“Interaksi simbolik adalah kunci untuk memahami bagaimana individu membentuk realitas sosial.” –
[Charles Cooley]
A.Latat Belakang Teori Interaksi Simbolik
Berikut adalah latar belakang Teori Interaksi Simbolik:
Faktor Sosial dan Sejarah
- Perubahan sosial besar pada awal abad ke-20 (revolusi industri, urbanisasi, dan imigrasi).
- Munculnya gerakan sosiologi Amerika yang dipengaruhi oleh filsafat pragmatisme.
- Pengaruh pemikiran Max Weber, Émile Durkheim, dan Karl Marx.
Faktor Intelektual
- Pengembangan psikologi sosial oleh William James dan John Dewey.
- Konsep “interaksi sosial” dari Charles Cooley.
- Pengaruh filsafat simbolis dari Ernst Cassirer.
Tokoh dan Karya

- George Herbert Mead: “Mind, Self, and Society” (1934).
- Herbert Blumer: “Symbolic Interactionism” (1969).
- Erving Goffman: “The Presentation of Self in Everyday Life” (1959).

Herbert Blumer (pic)
Perkembangan Teori Interaksi Simbolik
- Awalnya, teori ini dikembangkan oleh Mead pada tahun 1920-an.
- Blumer memperluas dan mempopulerkan teori ini pada tahun 1930-an.
- Goffman mengembangkan konsep “peran sosial” dan “teater sosial”.
- Teori ini terus berkembang melalui karya para sosiolog lainnya.
Konteks Budaya dan Sosial
- Masyarakat Amerika Serikat pada awal abad ke-20 yang mengalami perubahan besar.
- Pengaruh budaya urban dan industri.
- Peran media massa dalam membentuk opini publik.
Interaksi simbolik adalah proses di mana individu berbagi dan memahami simbol-simbol untuk mencapai kesepakatan tentang makna.” (Symbolic Interactionism, 1969)
[Herbert Blumer]
B. Teori Interaksi Simbolik (Symbolic Interactionism)
Teori sosiologi yang dikembangkan oleh George Herbert Mead (1863-1931) dan Herbert Blumer (1900-1987). Teori ini menjelaskan bagaimana individu berinteraksi melalui simbol-simbol untuk membentuk makna dan identitas diri.
Konsep Utama
- Simbol: bahasa, gerakan tubuh, ekspresi wajah, dan objek yang memiliki makna.
- Interaksi Simbolik: proses berbagi dan memahami simbol antar individu.
- Diri (Self): terbentuk melalui interaksi simbolik.
- “I” (Aku) dan “Me” (Aku yang dilihat orang lain): dualitas diri dalam interaksi sosial.
Prinsip Utama
- Simbol memiliki makna yang ditentukan secara sosial.
- Individu memahami diri sendiri melalui pandangan orang lain.
- Interaksi simbolik membangun identitas diri.
- Makna simbol-simbol dapat berubah tergantung konteks.
Proses Interaksi
- Individu menggunakan simbol untuk berkomunikasi.
- Simbol diinterpretasikan dan dimaknai oleh penerima.
- Respon penerima mempengaruhi identitas diri individu.
- Interaksi simbolik memperkuat atau mengubah identitas diri.
Implikasi
- Pembentukan identitas diri melalui interaksi sosial.
- Peran norma dan nilai sosial dalam membentuk perilaku.
- Pentingnya komunikasi efektif dalam membangun hubungan sosial.
- Pengaruh lingkungan sosial terhadap perkembangan diri.
Kritik dan Pengembangan
- Teori ini dianggap terlalu simplistik.
- Kurang memperhatikan faktor biologis dan psikologis.
- Pengembangan teori ini oleh Herbert Blumer dan Erving Goffman.
C. kesimpulan
Substansi teori interaksionisme simbolik adalah kehidupan bermasyarakat itu terbentuk melalui proses komunikasi dan interaksi antarindividu dan antarkelompok dengan menggunakan simbol-simbol yang dipahami maknanya melalui proses belajar.
masalah sosial terjadi karena adanya pergaulan dengan pelanggar hukum dan pelabelan karakter yang buru, dimana fokus dari teori iniadanya interaksi negatif antarindividu.
Interaks simbolik menjelaskan sosialisasi sebagai suatu proses di mana para anggota masyarakat bertindak satu sama lain melalui bahasa dan mimikri untuk mendorong orang lain agar melakukan perilaku yang sama.
Referensi Rujukan
- Mead, G. H. (1934). Mind, Self, and Society.
- Blumer, H. (1969). Symbolic Interactionism.
- Ritzer, G. (2013). Teori Sosiologi Modern.
- Encyclopedia Britannica.
- Stanford Encyclopedia of Philosophy.
- Mead, G. H. (1934). Mind, Self, and Society.
- Stanford Encyclopedia of Philosophy.
Demikian pembahasan teori Interaksi Simbolik semoga dapat bermanfaat bagi pengembangan dan pemahaman serta kecintaan dalam memahami teori-teori Sosiologi.
Merawat Ingatan adalah sebuah teraphy bagi penulis untuk mereplay kembali teori-teori Sosiologi sejak kuliah S2 di Sosiologi Unhas, dan S3 Sosiologi UNM, saya sangat konsen dan suka materi2 Sosiologi klasik dan modern, hingga 2013 penulis terkena stroke ringan serasa semua ingatan itu ingin ku ulang dengan menuliskan nya kembali, sebagsimana Filsif Friedrich Nietzsche menyebut Ingatan sebagai sumber kekuatan dan kelemahan.mari merawat ingatan kita agar memory kita sehat.
Ingatan sebagai sumber pengetahuan.
(Plato)
Makassar, 21 Januari 2025.
Diberdayakan oleh :

Dr.Sudirmən, S. Pd, M. Si.
Terima kasi pa 🙏
Terima Kasih selalu terkirim postingan penulis, dan saya baru tahu kalau pernah kena stroke ringan pak doktor Sudi..dan ternyata salah satu cara unt memulihkan ingatan adalah bxak menulis…👍👍