Pagi yang cerah di hari selasa, 6 agustus 2024, secercah mentari di ufuk timur menampakkan wajahnya ke bagian Timur Lorosa’e, membawa secercah senyuman pada sang guru yang baru balik dari tugas luar, selama kurun waktu dasawarsa lebih, penantian yang mereka tunggu-tunggu akhirnya datang juga, membawa kabar gembira pada teman-teman lama yang merindukan kehadirannya di Escola Secundária Geral Nino Conis Santana (ESG NCS) Lospalos atau “SMA Negeri Lospalos”.
Rasa senang dan senyuman menyelimuti wajah mereka dalam penyambutan kedatangan sang guru ke pangkuan mereka, agar kembali bergabung dengan mereka untuk membagi aneka talenta yang ia miliki pada anak didik di ESG NCS tersebut, serta meringankan beban para teman-teman guru lainnya, dalam mengembang tugasnya sehari-hari sebagai seorang motivator pembawa berjuta ilmu pada sang generasi muda yang haus akan ilmu pengetahuan di bangku sekolah tersebut.
Sentiment bahagia ini menghangatkan suasana penyambutan sang guru yang kini kembali hadir di antara mereka membawa kesan tersendiri, dimana akan mengharumkan nama ESG NCS Lospalos di Munisipiu Lautém khususnya, dalam event-event nasional yang diselenggarakan di munisipiu tersebut. Berbagai tawaran pun datang menghampirinya, untuk mengajar bidang-bidang tertentu yang dikuasai oleh sang guru, seperti materi fisika, bahasa portugis, teknologia multimedia, geologia. Tapi akhirnya sang guru hanya mendapat satu materi spesifik, yakni bahasa portugis yang lagi kekurangan tenaga pengajar, sedangkan materi yang lainnya sudah diamanatkan oleh teman-temannya.
Akhirnya sang guru pun menerimannya untuk mempersiapkan diri untuk masuk kelas yang ditunjukkan padanya, karena sudah dua tahun otaknya sudah tumpul sehingga perlu diasah kembali supaya tajam dan dapat membabat lagi aneka ilmu yang ia miliki. Dimana pada awalnya ia menerima materi bahasa portugis untuk kelas III, jurusan IPS, dan hari berikutnya masuk kelas untuk memperkenalkan diri pada anak didik, begitu pula anak didik juga memperkenalkan diri mereka dalam bahasa portugis.
Tapi apa yang terjadi? Sang guru berpikir bahwa mungkin bahasa portugis anak didik sudah di lewel atas, namun di saat perkenalan, ada anak didik yang masih belum fasih dalam berbahasa portugis sehingga ia salah sebut dalam memperkenalkan diri, yang seharusnya menyebut namanya, malah ia menyebut lagi nama orang lain. Dimana ada kata kerja portugis yang menunjukkan identitas dirinya ia tidak menyebutnya malahan ia menyebut lagi kata kerja untuk orang lain, sehingga teman-teman sekelas menertawakannya.
Pada hari berikutnya sang guru bergeser tugas untuk mengajar lagi bahasa portugis di kelas II dan I jurusan IPA. Pada saat pekenalan sang gurupun mengetes anak didik, dan mereka ini rata-rata semuanya sudah bisa berbahasa portugis sehingga bagi mereka tidak ada masalah. Akhirnya sang guru pun memperkenalkan diri dalam bahasa portugis dengan lugas pada mereka, sehingga mereka senang mendengar dan menerimanya agar sang guru dapat mengajari mereka dengan bahasa portugis. Sang gurupun memberi peraturan bahwa, ketika pelajaran bahasa portugis mereka diwajibkan untuk berbahasa portugis di kelas. Akhirnya sang gurupun memulai pelajarannya dengan mengajar portugis di kelas itu dengan leluasa, memberikan bacaan portugis untuk mereka membacanya, menjelaskan maksud dari wacana tersebut agar mereka mengerti dan memberi tugas pada mereka.
Semoga sang guru selalu berkenang di hati mereka dalam menyampaikan ilmu yang ia miliki, terlebih bahasa portugis, yang telah dilegalkan oleh UUD Timor Leste (Konstituisaun RDTL, artigu 13) sebagai bahasa resmi, di lembaga pemerintahan dan diajarkan di sekolah-sekolah, namun kurangnya pergaulan berbahasa portugis di lingkungan sekolah akhirnya banyak yang belum fasih dalam berbahasa portuguis. Semoga kehadiran sang guru dapat membawa secercah harapan bagi anak didik, maupun teman-teman guru lainnya dalam berbahasa portugis di lingkungan sekolah.
Edisi NCS, 8 agustus 2024