Mudik setiap jelang lebaran adalah tradisi yang sudah berlangsung lama. Bahkan sebagian orang menganggap lebaran tanpa mudik itu kurang lengkap perjalanan hidupnya. Sehingga tidak mengherankan kalau banyak orang rela mengantri atau berdesakan untuk mendapatkan tiket perjalanan mudik menemui orang-orang yang berjasa dalam hidupnya di kampung. Namun disisi lain, orang yang tidak mudik, bukan berarti tidak sayang apalagi tidak peduli pada orang tua. Sesungguhnya rasa sayang, rindu, peduli, dan hormat kepada keluarga di kampung khususnya orang tua selalu terpatri dalan sanubari. Namun, yang tidak banyak dipahami terutama oleh mereka yang tidak hidup merantau dan belum tahu bagaimana dinamika mudik lebaran, ada banyak hal yang menjadi pertimbangan sebelum mudik lebaran. Salah satu di antaranya adalah faktor kesehatan. Ketika kondisi fisik tidak bersahabat dengan semesta, tentulah keinginan berkumpul bersama keluarga di hari fitri ini harus ditunda dulu. Sedih itu pasti, namun kita harus mencoba berdamai dengan kenyataan, bahwa semua sudah ada yang menentukan segalanya. Jadi benar menurut quote sang inspirator Bang RIM, “Berdamailah dengan kenyataan, lalu cintai hidupnya untuk menjalani kehidupan. Sesungguhnya inilah alamat asli kedamaian dan kebahagiaan”. Setelah berdamai dengan kenyataan tidak bisa mudik, saya merasa damai dan bahagia. Namun disisi lain kalau melawan kenyataan yang dialami, bisa jadi mengembangbiakkan masalah, yang akan semakin menggerogoti fisik. Meskipun mudik bukan parameter rasa kasih dan sayang, namun jika itu memungkinkan lebih baik pulang kampung bertemu langsung bersilaturahim bersama keluarga tercinta. Selamat mudik lebaran untuk teman-teman yang bisa pulang, selamat berkumpul bersama keluarga tercinta. Sementara untuk teman yang tidak bisa mudik ke rumah orang tua, mari berdayakan dan maksimalkan sarana komunikasi yang tersedia. Semoga kesempatan yang hilang di hari ini, diganti dengan kesempatan berikutnya meski bukan di hari raya.
(Visited 76 times, 1 visits today)
Mat hari raya idul fitri Bundaku, taqabbalallahu minna wa minkum… mohon maaf lahir dan bathin.