Oleh : Hamsah
 Meminjam pandangan Epictetus seorang guru filsafat di Yunani  bahwa “some things are up to us, some things are not to us”. Artinya beberapa hal di bawah kendali (tergantung pada) kita, beberapa hal tidak di bawah kendali (tidak tergantung pada) kita (Henry Manampiring. 2019). Kedua hal tersebut mungkin terbaca sederhana. Namun, tidak sedikit di antara kita harus terjebak dan rancu dalam memahami secara praktik.

Pandangan di atas mengajarkan kepada kita bahwa kebahagiaan sesungguhnya hanya bisa dicapai dengan melakukan apa yang bisa dikendalikan. Sehingga hal tersebut layak kita perhatikan. Selanjutnya, kekecewaan dan kemarahan bisa diminimalisir jika kita pahami bahwa ada hal-hal yang berada di luar kendali kita, sehingga hal tersebut tidak layak menjadi sumber kekhawatiran yang dapat memeras emosi kita.

Mengutip ungkapan Marcus Aurelius “Kamu memiliki kendali atas pikiranmu, bukan kejadian-kejadian di luar sana, jika kamu menyadari maka itu adalah sebuah kekuatan”. Artinya, yang bisa kita kendalikan adalah pikiran yang melahirkan tindakan dan dapat kita optimalkan dalam setiap pencapaian tujuan. Sebaliknya kejadian-kejadian di luar dari pikiran, sebutlah penilaian dan tindakan orang bahkan makhluk lain terhadap diri kita itu bukan menjadi kendali kita.

Satu contoh paling sederhana, pada saat tidur kita digigit nyamuk kemudian kita menyalahkan nyamuk bahkan kita menjadi pembunuh darah dingin karena nyamuk. Padahal ada cara lain yang bisa kita lakukan atau kendalikan untuk tidak digigit nyamuk yaitu menutup badan, entah dengan selimut atau pelumas beracun.

Contoh lain misalnya, pada saat laki-laki melakukan pendekatan dengan perempuan dan diundang ke rumah perempuan. Maka hal yang bisa dikendalikan atau dilakukan oleh laki-laki adalah misalnya mandi, memakai pakaian sopan, memakai parfum dan lainnya. Kemudian yang tidak bisa dikendalikan adalah pikiran dan perasaan perempuan dan orang tuanya apakah ia suka atau tidak. Maksud penulis dari contoh ini adalah jangan habiskan energi untuk memikirkan apa yang tidak menjadi kendali kita tetapi maksimalkan apa yang bisa dilakukan.

Begitu pun dalam lingkungan akademik. Misalnya, mahasiswa dalam ujian skripsi, ingin lulus dengan nilai maksimal. Tentu yang menjadi kendali mahasiswa yang bisa dilakukan adalah menyiapkan diri dengan baik untuk ujian skripsi termasuk tidur yang cukup, makan makanan bergizi agar sehat, dan  menyiapkan segala perangkat ujian serta melatih diri dalam presentasi. Ketika itu secara praktik sesuai maka hasil akhir yang diluar kendali kita ternyata baik maka itulah kebahagiaan.

Namun, sebaliknya apa yang menjadi kendali kita tetapi tidak lakukan dengan baik seperti presentasi yang tidak maksimal karena tidak ada persiapan sebelumnya atau tidak menguasai hasil penelitian sehingga hal tersebut menyebabkan penilaian akhir dari penguji tidak maksimal, maka itulah kekecewaan.

Dari contoh sederhana di atas, tidak sedikit di antara kita jika mengalami kekecewaan harus meratap bahkan menyalahkan para manusia-manusia. Padahal lebih baik memperbaiki apa yang bisa dikendalikan, daripada menghakimi apa yang ada di luar kendali kita. Sebagaimana quotes dari penulis “Yang bisa kita salahkan adalah sesuatu yang bisa kita benarkan”.
 
*Akademisi Universitas Negeri Manado

(Visited 82 times, 1 visits today)
Avatar photo

By Hamsah

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

%d blogger menyukai ini: