-buku dengan bahasa Indonesia serta Bahasa Inggris, agar mampu memotivasi generasi muda yang memiliki impian dalam setiap derap langkahnya. Butuh perjuangan dan aku masih berjuang hingga detik ini apa pun konsekuensinya karena hanya itulah satu-satunya tekadku saat ini.
Andai bumi dimana kakiku berpijak memiliki mata, telinga dan mulutku yakin, semua pasti bisa terwujud. Andai langit ingin menjadi bagian saksi, aku yakin pasti bisa terwujud, meskipun selalu ada badai dahsyat.
Kini perjuanganku terus berjalan sesuai dengan target waktu. Tak ada kata capek atau malu dalam kamusku untuk targetkan, apa yang menjadi keinginan jiwaku, karena daging hanya tercermin apabila keinginan jiwa menjadi nyata dalam hidupku. Aku tahu jiwa dan raga, ada hal dua hal yang tak bisa dipisahkan, karena Tuhan menciptakan sesuai dengan porsinya masing-masing.
Jiwa memiliki pekerjaan, tentu membutuhkan raga, sedangkan raga juga demikian, karena itu bagaikan pasangan yang tak bisa dipisahkan oleh manusia lain keculai Tuhan.
Semua imajinasi atau impian adalah, pekerjaan jiwa dan raga karena jiwa tanpa raga, bagai istri suami tanpa istri, jadi keduanya akan bekerja sama untuk mewujudkan sesuatu bersama, karena keduanya bekerja. Bagai kobaran api dalam raga, membuatku ingin sekali berjuang, agar bisa mewujudkan impian imajinasiku di atas impian nyata.
Andai dulu aku memutuskan jadi seorang penulis, maka tentu aku memilih produk, maka produk yang aku miliki, justru butuh tempat dan ketika sudah ada tempat, masih ada lagi objek lain.
Apabila semua yang aku inginkan jadi kenyataan, maka hal terakhir adalah, ukuran nama kakekku Dom Agusto Seixas Miranda jadi label produkku yang ada kelak nanti, karena aku benar-benar ingin berjalan, sesuai dengan amanatnya bahwa, menjadi raja bukan menjadikan lahan rakyat adalah milikmu, begitu juga menjadi lider. Apabila hal itu terjadi maka kamu bukan raja atau lider, akan tetapi kamu adalah pencuri milik rakyat.
Jika kamu ingin jadi raja, maka jangan bangga dengan nama raja, tapi lakukan sesuatu untuk membuktikan pada dirimu juga, pada rakyatmu bahwa kamu adalah seorang raja, karena kamu pintar dalam aspek perkataan juga tindakan, itu baru raja.
Raja itu adalah nama profesi bukan nama yang di berikan oleh Tuhan atas dirimu, ketika kamu lahir dari rahim bunda, tapi itu julukan yang diberikan oleh rakyatmu, sesuai dengan kemampuan yang kamu ada. Jadi jangan sombong, akan tetapi lalukan apa yang bisa kamu lakukan, untuk orang-orang yang lemah di sekitarmu.
Saran jni bagaikan kobaran api bagiku. Tidurpun merasa tidak nyaman, jutaan pertanyaan muncul dalam benakku, siapa dia dan mengapa tiba-tiba datang dan mengakui semuanya, lalu tersadar apabila tugas seorang raja adalah menjadi budak, maka aku akan terus berjuang membuktikan kata-kata itu dengan tulus dan ikhlas.
Hanya dengan menyediakan buku-buku kelak di Gramedia yang ku impikan, tentu saja label setiap buku akan mampu mengubah pola pikir insan yang membaca, agar bisa merubah hidup dengan kemampuannya masing-masing.
Itulah mengapa aku bermimpi ingin membangun “Gramedia Dom Agusto Seixas Miranda” di bumi yang aku cintai yakni Timor-Leste.
mudah-mudahan impian itu akan menjadi kenyataan pada suatu hari nanti….doaku selalu menyertai langkah perjuangan dan impianmu qridafilha….gbu sempre.