Pada saat maraknya pemberitaan tentang Pandawara Group dan Pantai Loji di Kecamatan Simpenan, Sukabumi, yang dianggap sebagai salah satu pantai terkotor di Indonesia, penulis sedang menyunting naskah buku berjudul “Social Marketing: Teori dan Praktik di Indonesia” yang ditulis oleh tim dosen Universitas Brawijaya. Menarik sekali! Sangat relate antara pemberitaan yang sedang viral tersebut dengan konten naskah buku yang sedang saya sunting.
Belum lama ini, masyarakat dihebohkan oleh pemberitaan mengenai Pantai Loji di Kecamatan Simpenan, Sukabumi, yang dianggap sebagai salah satu pantai terkotor di Indonesia menurut nominasi yang diberikan oleh Komunitas Lingkungan Pandawara Group. Permasalahan sampah yang mengotori pantai ini menjadi viral dan memicu berbagai tanggapan dari masyarakat, termasuk pemerintahan setempat.
Pada awalnya, upaya Pandawara Group untuk mengangkat permasalahan sampah di Pantai Loji dihadapi dengan penolakan dari sejumlah pihak, termasuk karang taruna dan pemerintah desa setempat. Karang taruna setempat menyuarakan keberatan terhadap tudingan tersebut, menilai bahwa pandangan tersebut tidak mencerminkan kondisi sebenarnya. Salah satu perwakilan karang taruna mengatakan, “Kami sudah melakukan sejumlah aksi kebersihan di pantai ini, namun permasalahan sampah memang kompleks dan membutuhkan solusi yang terintegrasi.”
Tak hanya karang taruna, pemerintah desa setempat juga merespons dengan sikap yang awalnya kurang mendukung. Beberapa anggota pemerintahan desa menanggapi secara emosional, berpendapat bahwa pernyataan Pandawara Group terlalu menggeneralisasi situasi dan kurang mempertimbangkan upaya yang sudah mereka lakukan. Namun, penting untuk diingat bahwa respons ini bukan bermaksud untuk mencoreng upaya masyarakat, tetapi sebagai bagian dari diskusi yang membangun untuk meningkatkan kualitas lingkungan Pantai Loji.
Pemerintah Turun Tangan
Akhirnya, pemerintah pun turun tangan. Dikutip dari travel.detik.com, Pantai Loji yang sempat viral karena disebut salah satu pantai terkotor oleh Pandawara Group akhirnya dibersihkan. Sampah yang diangkut bahkan sampai 100 ton sampah. Upaya pembersihan Pesisir Loji, Kabupaten Sukabumi dari tumpukan sampah terus dilakukan. Selama tiga hari pembersihan telah ada 100 ton sampah yang diangkut dari pesisir pantai tersebut. Gunungan sampah, mayoritas limbah kain terlihat berderet di sepanjang pantai dengan ketinggian dua sampai tiga meter. Benteng-benteng sampah itu menghalangi pandangan langsung ke pesisir pantai. Diketahui aksi bersih pantai ini dilakukan sejak Rabu (4/10/2023).
“Yang terkumpul sendiri kalau sampai hari ini, 100 ton ada. Kita kumpulkan dulu ke pinggir sehingga nanti untuk memudahkan proses pengangkutan ke armada kita, Alhamdulillah hari ini kita mendapat dukungan lagi lima truk dari DLH dengan harapan nanti paling tidak hari ini 45 sampai 50 ton terbuang ke TPA, dan sisanya kita kumpulkan lagi,” kata Komandan Kodim (Dandim) 0622, Letkol Infantri Anjar Ari Wibowo kepada awak media, Jumat (6/10/2023).
“Di hari kedua kemarin memang kita ada kendala terkait armada truk sampah itu ada dua unit yang dikerahkan sehingga membutuhkan waktu, apalagi jarak di sini ke Cimenteng cukup jauh memakan waktu dua jam, kalau pulang pergi empat jam sehingga satu hari hanya efektif dua rit jadi hanya empat kendaraan dihitungnya sehingga kemarin hanya bisa terangkut 15 ton,” jelas Anjar.
Penggunaan alat berat disebut Anjar sangat mendukung aktivitas pengerukan sampah terutama yang mengarah ke pesisir. Pihaknya telah menerima bantuan alat berat untuk mempermudah proses pembersihan.
“Alat berat kita juga didukung, kita bertambah satu escavator ada mitra atau masyarakat setempat di sini yang membantu, jadi saat ini sudah ada enam alat berat, tambahan tractor jadi tujuh
alat berat itu efektif sekali, jadi kami memang membutuhkan jika memang masih ada instansi atau elemen masyarakat yang memiliki alat berat ya kami juga sangat sangat membutuhkan,” beber Anjar.
Anjar menyebut sulitnya membersihkan pesisir Loji, estimasi waktu tidak menjadi jaminan lokasi pesisir bebas dari sampah.
“Nah kalau kita melihat sini dari awal saya sampaikan kita membersihkan sampai ini bukan hal mudah, bukan hanya bisa bilang misalkan empat hari, dua hari atau satu hari, apalagi di sini tidak dikerjakan tapi bisa melihat dan harus berhitung dengan apa yang kita punya, dengan volume sampah yang kita hadapi termasuk beberapa tantangannya tadi saya sampaikan bahwa jarak ke TPA, akses jalan yang terbatas itu butuh perencanaan sehingga kita dari awal sampai tiga hari memang kita lihat hari ini bisa 30 sampai 40 persen sampah bisa teratasi,” beber Anjar.
Terlihat di lokasi personel TNI-Polri, Relawan dan sejumlah pihak terlibat aksi bersih-bersih pantai di hari ke tiga. Selain itu, komunitas Pandawara yang sempat memviralkan lokasi tersebut juga ikut terlibat. Lima pemuda asal Bandung itu terlihat membawa kru berpakaian abu-abu dengan kalung nama terlihat mencolok bertuliskan Pandawara Group.
Pandawara Group dan Kampanye Sosial
Perlu diakui bahwa viralnya permasalahan sampah di Pantai Loji adalah hasil dari kampanye sosial yang berhasil dilakukan oleh Pandawara Group. Mereka mampu “menampar” dan “menggugah” stakeholder pemerintah desa setempat hingga Pemerintah Kabupaten Sukabumi untuk mengakui dan merespons masalah ini. Respons awal yang kontraproduktif dan emosional dari stakeholder pemerintah setempat sebenarnya mencerminkan ketidakmampuan mereka dalam menjalankan tanggung jawabnya terhadap lingkungan. Seharusnya, tanggapan awal yang diambil adalah sikap besar hati untuk mengatasi permasalahan yang diangkat oleh Pandawara Group.
Sebuah kampanye sosial adalah suatu upaya terorganisir untuk mempengaruhi, membimbing, atau mengubah perilaku, opini, atau sikap masyarakat terkait isu tertentu yang memiliki dampak sosial, budaya, atau lingkungan. Kampanye semacam ini bertujuan untuk menciptakan kesadaran, mendidik, atau mendorong tindakan positif terhadap suatu tujuan atau perubahan yang diinginkan dalam masyarakat.
Dalam konteks aksi Pandawara Group terkait permasalahan sampah di Pantai Loji, jika dilihat dari sudut pandang kampanye sosial, mereka telah melakukan berbagai langkah yang mencerminkan aspek kampanye sosial.
Pertama, identifikasi isu sentral. Pandawara Group mengidentifikasi permasalahan sampah di Pantai Loji sebagai isu sentral kampanye sosial mereka. Isu ini memiliki dampak besar terhadap lingkungan dan masyarakat setempat.
Kedua, pencitraan dan pemaparan isu. Pandawara Group menggunakan media sosial dan platform daring untuk menggambarkan dan mempublikasikan permasalahan sampah di Pantai Loji. Mereka menggunakan foto, video, dan cerita untuk memberikan gambaran yang jelas dan memantik perhatian masyarakat.
Ketiga, pembuatan narasi dan pesan kampanye. Mereka mengembangkan narasi dan pesan yang kuat untuk mempengaruhi sikap dan perilaku masyarakat terkait sampah di pantai. Pesan ini ditujukan untuk membangun kesadaran dan memotivasi tindakan.
Keempat, penggunaan hashtag dan media sosial. Pandawara Group memanfaatkan teknologi dan media sosial untuk mempopulerkan kampanye mereka. Mereka menggunakan hashtag dan konten viral yang mendukung pesan kampanye mereka agar lebih mudah tersebar dan mencapai khalayak yang lebih luas.
Kelima, mengajak dan membangun komunitas. Mereka mengajak masyarakat dan pihak lain untuk terlibat aktif dalam kampanye ini, membentuk komunitas yang peduli terhadap masalah sampah di pantai.
Keenam, advokasi dan kolaborasi. Pandawara Group dapat melakukan advokasi kepada pemerintah setempat dan mendesak perubahan kebijakan untuk penanganan sampah yang lebih efektif. Kolaborasi dengan berbagai pihak juga dapat memperkuat pengaruh kampanye mereka.
Ketujuh, monitoring dan evaluasi. Monitoring terus-menerus terhadap respons masyarakat dan dampak kampanye adalah langkah penting untuk menilai keberhasilan kampanye dan melakukan penyesuaian jika diperlukan.
Dalam keseluruhan, tindakan Pandawara Group mencerminkan keberhasilan dalam merancang dan melaksanakan kampanye sosial yang dapat mempengaruhi masyarakat, menggerakkan tindakan, dan menciptakan perubahan positif terkait permasalahan lingkungan.
Komunitas Peduli Lingkungan
Tidak hanya di Indonesia, di berbagai belahan dunia terdapat contoh aksi komunitas lain yang peduli terhadap lingkungan. Mereka tidak menunggu perintah atasan, melainkan secara mandiri memulai perubahan. Misalnya, komunitas di negara-negara maju yang aktif melakukan pembersihan pantai, pengelolaan sampah, dan penanaman pohon. Bahkan, aksi mereka sangat fenomenal dan berdampak besar.
Surfrider Foundation di Amerika Serikat adalah organisasi nirlaba yang berfokus pada pelestarian dan keberlanjutan pantai dan ombak. Mereka terlibat dalam pembersihan pantai secara teratur, mendidik masyarakat tentang pentingnya lingkungan laut, dan mempromosikan kebijakan yang berkelanjutan.
Take 3 for the Sea di Australia adalah gerakan sederhana yang mendorong setiap orang untuk mengambil tiga potong sampah setiap kali mereka berada di pantai atau area air. Gerakan ini telah mendapatkan popularitas global dan menginspirasi ribuan orang untuk melakukan tindakan kecil yang berdampak besar terhadap lingkungan.
Beach Clean Network di Britania Raya merupakan jaringan komunitas yang tersebar di seluruh Britania Raya dan fokus pada pembersihan pantai. Mereka menyelenggarakan aksi bersih-bersih pantai secara teratur dan melibatkan sukarelawan untuk membersihkan sampah di pantai-pantai di seluruh negara.
Greenpeace adalah organisasi lingkungan internasional yang terkenal dengan aksinya yang berfokus pada pelestarian lingkungan. Salah satu contoh aksinya adalah kampanye anti-plastik dan penanaman pohon secara masif di berbagai belahan dunia.
One Tree Planted adalah organisasi nirlaba internasional yang berkomitmen untuk menanam pohon di seluruh dunia. Mereka telah menanam jutaan pohon di berbagai lokasi, membantu mengembalikan hutan yang rusak dan mengurangi dampak perubahan iklim.
Plastic Oceans International adalah organisasi internasional yang memfokuskan pada kesadaran dan edukasi tentang bahaya polusi plastik di lautan. Mereka membuat film dokumenter berjudul “A Plastic Ocean” yang mendidik masyarakat tentang dampak serius plastik terhadap lingkungan laut.
Komunitas-komunitas di atas telah berkontribusi secara signifikan dalam upaya pelestarian lingkungan dan membangun kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjaga kebersihan pantai, mengelola sampah, dan melakukan penanaman pohon untuk menjaga ekosistem bumi.
Semua aksi ini membuktikan bahwa kepedulian terhadap lingkungan tidak terbatas pada satu tempat, melainkan dapat menjadi gerakan global jika setiap individu bersedia berkontribusi.
Think Big, Start Small, Act Now
Aksi Pandawara Group yang hanya terdiri dari lima orang ini patut diapresiasi dan diacungi jempol. Mereka telah menunjukkan inisiatif dan tindakan nyata dalam menghadapi permasalahan lingkungan, meskipun dengan skala kecil. Bukan jumlah orang yang terlibat, melainkan kepedulian dan tekad untuk melakukan perubahan yang benar-benar berarti. Hal ini seharusnya menjadi contoh bagi masyarakat luas bahwa setiap orang memiliki peran dan tanggung jawab dalam menjaga kebersihan lingkungan, dan tindakan kecil pun memiliki dampak besar.
Penting untuk diingat bahwa setiap aksi, sekecil apa pun, memiliki potensi untuk menyebar dan mengilhami orang lain. Aksi kecil dari Pandawara Group telah berhasil menyadarkan masyarakat dan memperoleh dukungan luas. Tindakan mereka merupakan pemicu, menginspirasi orang untuk ikut serta, bertindak, dan menciptakan gerakan yang lebih besar.
Sering kali, perubahan yang signifikan dimulai dari individu atau kelompok kecil yang memiliki visi, tekad, dan kemauan untuk berbuat lebih baik. Pandawara Group adalah contoh konkret bahwa melalui tekad dan tindakan nyata, bahkan kelompok kecil dapat menciptakan dampak besar dan menginspirasi komunitas yang lebih besar untuk melakukan hal yang sama. Kita semua dapat memulai dengan langkah-langkah kecil, dan jika semua orang berkontribusi, perubahan besar dapat terwujud.
Sebagai kesimpulan, kita harus berterima kasih kepada Pandawara Group atas inisiatif mereka dalam mengangkat permasalahan sampah di Pantai Loji. Aksi kecil mereka memiliki dampak besar, dan pesan yang ingin kita sampaikan adalah “Think big, start small, act now.” Mari kita semua berani mengambil inisiatif seperti Pandawara Group untuk menjaga kebersihan dan kelestarian lingkungan, karena perubahan dimulai dari tindakan kita sendiri.