oleh: Devinarti Seixas
Waktu terus berjalan,terus saja komplotan Dav mengejek aku ketika aku berangkat ke sekolah maupun pulang serta ketika anak -anak asrama yatim piatu pergi ke ladang mereka yang ada di Heler. Sering mengejek aku dengan Dav adalah kakak Alito. Aku malu tapi hati kecil aku bahagia karena yang jelas Dav adalah cowok pertama yang aku suka dalam hidup. Dav adalah cowok yang pertama kali bisa mendidik aku bagaimana rasanya menyukai bahkan mencintai. Semua berawal dari Dav.
Aku menyukai Dav,bahkan Dav juga menyukai aku dengan cara masing -masing. Itulah awal aku masuk ke dunia/ masa puber masa di mana aku mengenal dunia jatuh cinta pertama kali.
Suatu hari saat aku benar-benar mengenal Dav, aku tidak tahu entah mengapa ! Tapi aku sering menghabiskan waktu selama berjam-jam menghayati wajah Dav. Mungkinkah ini yang di katakan cinta pertama.
Semua karakteristik juga senyuman Dav tak bisa aku hindari sejak aku mengenal sosok asli Dav. Aku sadar ia hanya seorang anak yatim piatu yang tidak seberani aku yang memiliki orang tua lengkap dan merasakan kasih sayang yang utuh.
Aku berpikir ingin sekali minta bantuan ke ayah aku agar bisa memberikan aku uang jajan lebih. Mungkin dengan cara itu aku bisa membelikan sesuatu buat Dav khususnya baju atau celana atau sepatu.
Hayalan untuk bantu Dav selalu saja terlintas di benakku sejak hari pertama aku mengenalnya. Dav cowok cakap & ganteng meskipun sederhana dalam soal berpakaian.
Aku terkadang malu sama diri aku ketika aku bertatapan dengan Dav. Bukan hanya malu melainkan aku juga takut karena aku sungguh menyukai Dav. Dav adalah sosok remaja yang menjadi cinta pertamaku. Cinta yang sanggup mendidik aku bagaimana rasanya bertahan demi seseorang meskipun hanya melalui khayalanku.
Hari terus berjalan,di mana kami malu ketika bertemu bahkan bertatap muka tapi rindu ketika saling jauh atau masa liburan.
Waktu terus berjalan,hingga aku sudah agak berani. Hanya saja aku tidak paham bagaimana cara berkomunikasi dengan dengan Dav. Gaya Dav yang selalu terlintas adalah ketika lewat di depan sekolah aku ia hanya berjalan menunduk tapi ketika berdiri dari jarak jauh Dav pasti mengajak teman -temannya untuk mengejek aku.
Saat aku benar-benar sadar bahwa aku tak bisa
Pura -pura marah tapi begitu bahagia dan selalu tersenyum ketika aku melihat wajahnya adalah aku yang bukan wanita pecundang kala itu.
Awal masa puber nama Dav merupakan urutan pertama dalam agenda kehidupan aku. Dav dan Dav itu tidak ada yang bisa menggantikan posisinya dalam hidup aku bahkan mengantikan bayangannya saja pun aku tak anggap.
Selama setahun kami hanya saling merindukan satu sama lain lewat bayangan juga khayalan. Dav bayangan hidupku,ia tak bisa pudar dari ingatanku sejak pertama kali ia mengejek aku dengan kalimat “Mari kita nikah Yuk .”
Pertemuan kami terjadi setiap hari di saat jam sekolah atau misa bagi murid SD setiap hari Jumat. Aku makin hari makin Baper. Suatu hari dengan berjalannya waktu perasaan aku bukan makin berkurang melainkan selalu saja bertambah.
Aku tak paham lagi akan diri aku sendiri sejak Dav hadir dalam dunia aku dunia masa remajaku. Rangkian kata lewat ejekan yang terkadang menghipnotis jantungku sampai hampir tak berfungsi semua demi Dav.
Aku tidak peduli akan latar belakang kehidupan Dav entah anak siapapun itu bukan persoalan. Aku justru sadar jika Dav sanggup membuat aku merubah karakter aku yang manja .
Aku benaran rindu saat tidak melihat Dav seharian tapi selama dia hadir dalam dunia aku hanya setengah hari tidak melihat Dav pun aku akan berjuang berkhayal hingga berjam-jam sampai pagi kembali menyapa aku. Aku sadar mungkin inilah arti cinta pertama.