MAKASSAR-Bulan ramadan 1443 tahun ini masih dalam dekapan mesra pandemi covid-19. Meski kondisinya melandai namun kita tetaplah waspada agar tidak terpapar untuk ke dua kalinya.
Toh demikian umat Islam antusias menjalani ritual ramadan. Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, bulan ramadan kali ini mesjid-mesjid sudah makmur dipadati jamaah.
Memang shaf sholat sudah tidak ada jarak, namun demikian jangan abaikan protokol kesehatan. Tetap gunakan masker, serta mencuci tangan di air mengalir.
Kebiasaan baru tersebut tidak mengendurkan umat islam untuk melaksanakan ibadah di Masjid, begitu memasuki waktu sholat Maghrib, Isya bahkan subuh masjid-masjid selalu dihadiri oleh jamaah.
Sebuah keniscayaan yang harus dilalui, selaku warga negara indonesia memiliki kewajiban melaksanakan ibadah untuk kemaslahatan umat. Terlepas dari itu semua, puasa ramadan wajib hukumnya untuk dijalani.
Oleh sebab itu, setelah 14 jam menahan lapar dan dahaga maka kita harus berbuka dengan yang manis-manis guna memulihkan cairan tubuh. Begitu waktu berbuka tiba, selama ramadan berbukalah dengan yang manis-manis. Dari sekian banyaknya varian menu buka puasa atau dikenal takjil, kudapan satu ini harus ada, sebab keberadaannya sangat dibutuhkan tubuh, selain rasanya enak menggugah selera. Kue ini memang menjadi pilihan saat buka puasa.
Saya sendiri merasa hampa tanpa kehadiran kue tradisional satu ini. Ibarat sayur kurang garam, hambar.
Selain kurma, kudapan satu ini wajib menjadi menu andalan selama bulan ramadan.
Tak lengkap berbuka puasa tanpa kue satu ini. Betul sekali, kue tradisional Bugis ini dikenal sebagai kue Bangsawan.
Barongko yang berbahan dasar pisang ini memang mumpuni meningkatkan daya tahan tubuh setelah menahan lapar dan dahaga belasan jam lamanya.
Bukan tahun ini saja, ramadan tahun sebelumnya, kue berbahan dasar pisang ini selalu setia menemani kami dalam membantu memulihkan kekuatan tubuh agar kondisi selalu fit menjalankan ibadah ramadan.
Selain rasanya yang manis, lembut dan dingin, barongko juga dianggap aman untuk pencernaan dan menambah stamina. Karenanya tepat bila disajikan sebagai makanan pembuka setelah menjalankan puasa Ramadan sehari penuh. Rasa yang manis, teksturnya yang lembut dan manis membuat siapapun yang mencicipi kue ini sulit melupakan begitu saja cita rasa kelezatan yang khas dari barongko.
Meski kami berdarah jawa dan sumatera alias (putra jawa kelahiran sumatera) PUJAKESUMA. Kue tradisional satu ini sudah menjadi primadona yang wajib ada hingga berakhirnya puasa bulan ramadan, semoga kita semua masih diberi waktu berjumpa dengan bulan ramadan tahun berikutnya. Insha Allah.
Kue Bangsawan Kerajaan Bugis
Konon pada zaman dahulu barongko pisang tergolong makanan mewah dan hanya khusus disajikan bagi kaum bangsawan dari kerajaan-kerajaan Bugis.
Umumnya raja-raja Bugis menikmati panganan yang berbahan pokok pisang ini sebagai makanan penutup. Kudapan ini hanya disajikan pada saat tertentu, seperti pernikahan dan upacara adat.
Di luar acara-acara istimewa para bangsawan Bugis ada satu momen dimana barongko selalu tersaji di rumah-rumah orang Bugis, yaitu saat bulan Ramadan tiba.
Dari berbagai sumber informasi sebagian besar masyarakat Bugis Makassar menyebut barongko sebagai kue kejujuran. Dikatakan demikian lantaran berbahan utama yang terbuat dari pisang dan kemudian dibungkus kembali dengan daun pisang, tanaman yang sama dengan bahan dasarnya, merepresentasikan kejujuran.
Hal tersebut mengajarkan kita bahwa ucapan harus sama dengan perlakuan, dan apa dikerjakan harus sama dengan apa yang dirasakan.
Meskipun terlihat sederhana dan mudah cara membuatnya. Menurut sebagian besar masyarakat Bugis, barongko pisang tidak hanya dikerjakan dengan tangan-tangan terampil dan berpengalaman tetapi juga dibuat dengan hati. Hal ini agar tidak merusak citra dan rasa dari Barongko.