Ketika waktu pemilu mulai mendekat, banyak Caleg mulai turun ke jalan untuk mencari perhatian masyarakat serta menebarkan janji-janji manis.Tidak hanya itu, bahkan ada juga menyogok secara halus dengan memberikan bantuan berupa sembako kepada masyarakat kurang mampu. Sehingga dengan pemberian sembako ini, masyarakat akan berpikir caleg tersebut pantas untuk dijadikan pemimpin suatu daerah.

“Kampanye untuk negeri, tapi mencuri untuk diri sendiri” ungkapan seorang Rocky Gerung pada chuaks challenge beberapa waktu lalu di di metro TV. Tak bisa dipungkiri, setiap waktu pemilu mulai mendekat, para caleg berlomba-lomba untuk melakukan kampanye secara besar-besaran untuk mendapatkan suara masyarakat sebanyak mungkin. Selama kampanye, semuanya jadi terlihat baik, bahkan sampai menggunakan slogan-slogan yang bertemakan janji kemakmuran untuk rakyat.

Tapi kenapa ketika sudah menjabat, tidak sedikit caleg tadi ingkar janji, lupa dengan janji-janji yang ditabur selama kampanye berlangsung. Bahkan ada juga diketahui korupsi dana daerah, bansos dan dana lainnya.

Tadinya mengemis meminta suara rakyat, begitu mereka masuk DPR malah mereka jadi penguasa. DPR itu pesuruh rakyat, bukan representasi rakyat, apalagi mereka mengklaim “kami memiliki kedaulatan rakyat”. Kedaulatan rakyat tidak pernah diserahkan kepada anggota DPR, karena kedaulatan itu final milik rakyat dan tidak mungkin diserahkan.

(Visited 72 times, 1 visits today)
One thought on “Ketika Pengemis Menjadi Tuan”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.