david

Buku : David Livingstone

Penulis : L. Du Garde Peach, M.A., Ph.D., D.Litt.

Penerbit : Ladybird Books Ltd. Loughborough

Tempat : Leicestershire, England (Inggris)

Tahun : 1960

Jumlah Halaman : 52

Ukuran : 12 x 17,5 cm

Bahasa : Inggris

ISBN : –

David Livingstone adalah salah seorang tokoh terbesar yang hidup pada masa pemerintahan Ratu Victoria di Inggris. Dialah laki-laki kulit putih pertama yang menjelajahi benua Afrika bagian tengah yang terpencil, dan kisah petualangannya ini telah didokumentasikan dalam banyak buku. David Livingstone adalah seorang misionaris penjelajah yang lahir di Skotlandia pada sebuah desa kecil bernama Blantyre pada tahun 1813.

Peta Daerah Penjelajahan David Livingstone di Afrika

Sejak kecil David Livingstone sudah rajin membaca segala macam buku. Dia sangat bersemangat membaca buku buku tentang Afrika. Kedua orangtuanya penganut Kristen yang taat, sehingga David pun memutuskan untuk menjadi penyebar Kristen dinegeri asing kelak kalau sudah besar. Sambil bekerja, David juga kuliah kedokteran di Glasgow dan diwisuda menjadi Dokter pada tahun 1840

Di London, David berkenalan dengan seorang Missionaris dari Afrika bernama Dr. Moffat. Setelah berdiskusi dengan Dr. Moffat, David akhirnya memutuskan untuk ikut serta ke Afrika  untuk menjadi Missionaris sekaligus menjadi Dokter disana. Dalam pelayaran ke Afrika, David juga belajar cara menggunakan Quadrant, yaitu alat yang digunakan di kapal laut untuk mengetahui posisi kapal.

Perjalanan dengan Geobak yang ditarik oleh Sapi atau Kerbau

Di Afrika, tempat pertama yang ditinggali oleh David adalah sebuat daerah bernama Kuruman, berjarak 700 Mil sebelah utara Cape Town. Disinilah Dr. Moffat bertugas. Sebelah utara Kuruman adalah daerah daerah yang masih belum tersentuh dan belum pernah dikunjungi oleh orang orang kulit putih atau penjelajah. Belum setahun di Kuruman, David berpindah ke daerah Mabotsa, 200 mil dari Kuruman. Dialah orang kulit putih pertama yang berkunjung ke Mabotsa.

Setelah tinggal di Mabotsa selama 2 tahun, David kemudian menikah dengan putri Dr. Moffat bernama Mary. Selama di Afrika, David dan Mary belajar bahasa setempat, mengobati penduduk yang sakit sambil menyebarkan agama Kristen. Kemudian David sekeluarga kembali berpindah ke daerah Kolobeng, 80 mil diutara Mabotsa. Disini mereka tinggal selama 5 tahun.

Ketika rombongan David Livingstone diserang oleh para Pedagang Budak

Salah satu tugas David selama di Pedalaman Afrika adalah mengobati yang sakit. Saking terkenalnya waktu itu, banyak pasiennya datang dari daerah jauh sampai ratusan mil jauhnya dari Kolobeng. Setelah 2 tahun di Kolobeng, David, istri dan 3 anaknya serta 2 orang pengikutnya kembali berpindah tempat lebih ke utara lagi, melintasi gurun pasir Kalahari sampai ke danau Ngami sejauh 200 mil. Ketika tinggal di sekitar Danau Ngami, David memutuskan menjelajah ke utara lagi, namun, karena kekurangan persediaan bahan pangan untuk diperjalanan, akhirnya dia balik ke Cape Town lagi untuk membeli keperluan perjalanannya. Perjalanan ditempuh selama 9 bulan lamanya. Selanjutnya mereka tinggal di Linyanti, 200 mil di utara Danau Ngami.

6 bulan lamanya di Linyanti, David kembali berpetualang kearah barat daya, karena dia mencari kemungkinan adanya jalur darat dari Linyanti ke lautan Atlantik. Dengan menggunakan perahu kecil dia bersama 27 orang penduduk lokal menyusuri sungai Zambesi sejauh 3000 mil sebelum sampai ke kota Loanda yang berada di tepian Lautan Atlantik. Perjalanan atau penelusuran sungai ini ditempuh selama 6 bulan lamanya. Setiap kali perjalanan ditempuhnya, selalu dibuatkan peta-nya.

David dan tim-nya kemudian kembali ke Linyanti dengan rute yang sama. Dalam perjalanan itu David ‘menemukan’ sebuah air terjun yang sangat besar, yang kemudian diberinyanama “Victoria Falls” (air terjun Victoria, nama Ratu yang memerintah Inggris waktu itu). Dialah manusia kulit putih pertama yang melihat air terjun ini. Sebuah kota kecil di dekat Air terjun ini, diberi nama Livingstone untuk mengabadikan nama Dr. David Livingstone.

Masih melalui sungai Zambesi, David melanjutkan penjelajahannya kearah timur dan sampai di kota Quilimane, sebuah kota pelabuhan yang dikuasai oleh bangsa Portugis, di tepian Samudra Hindia. Di kota ini, David kemudian ikut berlayar ke Mauritius bersama sebuah kapal Inggris dan berobat disana karena penyakit Malaria yang dideritanya. Dari Mauritius, dia kembali ke Inggris.

Tim David Livingstone diserang Harimau dimalam hari

Di Inggris, kedatangannya disambut bagaikan pahlawan. Berbagai penghargaan diterimanya, termasuk dari Komunitas Geografi Kerajaan. David kembali memutuskan untuk ke Afrika lagi, kali dengan banyak bantuan yang diterimanya, uang dan termasuk kapal layar lengkap dengan kru-nya. Kali ini, selain misi penyebaran agama, pengobatan penduduk, ditambah lagi misi penjelajahan daerah daerah yang masih belum dijelajahi. Dengan menggunakan kapal uap, dan kadang juga jalan kaki, David menjelajahi daerah utara sejauh 200 mil jauhnya dan sampai ke danau Nyasa yang merupakan 3 danau terbesar di Afrika.

Selama penjelajahannya, David mengalami berbagai macam rintangan. Pernah ditepian sungai Zambesi, David berpapasan dengan para pedagang budak. Para budak itu dirantai lehernya satu sama lainnya. David dan timnya kemudian menyerang mereka dan membebaskan para budak itu. Namun setelahnya, beberapa kali dia diserang oleh para pedagang budak itu.

Dari buku hariannya, tercatat pula bahwa pada tanggal 13 November 1866, perkemahannya di serang oleh singa, untungnya, para pengikutnya berhasil mengusirnya dengan suara suara bising dan obor. Tanggal 12 Januari 1867, David hampir saja mati dipatuk ular kobra yang melilit dekat tempat duduknya.

Berbagai petualangan masih dilakukannya, namun penyakit malaria yang dideritanya semakin merongrong fisiknya. Ketika di daerah yang bernama Chitambo, dekat danau Bangweolo, pada tanggal 1 Mei 1873, David Livingstone, wafat. 2 orang pembantunya yang setia membawa mayatnya sejauh 1500 mil ke pelabuhan untuk dibawa kembali ke Inggris. David dimakamkan di Westminster Abbey, London.

David Livingstone telah menjelajah sejauh 29.000 mil dan menambahkan 1.000.000 mil persegi pada peta baru Afrika. Menemukan 6 Danau, dan banyak Sungai dan gunung dan air terjun terbesar didunia. Tapi yang paling penting adalah dialah yang memelopori penghapusan perdagangan budak di Afrika.

Buku Koleksi Perpustakaan Abdurrayid Daeng Lurang, Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Sulawesi Selatan.

Penulis : Suharman Musa, email shrmnms@gmail.com dan pesan WA 085241699630

tt
(Visited 185 times, 1 visits today)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.