silasa

Buku : Silasa, Setetes Embun di Tanah Gersang

Penulis : A. Hasan Machmud

Editor : Drs. H. A. Ahmad Saransi, M.Si.

Penerbit : Pustaka Sawerigading bekerjasama dengan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Daerah Sulawesi Selatan, Makassar 2015

Jumlah Halaman : xiv + 174

ISBN : 978-602-9248-21-0

Sulawesi Selatan termasuk salah satu provinsi di Indonesia yang kaya akan naskah naskah (manuscripts) kuno. Naskah naskah kuno ini disebut juga naskah Lontara, berisi berbagai macam tema atau topik. Ada naskah lontara tentang pertanian, astrologi, pengobatan, silsilah, maritim, peperangan, pendirian rumah, fragmen epos I La Galigo, dan lain lain. Naskah naskah ini sebagian tersimpan di Unit Kearsipan, Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Sulawesi Selatan, dan sebagian lagi disimpan sendiri oleh masyarakat.

Pada perkembangan selanjutnya, naskah lontara telah banyak dijadikan sumber informasi dan inspirasi penulisan berbagai bidang penelitian. Salah satunya adalah naskah lontara yang berisi ajaran moral, pappaseng (pesan-pesan/nasehat), petuah,  yang dikumpulkan dan kemudian diolah dan dijadikan satu buku, seperti buku ini yang berjudul “Silasa, Setetes Embun di Tanah Gersang”.

Buku ini berisi 177 pesan pesan, petuah dan ajaran moral yang dirangkum dalam 20 bagian sesuai tema masing masing. Pesan pesan itu pertama ditulis dalam aksara lontara Bugis, kemudian di transliterasi (alih aksara) ke aksara latin, dan kemudian di translasi (diterjemahkan/dialihbahasakan) ke bahasa Indonesia. Penulis dengan penguasaan materi lontara yang luarbiasa, mampu menjelaskan dan menguraikan pesan pesan itu dengan baik sehingga pembaca dapat  memahami buku ini dengan baik pula. Dari buku ini kita dapat menyelami kedalaman pemikiran para cendekiawan Bugis dimasa lalu.

Silasa2

Diawali dengan kata Pengantar dari Penerbit, Sambutan Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Sulawesi Selatan, Pengantar dari Editor, dan Pengantar dari Penulis. Kemudian pesan pesan, petuah dan ajaran moral itu dibahas satu persatu sesuai dengan tema/topik sebagai berikut:

  1. Hati-Nafsu-Nurani,  salah satu contohnya adalah:  alitutuaiwi aGolon atimu . aj muaminsaiyGi rijea pdmu rup tau nsb mtEtuai aiko mti nerwEki jn . ap rituruGEGi ritu gau medeceG riati mjea neds nrituruGE ati medec rigau mjea. ag naiy tau mj klwi atiea lEtu rimuRi jn. (Alitutuiwi angngolonna atimmu, aja’ muamminasaiyangngi ri ja’e padammu rupa tau, nasaba mattentui iko matti nareweki ja’na, apa riturungengngi ritu gau’ madecengnge ri ati maja’e na de’sa nariturungeng ati madecengnge ri gau’ maja’e. Aga naiya tau maja’ kalawing atie lettu’ rimunri ja’na.)  Terjemahannya : Jagalah arah hatimu; janganlah meniatkan hal hal buruk sesamamu manusia, sebab pasti engkau kelak akan menerima kembali akibatnya, karena terpengaruh perbuatan baik oleh hati yang buruk, bukan hati yang baik terpengaruh ke perbuatan yang buruk. Karena orang yang beritikad buruk akibatnya akan sampai pada keturunannya kelak.
  2. Pikiran-Akal-Kecakapan
  3. Kejujuran
  4. Ketegasan-Keteguhan
  5. Biacara
  6. Usaha-Pekerjaan
  7. Pria-Wanita
  8. Hubungan dengan Orang lain
  9. Tanggungjawab-Harga Diri
  10. Siri’-Berani-Penakut
  11. Semangat Hidup-Takdir-Nasib
  12. Waspada-Tenang
  13. Bijaksana-Lapang Dada
  14. Serakah-Ambisi
  15. Mengendalikan Diri
  16. Balas Budi
  17. Beberapa Hal yang Baik
  18. Beberapa Hal yang Buruk
  19. Serba-Serbi
  20. Petuah-Petuah Lukmanul Hakim

Pada bagian akhir buku ini dibahas sedikit tentang riwayat hidup penulis dan editor.

Buku ini sangat bagus untuk menambah wawasan kita tentang pappaseng toriolo (pesan orang dulu) dari para pemikir Bugis yang hidup ratusan tahun yang silam.

Buku koleksi Perpustakaan Khusus, Unit Kearsipan, Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sulawesi Selatan.

tandatangan2
(Visited 219 times, 1 visits today)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

%d blogger menyukai ini: