Oleh: Gugun Gunardi*

Pengantar:

a. “Bang telor 1 kg berapa..?”
b. “Bang berapakah harga telor 1 kg…?
Tuturan a., di dalam bahasa Indonesia baku, adalah salah, akan tetapi di dalam tuturan bahasa Indonesia sehari-hari adalah benar, dan tepat digunakan dalam situasi seperti itu di pasar.
Tuturan b., di dalam bahasa Indonesia baku, adalah baik, tetapi di dalam bahasa Indonesia tuturan sehari-hari tidak benar tidak tepat digunakan dalam situasi seperti itu. Jadi, kedua tuturan tersebut dapat digunakan, tentu di dalam konteks dan situasi berbeda. Kata-kata yang digunakan di kedua tuturan tersebut adalah kosa kata baku, tetapi strukturnya yang tidak baku.

Kosakata baku, adalah kata-kata yang ejaan dan pelafalannya sudah sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia baku, yang terhimpun di dalam KBBI dan EYD. Kosakata baku biasa digunakan untuk berbagai hal yang bersifat formal, seperti dalam karya tulis ilmiah, surat resmi, jurnal, atau dalam tuturan yang bersifat resmi, rapat, seminar, pidato, proses belajar mengajar. Kosakata non-baku, adalah kata-kata yang ejaan dan fonetis atau lafalnya tidak sesuai dengan KBBI dan EYD.

Sering kita temukan kosakata yang non-baku, di dalam penggunaan bahasa Indonesia sehari-hari.
Kata-kata tersebut, bisa jadi berasal dari pengaruh bahasa daerah, atau bisa jadi kata baku, akan tetapi pelafalannya salah. Kosakata non-baku biasanya banyak digunakan di dalam percakapan sehari-hari, dan kurang tepat untuk digunakan di dalam situasi formal.

Pembahasan:

Kosakata baku dan non-baku, di dalam bahasa Indonesia memiliki fungsi dan peran masing-masing. Kosakata baku digunakan untuk berbagai yang bersifat resmi. Jika ditelisik, setidaknya ada empat fungsi utama kosakata baku:

  • Sebagai pemersatu. Kata baku dapat digunakan untuk mempersatukan berbagai etnis dan kelompok masyarakat dalam satu kesatuan penutur bahasa Indonesia.
    • Menjadi sesuatu hal yang khas. Di dalam penggunaan kata baku, baik lisan maupun tulisan, menunjukkan ciri khas seorang penutur bahasa Indonesia.
    • Membangun kewibawaan. Dalam keberagaman masyarakat Indonesia yang masih terdapat sifat feodal, menggunakan kosakata baku dalam percakapan dapat membentuk kewibawaan dan mengangkat status sosial penutur di mata masyarakat.
    • Menjadi rujukan. Kosakata baku menjadi rujukan dan tolak ukur dalam berbahasa yang baik dan benar sesuai dengan KBBI dan EYD.

    Sedangkan kata non-baku, adalah kosakata yang tidak sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia. Kata non-baku biasa digunakan dalam percakapan sehari-hari atau di dalam tulisan yang tidak resmi seperti pesan singkat. Kata non-baku sering digunakan di dalam interaksi sehari-hari karena dipengaruhi oleh kebiasaan bertutur yang berkembang di masyarakat dengan latar belakang bahasa daerah yang beragam.

    Ada beberapa hal yang memunculkan dan digunakannya kata non-baku, antara lain:

    • Penutur tidak memahami bentuk penulisan baku dari kata yang digunakan.
    • Penutur tidak mengoreksi kesalahan fonetis atau ejaan kata yang dituturkan.
    • Saat bertutur terpengaruh oleh kebiasaan penutur lain, dan cara bertutur dalam bahasa daerah.
    • Fonetis atau pelafalan dipengaruhi oleh kebiasaan bertutur dalam bahasa daerah penutur.

    Penutup

    Masih banyak masyarakat yang belum mampu menggunakan kata baku dalam percakapan dan tulisan. Namun demikian, penggunaan kata non-baku tidak terlalu dipermasalahkan dalam percakapan sehari-hari. Akan tetapi, di dalam forum-forum dan media tulis yang bersifat resmi, pengguna bahasa Indonesia dituntut untuk menggunakan kata baku. Oleh karena itu, kemampuan untuk menggunakan kata baku dan non-baku sangat penting untuk diperhatikan oleh para penutur bahasa Indonesia.

    Penulis: Dosen Tetap Universitas Al Ghifari.

    (Visited 26 times, 2 visits today)

    Tinggalkan Balasan

    Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

    Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

    %d blogger menyukai ini: