Seperti seorang anak kecil, kita benar-benar murni. Kita tidak pernah berpura-pura menjadi yang bukan diri kita. Kecenderungan kita adalah untuk bermain dan mengeksplorasi, untuk hidup di saat ini, untuk menikmati hidup. Tidak ada yang mengajarkan kita untuk menjadi seperti itu. Kita semua dilahirkan seperti itu adanya. Ini adalah sifat alami kita sebelum kita belajar berbicara. Ketika pikiran manusia cukup matang untuk konsep-konsep abstrak, kita belajar untuk menganalisis segala sesuatunya benar atau salah, baik atau buruk, cantik atau jelek. Kita membuat cerita bagaimana kita seharusnya, kita menaruh iman kita ke dalam cerita itu, dan cerita tersebut menjadi kebenaran bagi diri kita. Di balik semua pesan yang kita dengar sebagai anak-anak adalah pesan bisu yang tidak pernah terkatakan, tetapi kita bisa memahaminya: merasa tidak baik menjadi diriku, aku tidak cukup baik. Di saat kita menyetujuinya, kita berhenti menjadi diri kita sendiri dan mulai berpura-pura menjadi yang bukan diri kita; hanya untuk menyenangkan orang lain, hanya untuk menyesuaikan perwujudan image yang mereka buat untuk diri kita menurut cerita mereka. Kita mencari penghargaan, penerimaan, dan cinta. Kita tidak tahu bahwa itu hanya sebuah cerita. Kita mencari kesempurnaan dan kita merasa sangat begitu tertarik bagaimana “menjadi tidak sempurna” adalah alasan terbesar yang orang-orang gunakan untuk membenarkan tindakan mereka. Setiap kali mereka melakukan kesalahan dan perlu untuk mempertahankan image mereka, kita mendengar mereka berkata, “Yah, aku hanya manusia biasa;. Aku tidak sempurna. Hanya Tuhan yang sempurna.” Ini juga menjadi alasan terbesar untuk setiap kesalahan yang kita buat. “Oh, baiklah, tidak ada yang sempurna,” merupakan pembenaran yang hebat. Tentu saja, setiap kali kita berusaha menjadi yang bukan diri kita, kita selalu mengalami kegagalan. Akan begitu sulit menjadi seseorang yang bukan diri kita sesungguhnya, berpura-pura menjadi yang bukan diri kita. Kita biasa berpura-pura bahwa kita orang yang sangat berbahagia, sangat tegar, dan orang yang sangat penting. Wow! Hidup dengan cara seperti itu seperti benar-benar berada di dalam neraka yang terdalam. Ini hanya rekaan semata. Ini juga bukan situasi kemenangan. Kita tidak akan pernah menjadi seperti yang bukan diri kita, dan itulah poin utamanya. Kita hanya bisa menjadi diri kita, dan hanya itu. Diri kita yang sesungguhnya adalah diri kita pada saat ini, dan semuanya itu tanpa usaha. Tidak diperlukan pembenaran siapa diri kita yang sesungguhnya. Tidak dibutuhkan kerja keras untuk menjadi yang bukan diri kita. Kita hanya perlu kembali kepada integritas diri kita, kembali pada saat dimana diri kita masih belum belajar untuk berbicara. Sempurna. Sebagai anak kecil, kita masih murni. Ketika kita lapar, kita hanya ingin makan. Ketika kita kelelahan, kita hanya butuh beristirahat. Hanya di saat itulah waktu yang nyata bagi kita. Kita tidak peduli akan masa lalu dan kita tidak merasa khawatir akan masa depan. Kita menikmati kehidupan. Kita hanya ingin serba tahu dan mempunyai kebahagiaan. Tak ada seorang pun yang mengajarkan kepada kita harus menjadi seperti apa pun. Kita terlahir seperti itulah adanya. Manusia dilahirkan dalam kebenaran, tapi kita tumbuh percaya pada kebohongan. Salah satu kebohongan terbesar dalam kisah kemanusiaan adalah kebohongan dari ketidaksempurnaan kita. Ini hanya sebuah cerita, tetapi kita percaya itu. Kita menggunakan cerita itu untuk menghakimi diri kita sendiri, untuk menghukum diri kita sendiri, dan untuk membenarkan kesalahan kita. Semua ciptaan Tuhan sempurna. Jika kita tidak melihat kesempurnaan diri kita sendiri, itu karena perhatian kita terfokus pada kisah kita. Kebohongan di cerita kita menghalangi kita agar tidak melihat kebenaran. Tetapi, dengan kesadaran, kita bisa mengubah cerita dan kembali kepada kebenaran. [] Dikutip dari The Voice of Knowledge, Don Miguel Ruiz
(Visited 34 times, 1 visits today)
Avatar photo

By Abah Iyan

Sosiopreneur, Writerpreneur & Book Publisher

0 thoughts on “Kebohongan atas Ketidaksempurnaan”
  1. Tulisan kang iyan selalu mencerahkan n terapi jiwa buat pembaca utamanya diriku….Syukran 🙏🏻🙏🏻🙏🏻

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.