Langit terlihat sedikit mendung. Sesekali rintik hujan mulai berjatuhan pelan. Rasa lelah sehabis pulang dari sawah belum sepenuhnya sirna. Tangan dan kaki rasanya pegal semua. Ingin rasanya duduk selonjoran sambil menikmati segelas teh manis panas.

Teh manis panas adalah minuman favoritku setiap kali pulang dari sawah atau pun ladang. Rasa lelah dan keringat yang bercucuran seakan tak berarti setelah meneguk segarnya teh manis panas. Tenaga yang tadinya habis terkuras pun pelan-pelan terisi kembali.

Setelah istirahat, aku pun beranjak dari tempat dudukku. Kuraih gelas kosong di sampingku, gelas yang tadi berisi teh manis panas untuk kemudian akan kucuci di dapur. Kulirik jam dinding dapur, waktu menunjukkan sekitar pukul empat sore.

“Waduh…! Dah sore nih, aku belum mandi dan salat Asar, ” batinku.

Kubergegas pergi ke kamar mandi.
Setelah menunaikan ibadah salat Asar, segera kuambil kunci sepeda motor di atas lemari. Kujinjitkan kedua kakiku, kuraba bagian atas lemari dengan kedua tanganku.

“Yapppssss….dapat!” kunci motor dengan gantungan kunci warna merah sudah kuraih.

Aku mau pergi untuk membeli sate ayam lontong buat Simbah Kakung (kakek). Sate ayam lontong langgananku juga. Kasihan Simbah seharian tidak ada nafsu makan karena bibir bagian dalam sedang sariawan.

Mau makan nasi katanya tidak ada selera. Badannya yang kurus semakin membuat hatiku tak tega melihatnya. Eh siapa tahu dengan makan sate ayam lontong ditambah dengan bumbu kacang yang gurih, Simbah Kakung berselera untuk makan.

Bismillahirrahmanirrahim…. kuucapkan doa bepergian. Jarak antara rumahku dengan penjual sate tidaklah terlalu jauh, kira-kira hanya berjarak satu kilometer. Karena dekat, Aku pun tidak memakai pelindung kepala atau helm.

‘Kupacu sepeda motorku dengan ukuran sedang. Meskipun langit terlihat mendung, tetapi aku tidak berani mengendarai sepeda motor dengan kecepatan lebih. Apalagi melewati jalan raya yang ramai dengan lalu lalang kendaraan bermotor.

Aku yang sedang berkonsentrasi mengendarai sepeda motor, di separuh parjalanan tiba-tiba aku dikejutkan dengan jatuhnya buah kelapa kira-kira sebesar bola basket tepat di samping sepeda motorku yang sedang kukendarai. Buah kelapa itu hampir menyenggol lenganku. Dan jarak jatuhnya antara buah kelapa dengan kepalaku mungkin tidak lebih dari 15 cm.

Buah kelapa itu pun kemudian jatuh menggelinding ke arah roda depan motorku. Aku yang terlanjur panik dan kaget tidak bisa serta merta mengerem sepeda motorku. Jantungku rasanya tidak karuan. Badanku gemetar.

Beruntung, buah kelapa yang jatuh itu tidak menyenggol roda sepeda motorku. Kuhentikan sepeda motorku. Dalam hati, aku sudah siap-siap untuk marah kepada orang yang sedang memetik kelapa.

“Itu orang gimana sih! Bisa ndak sih metik kelapa! Sudah tahu ini jalan raya, harusnya hati-hati dong! Lihat dulu ada orang yang lewat apa tidak!” kesalku dalam hati.

Mukaku menengadah ke atas. Kulihat pohon kelapa itu. Setelah beberapa menit kuteliti, ternyata tidak ada orang di atas pohon kelapa. Artinya itu kelapa jatuh sendiri, bukan sedang dipetik.

Itu adalah pohon kelapa satu-satunya di jalan yang sering sekali aku lewati. Pohonnya terletak di pinggir jalan, tepatnya di sebelah kiri jalan. Satu meter dari pohon kelapa itu adalah area pemakaman umum. Jalannya agak menanjak sedikit.

Apa jadinya jika buah kelapa sebesar bola basket itu jatuh tepat mengenai kepalaku. Dan apa jadinya jika buah kelapa yang jatuh tadi kemudian menggelinding mengenai roda sepeda motorku. Sudah dipastikan Aku pasti cedera apabila kepalaku kejatuhan buah kelapa kemudian sepeda motorku roboh di jalan beraspal.

Ya Allah, aku ngeri membayangkannya. Maut terasa begitu sangat dekat. Apa yang akan menimpaku beberapa menit kemudian siapa yang tahu. Aku tidak menyangka akan terjadi hal yang tidak diinginkan menimpaku.

Ya Allah, terima kasih Engkau masih memberikan aku kesempatan untuk hidup. Aku masih bisa bernapas sampai detik ini. Kalaulah bukan karena ke-Maha Rahman-Mu, entahlah apa yang terjadi denganku.

Pasti ada hikmah dari setiap musibah. Sejak kejadian itu, aku semakin banyak merenung. Allah masih menginginkan aku untuk hidup. Allah masih menginginkan aku untuk memberbaiki diri. Dan Allah masih ingin agar aku belajar menjadi pribadi yang lebih baik lagi.

Sungguh, kekuatan do’a sangatlah mujarab. Ke mana pun dan di mana pun kita berada, janganlah lupa untuk selalu berdoa agar kita selalu dimudahkan dalam beraktivitas dan dijauhkan dari segala musibah. Semoga kita termasuk dalam golongan orang-orang yang bersyukur dan beruntung. []

(Visited 394 times, 2 visits today)
Avatar photo

By Sarmini

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.