Semua perempuan mungkin pernah merasakan minder dan kurang percaya diri dengan statusnya yang hanya sebagai ibu rumah tangga biasa. Apalagi yang pernah mengenyam pendidikan tinggi, tidak lepas dari pandangan masyarakat. Terkadang ada juga orang yang mengganggap aneh apabila ada seorang perempuan yang bercita-cita menjadi seorang ibu rumah tangga padahal memiliki latar belakang pendidikan yang mentereng.

Apalagi saya yang seorang ibu rumah tangga biasa dengan latar belakang pendidikan sampai tingkat SMA, sering sekali merasakan hal itu. Ketika mendengar kabar para sahabat begitu bahagia dan sumringah dengan jabatan baru di perusahaan tempatnya bekerja. Karier dan usahanya kian cemerlang saja, membuat hati saya terkadang merasa tidak percaya diri.

Saya seperti tak punya arti dan tidak ada apa-apanya dibanding mereka. Sebab setiap hari kegiatan yang saya lakukan hanya berkutat dengan tumpukan pakaian dan piring kotor yang tiada habisnya.

Tumpukan pakaian kotor yang memenuhi keranjang. Piring kotor yang memenuhi dapur, ibarat lukisan tanpa judul yang berganti setiap harinya. Mainan anak-anak yang berserakan dari teras depan sampai belakang. Baru beberapa menit dibereskan kemudian berantakan lagi memenuhi setiap sudut ruangan. Ceceran dan tumpahan makanan dan minuman yang menghiasi lantai bak warna pelangi yang tak beraturan adalah rutinitas kerjaan yang tidak pernah ada cutinya.

Setiap melihat mereka di media sosial, sering juga saya merasa iri. Sederet kegiatan liburan mereka memenuhi laman media sosial. Berlibur ke berbagai tempat membawa semua anggota keluarga mereka. Sedangkan saya? Saya bahkan tidak ada waktu untuk sekadar jalan-jalan dengan teman-teman. Perjalanan istimewa saya hanyalah mengantar anak-anak berangkat ke sekolah.

Entahlah, banyak hal yang kadang sulit dijabarkan untuk mengambil waktu sehari saja demi melepas penatnya rutinitas sehari-hari yang seolah tiada habisnya. Saya tenangkan hati ,tarik napas dalam-dalam, kemudian hembuskan pelan-pelan. Ternyata saya lupa dengan niat awal yang sudah saya tata sedemikian rupa.

Bukankah mencuci, memasak, beberes rumah, dan seabreg kegiatan rumah tangga lainnya adalah ibadah? Memastikan stok pakaian bersih yang setiap hari digunakan untuk beribadah bukanlah sebuah rutinitas yang tak berarti. Bukankah mengenakan pakaian bersih adalah salah satu rukun salat?

Bayangkan saja dalam sehari kita salat sebanyak lima kali, terus dikali hitungan minggu, hitungan bulan, kemudian hitungan tahun. Berapa pahala yang akan kita dapat dari rutinitas cuci-mencuci ini?

Bukankah menjadi madrasatul ula adalah tugas yang mulia? Dibutuhkan ilmu dan berbagai macam stategi. Pun dalam mengurus dan mendidik anak. Setiap anak memiliki karakter yang berbeda-beda sehingga dibutuhkan kesabaran dan ketrampilan yang luas.

Mengukur segala kemewahan yang kita punya dengan nilai-nilai yang berlaku di dunia ibarat sebuah investasi yang insyaallah tidak akan pernah mengalami kata rugi. Jika semuanya dilakukan dengan ikhlas, semata-mata demi meraih rida Allah Ta’ala, insya Allah kita adalah penuntut ilmu dengan sebaik-baik gelar ketika seluruh manusia berkumpul di padang Mahsyar.

Duhai perempuan yang bergelar ibu rumah tangga, profesimu itu mulia, sungguh amat mulia. []

(Visited 16 times, 1 visits today)
Avatar photo

By Sarmini

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.