Oleh: Muhammad Sadar*
Desa Harapan merupakan suatu desa yang berada pada wilayah administratif Kecamatan Tanete Riaja-Pemerintah Kabupaten Barru dengan luas 53,10 kilometer persegi. Desa Harapan dihuni penduduk sebanyak 3.682 jiwa yang tersebar pada enam dusun. Areal desa ini memiliki topografi berbasis dataran menengah hingga dataran tinggi pegunungan dengan ketinggian 700-1.000 meter di atas permukaan laut. Kontur wilayah desa berelief datar, landai, berbukit, berlembah, dan bertebing dengan kemiringan lereng antara 8-45% serta berkombinasi padang savana yang terhampar hijau.
Wilayah teritorial Desa Harapan total tanpa laut dan garis pantai yang berefek terhadap mata pencaharian penduduk adalah mengelola sumber daya lahan untuk budidaya tanaman pertanian. Dinamika iklim meliputi rejim suhu antara 20-30 derajat celcius, curah hujan tahunan 2.556-5.112 mm dengan sebaran 6 bulan basah, 4 bulan lembab, dan 2 bulan kering. Kondusivitas iklim Desa Harapan kerap kali dipengaruhi oleh zona musim sektor timur, utamanya afiliasi curah hujan dari tapal batas Kabupaten Soppeng yang terus terjadi meskipun di daerah lain sudah mengalami fase kering. Pada keadaan kelembaban udara stabil dan diimbangi dengan masa kering yang terjaga, membuat perkembangan komoditas pertanian di Desa Harapan tetap berlangsung sepanjang waktu.
Komoditas pertanian yang paling umum dikelola masyarakat petani pekebun dan peternak adalah yang bermodel diversifikasi tanaman perkebunan seperti kopi, kakao, dan cengkeh yang terkadang di-mix croping bersama tanaman subsektor hortikultura serta subsektor peternakan yang menjadi bagian tumpuan kehidupan. Dari sisi subsektor tanaman pangan dan palawija meliputi budidaya padi, kacang tanah, dan jagung.
Pada masa lampau, orang Indian di Amerika Latin mengenal jagung sebagai keturunan tanaman liar dan disematkan sebagai teosinte. Dalam ilmu taksonomi tumbuhan, dalam bahasa latin diklasifikasikan sebagai Zea mays. Sebutan jagung yang familiar bagi masyarakat dunia adalah corn. Sementara itu, jagung di dalam masyarakat lokal Desa Harapan disebut sebagai arelle atau barelle.
Usaha tani jagung telah berlangsung sekian lama di Desa Harapan dengan luas tanam mencapai 400 hektare setiap tahun yang dikelola oleh 12 unit kelompok tani. Dengan ketersediaan lahan yang memadai disertai dukungan ekologi tumbuh yang sesuai dan SDM petani yang menguasai teknologi budidaya jagung disamping tentunya penguasaan pasar jagung yang luas, apalagi ditunjang dengan produktivitas mencapai 7,5-8 ton per hektare pipilan basah, maka jagung demikian berkembang pesat.
Sumber utama penumbuhan jagung di Desa Harapan dilakukan pada lahan kering. Luas lahan kering mencapai 350 hektare sedangkan luas baku sawah 589 hektare. Namun, pengembangan jagung lebih luas dilakukan pada lahan kering dibandingkan pada lahan sawah dengan proporsi 62,5% dan 37,5%. Oleh karenanya, konsep pengembangan jagung Desa Harapan dikenal dengan slogan “Jagung LBH”, singkatan dari Lembah dan Bukit Harapan.
Strategi pengembangan jagung di LBH dilakukan pada musim tanam rendengan Oktober-Maret atau periode musim gadu April-September. Artinya, waktu tanam diterapkan di lahan kering, bukan di sawah ketika musim hujan mulai turun antara bulan Oktober-Desember dan waktu panen jatuh pada bulan Januari-Pebruari dan Juli-Agustus. Pemanfaatan lahan demikian relatif tinggi dengan pola indeks pertanaman jagung 1-3 kali dalam setahun.
Pola pengembangan ini menganut metode off season, yaitu ketika sentra produksi jagung tidak melakukan proses tanam di lahan reguler-sawah, maka usahatani jagung di lahan kering bisa mengatasi defisit pasokan jagung yang umumnya terjadi pada musim kemarau. Kualitas jagung yang dihasilkan pada musim kemarau tergolong tinggi karena faktor kadar air sudah berkurang. Petani jagung musim kemarau akan memperoleh pendapatan yang lebih baik karena harga relatif tinggi.
Adaptasi jagung yang demikian responsif terhadap lingkungan tumbuh dan berbagai perlakuan petani meliputi tindakan intensifikasi pemupukan dan perlindungan tanaman, memaksimalkan populasi tanaman melalui pengaturan jarak tanam, serta penggunaan alsintan panen yang bisa menekan losses. Sikap petani yang paling penting adalah kemampuan secara mandiri dalam penyediaan bahan tanam, yaitu penggunaan benih unggul bermutu dari korporasi sarana produksi maupun benih sumber dari bantuan pemerintah.
Sejalan dengan program ketahanan pangan nasional, utamanya pada kegiatan UPSUS Tanaman Pangan, maka pada hari Selasa,19 Maret 2024 dilakukan gerakan akselerasi tanam jagung di Desa Harapan bersama jajaran Komando Distrik Militer-Kodim 1405 Parepare dipimpin oleh Dandim Letkol Inf.Hastiar Hatta, Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Barru Ir. Ahmad, M.M., Dan Ramil 1405-08 Tanete Riaja/Pujananting, Camat Tanete Riaja, Kapolsek Tanete Riaja, Kepala Desa Harapan, jajaran petugas lapang antara lain BPP, PPL, PBT, Babinsa, dan para kelompok tani pelaksana jagung.
Pelaksanaan tanam jagung bersama di Desa Harapan pada musim tanam pertama tahun 2024 di lahan kering dengan sasaran tanam seluas 165 hektare. Kegiatan tanam jagung ini merupakan representasi dari target tanam jagung dalam program akselerasi seluas 857 hektare di Kabupaten Barru dengan jumlah penerima manfaat sebanyak 56 unit kelompok tani pelaksana yang tersebar dalam 15 desa/kelurahan.
Benih sumber berasal dari bantuan pemerintah pusat sebanyak 12,8 ton.
Tujuan kegiatan percepatan tanam jagung tahun 2024 sebagaimana disampaikan oleh Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Barru yang didampingi oleh Bapak Dandim 1405 Parepare pada acara seremonial tanam jagung bersama, yaitu untuk mewujudkan ketahanan pangan nasional, terlebih lagi tentunya untuk meningkatkan kesejahteraan petani jagung di Kabupaten Barru. Dalam arahan lain beliau berharap, “Sekiranya petani bersungguh-sungguh dalam memelihara dan menjaga tanamannya sehingga kita bisa kembali panen bersama empat bulan ke depan.”
Sebagai gambaran, kinerja jagung Kabupaten Barru dalam angka tetap BPS tahun 2022 luas tanam total mencapai 1.278 hektare. Produktivitas pipilan kering yang dicapai sebesar 49,82 kwintal/hektare.
Total produksi sebanyak 6.053 ton yang dihasilkan dari areal panen seluas 1.215 hektare.
Kondisi existing, standing crop, dan aktivitas panen jagung petani saat ini tengah mengalami anomali harga setelah petani menikmati harga kompetitif di atas Rp8.000/kilogram, kini pasaran jagung menyisakan harga antara Rp3.000-4.000/kilogram pipilan basah. Semua daerah sentra pengembangan jagung sedang melakukan panen dalam waktu bersamaan. Kondisi ini sebagai bagian dari berlakunya hukum ekonomi di mana persediaan barang/produk melimpah menyebabkan penawaran harga barang akan anjlok.
Langkah antisipatif yang bisa dilakukan petani adalah dengan menjalankan SOP pengamanan barang di tingkat gudang. Jagung pipilan kering yang dihasilkan dengan kadar air 14% dikarungkan, di-stuffle menggunakan alas tahan kelembapan, difumigasi, lalu divakum/tutup rapat menggunakan terpal.
Pengamanan komoditas jagung tersebut bisa bertahan beberapa bulan ke depan dan transaksinya bisa dilakukan setelah harga kembali normal apabila semua wilayah jagung telah memutus siklus panen.
Namun demikian, keuletan dan kegigihan petani patut dihargai sebagai aktor dan pejuang pangan yang sanggup tanpa henti dalam berusaha tani jagung setiap musim, bahkan memanfaatkan penggunaan sumber daya hingga peningkatan indeks pertanaman jagung di lahan kering.
Lahan kering yang tersedia di Lembah dan Bukit Harapan sangat memberi harapan kepada para segenap pelaku pertanian dalam mensukseskan akselerasi jagung yang dikawal bersama TNI di daerah. Upaya ini akan memberi motivasi sebagai bentuk dukungan dalam memacu percepatan tanam komoditi strategis untuk mewujudkan ketahanan pangan nasional.
Lembah dan Bukit Harapan,19 Maret 2024
*Penguji Perbenihan/Perbibitan TPHBun Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Barru, warga Bengkel Narasi Indonesia, Jakarta.