Oleh: Gugun Gunardi*
Pengantar:
Tingkat-tutur adalah pengetahuan yang bersangkut dengan menghaluskan tuturan atau eufemisme, di dalam bahasa Sunda di sebut undak-usuk. Undak-usuk yang berasal dari istilah bahasa Jawa Unggah-ungguh Basa Jawi, dan hanya mengenal tiga tingkatan bahasa, yaitu; bahasa ngoko, kromo (kromo inggil dan kromo andap), serta bagongan. Oleh para tatabahasawan Sunda pada awal kehadirannya, telah diubah istilahnya menjadi undak-usuk basa Sunda dalam 5 tingkatan.
Di dalam undak-usuk bahasa Sunda saat ini, yang digunakan adalah tiga tingkatan bahasa, yaitu:
1) basa kasar atau juga dinamakan bahasa loma, biasa digunakan oleh orang kebanyakan di dalam situasi komunikasi dengan orang-orang yang memiliki hubungan pertemanan sudah dekat, atau sudah loma.
Contoh:
Kuring ‘aku’
Manèh ‘kamu’
Dahar ‘makan’
Indit ‘pergi’
Datang ‘datang’
2) basa sedeng adalah bahasa halus, untuk mengahaluskan kata-kata bagi diri sendiri, digunakan ketika bertutur dengan orang yang dihormati.
Contoh:
Abdi ‘saya’
Anjeun ‘anda’
Neda ‘makan’
Mios ‘pergi’
Dongkap ‘datang’
3) basa lemes adalah bahasa halus yang digubakan untuk menghaluskan kata-kata untuk menghormati orang lain, dari segi usia, kedudukan sosial ekonomi, gelar akademik, dan jabatan.
Contoh:
Sim kuring ‘saya’
Salira ‘anda’
Tuang’makan’
Angkat ‘pergi’
Sumping ‘datang’
Pembahasan:
Meskipun undak-usuk basa Sunda, pada awalnya cenderung digunakan untuk hirarki terkait dengan sosial-ekonomi, saat ini sudah beralih pada bentuk sopan santun berbahasa. Para pemelajar dididik untuk memahami undak-usuk. Dengan Kepentingannya agar memiliki skill sopan santun berbahasa. Melalui kebiasaan menggunakan bahasa Sunda yang dipadukan dengan sopan santun dalam bertutur, maka diharapkan pemelajar memiliki soft skill (sopan santun) yang baik.
Pengertian Perilaku Sopan santun:
Menurut Markhamah (2009), sopan adalah hormat dan takzim (akan, kepada) tertib menurut adat yang baik, beradab tentang tingkah laku, tutur kata, pakaian, dsb. Baik kelakuannya (tidak lacur, tidak cabul). Sedangkan santun berarti: halus dan baik (budi bahasanya, tingkah lakunya), penuh rasa belas kasihan, suka menolong.
Menurut Bagus (2000), santun adalah norma, bahasa yang taklim (amat hormat), kelakuan, tindakan, perbuatan. Sedangkan sopan adalah tata krama di dalam pergaulan antara manusia dan manusia, sehingga manusia itu dalam pergaulan setiap harinya memiliki kesopansantunan, saling hormat menghormati dan saling sayang menyayangi.
Menurut Oetomo (2012), sopan adalah sikap hormat dan beradab dalam perilaku, santun dalam tutur kata, budi bahasa dan kelakuan yang baik sesuai dengan adat istiadat dan budaya setempat yang harus kita lakukan. Mustari (2014), santun adalah sifat yang halus dan baik hati dari sudut pandang tata bahasa maupun tata perilakunya ke semua orang.
Jadi, sopan santun merupakan perilaku seseorang yang menjunjung tinggi nilai-nilai menghormati, menghargai, dan berakhlak mulia, serta bertutur dengan baik. Sopan santun pun bisa dianggap sebagai norma yang tidak tertulis, yang mengatur bagaimana seharusnya kita bersikap dan bertutur serta berperilaku. Sopan santun adalah kebiasaan mengatur kehidupan sehari-hari dengan baik, sehingga semuanya berjalan lancar, hasilnya tidak ada gangguan pikiran maupun perasaan.

Sopan santun adalah sikap baik di dalam pergaulan, ditandai dalam cara berbahasa maupun berperilaku. Perilaku sopan-santun adalah norma hidup, yang timbul dari hasil pergaulan sekelompok manusia di dalam masyarakat, dan dianggap sebagai tuntunan pergaulan sehari-hari.
Perilaku Sopan Santun:
Menurut Supriyanti (2008), terdapat beberapa bentuk sopan santun dalam lingkungan sehari-hari, yaitu:
a. Sopan santun bergaul dengan orang tua:
Sikap sopan santun dan lemah lembut terhadap kedua orang tua antara lain dilakukan sebagai berikut:
- Tidak berkata kasar atau membentak orang tua.
- Senantiasa berbuat baik dan tidak menyakiti hati kedua orang tua.
- Tunduk dan patuh kepada orang tua selama perintah itu dalam hal kebaikan.
- Menghargai pendapat kedua orang tua.
- Selalu mendoakan kedua orang tua agar diberi kesehatan, merawat dengan penuh kasih sayang ketika orang tua sedang sakit atau lanjut usia.
b. Sopan santun bergaul dengan guru:
Peranan pengasuh di sekolah adalah sangat besar. Di samping sebagai pendidik guru juga berperan sebagai pembimbing, pengajar dan peran pengganti orang tua di sekolah. Sikap sopan santun terhadap guru antara lain:
- Selalu tunduk dan patuh kepada guru.
- Melaksanakan segala hal baik.
- Berbicara yang halus dan sopan.
- Mendoakan pengasuh guru diberikan kesehatan dan ketabahan dalam memberikan ilmu pendidikan dan bimbingan di sekolah.
- Menjaga nama baik dan menghormati guru.
- Menyapa dengan ramah bila bertemu dengan guru.
- Menampilkan contoh tingkah laku yang baik.
c. Sopan santu bergaul dengan orang yang lebih tua:
Sikap sopan santun itu tidak hanya ditujukan kepada orang tua dan guru, akan tetapi ditujukan kepada orang yang lebih tua seperti kakak kandung sendiri. Sikap sopan santun terhadap orang yang lebih tua antara lain:
- Bersikap hormat agar terjalin hubungan yang harmonis.
- Menyapa dengan sopan dan ramah.
- Saling menghargai pendapat.
- Suka membantu pekerjaan.
d. Sopan santun bergaul dengan orang yang lebih muda:
Tata krama dalam pergaulan sehari-hari tidak hanya menghormati kepada orang tua saja, namun kepada usia yang lebih muda pun harus dihargai dan diberikan kasih. Sikap sopan santun terhadap orang yang muda antara lain:
- Bersikap sayang kepada orang yang lebih muda.
- Memberi contoh teladan yang baik dan memberi motivasi.
- Menghargai pendapat.
- Tidak bersikap otoriter.
Penutup:
Pendapat dari; Markhamah (2009), Bagus (2000), Oetomo (2012), Mustari (2014), menunjukkan bahwa sopan santun sangat berkaitan erat dengan menggunakan bahasa dengan tuturan yang baik. Hal tersebut ditandai dengan bagaimana tuturan tersebut disampaikan dengan tata krama atau tingkat tutur yang baik, kepada orang-orang yang kita hormati; yaitu kepada orang tua, kepada guru (pendidik), kepada orang yang lebih tua, dan juga kepada orang yang lebih muda dari penutur.
Dengan demikian, kehadiran undak-usuk basa Sunda dalam pendidikan bertutur bahasa yang baik dalam pergaulan sehari-hari adalah mutlak diperlukan. Oleh sebab cermin dari perilaku sopan santun di dalam pergaulan, akan segera terlihat manakala seseorang bertutur dengan sopan.
Mari kita bangkitkan cara bertutur dengan tingkat tutur yang baik. Sebab cara bertutur dengan tingkat tutur yang baik, menunjukkan keramahan dari bangsa Indonesia yang terkenal sebagai bangsa yang ramah.
*Penulis: Dosen Tetap Universitas Al Ghifari Bandung.