Tutup peluang korupsi serapat-rapatnya dan pastikan agar setiap lembaga bersih dari pencucian uang. Mari berantas korupsi hingga ke akar-akarnya!
30.05.2024
Perilaku Konsumtif Bukan Ciri Pribadi Berintegritas
EMERO ergo sum. Aku membeli, maka aku ada.
Begitu kira-kira untuk menggambarkan praktik konsumsi masyarakat perkotaan sekarang. Ungkapan ini meniru kutipan terkenal yang dicetuskan Rene Descartes, filsuf Perancis, yang terkenal dengan kutipannya, cogito ergo sum—aku berpikir, maka aku ada. Tren praktik konsumsi atau membeli di era digital saat ini, cenderung demi kebutuhan eksistensi, membentuk identitas sosial di ruang maya. Terlebih, cara belanja juga semakin dipermudah, pembayaran kian cepat.
Pertumbuhan media sosial, lebih-lebih TikTok, sebagai aplikasi terpopuler saat ini di kalangan muda, tak bisa dipisahkan dengan tren konsumsi. Ditambah pengaruh dari review-review produk oleh para influencer medsos. Gaya hidup medsos atau e-lifestyle mendorong para penggunanya bersifat lebih impulsif dalam praktik konsumsi. Ini seperti ciri-ciri umum perilaku konsumtif yang dikatakan teori Erich Fromm, yaitu pembelian impulsif, pembelian irrasional, dan pembelian untuk pemborosan. E-lifestyle pada akhirnya memberikan efek luar biasa yaitu hiperrealitas; antara dunia nyata dan dunia maya tidak bisa dibedakan lagi.
Apa yang mempengaruhi konsumtif?
Perilaku konsumtif, dikutip dari buku Gen-Y Style (2023), merupakan aksi membeli benda atau jasa untuk memenuhi hasrat kemauan berlebihan tanpa mencermati kebutuhannya, sehingga memunculkan pemborosan serta inefisiensi pengeluaran. Gaya hidup merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi seseorang berperilaku konsumtif. Mereka cenderung mudah terbujuk rayuan iklan dan diskon-diskon marketplace, rekomendasi teman, atau tren yang sedang terjadi agar tidak dianggap ketinggalan zaman. “Gaya hidup banyak dipengaruhi oleh cara pandang kehidupan seseorang baik terhadap pedoman hidup, tujuan hidup, dasar hidup, kawan, dan lawan hidup,” kata Edi Warsidi dalam bukunya Perilaku Konsumtif Merusakkan Karakter Bangsa (2010).Selain itu, kata dia, gaya hidup juga dipengaruhi oleh kemajuan infrastruktur dan fasilitas modern yang dimiliki. Kini cukup modal ponsel pintar, barang yang diinginkan pun mudah dipesan. Sementara, teknologi payment juga telah berubah drastis dari tunai kini beralih ke uang elektronik, seperti QRIS, OVO, GoPay, DANA, PayPal, dan lain-lain.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumtif, antara lain:
- Ingin tampak beda dengan orang lain
- Gengsi demi menjaga penampilan diri
- Ikutan-ikutan. Istilah yang ramai sekarang FoMo atau fear of missing out (rasa takut tertinggal), sehingga seseorang mengonsumsi sesuatu karena ikutan-ikutan takut ketinggalan cerita dari orang lain.
- Tergiur hadiah
- Kemasan menarik atau lucu
- Pertimbangan harga. Barang mewah dianggap menambah kepercayaan diri.
- Menjaga status sosial
- Pengaruh model iklan, dan lain-lain.
Dampak konsumtif
Seperti penjelasan yang sudah dituliskan di atas, gaya hidup konsumtif dapat menimbulkan beberapa dampak. Yaitu, menyebabkan masalah finansial, di mana orang yang memiliki gaya hidup konsumtif seringkali berpikiran tidak rasional. Mereka akan menghabiskan uangnya untuk membeli barang tanpa memikirkan kegunaan barang tersebut. Tidak mengherankan kalau mereka akan merasa kesulitan keuangan. Selanjutnya, menyebabkan stres dan beban pikiran yang disebabkan karena masalah keuangan. Terkadang, kondisi ini bisa diperparah dengan beban dan tekanan dari masyarakat yang menuntutnya untuk memiliki barang-barang tertentu. Inilah yang akhirnya membuat mereka melakukan, pemborosan, tidak hanya dalam bentuk uang tapi juga energi, bahan bakar, dan lain sebagainya. Kondisi ini biasanya dilakukan hanya untuk memenuhi keinginan semata bukan untuk kebutuhan hidupnya.
Tips atasi konsumtif
Agar terhindar dari gaya hidup konsumtif, maka yang harus dilakukan adalah membedakan kebutuhan dan keinginan. Sebaiknya tanyakan pada diri sendiri, apakah membutuhkan hal tersebut atau hanya keinginan semata. Selanjutnya, buat anggaran bulanan dengan menghitung total pendapatan dan pengeluaran, menentukan batas anggaran, dan membuat daftar kebutuhan dan keinginan. Tidak hanya itu, jangan terlalu mengikuti tren karena dapat memicu untuk membeli maupun menginginkan barang-barang yang sedang tren tersebut. Alhasil, menyebabkan pemborosan yang bisa merugikan finansial.
Selain itu, berhenti membandingkan diri sendiri dengan orang lain. Cobalah untuk memulai mengenali diri sendiri dan fokus pada hal-hal yang penting seperti kesehatan, kebahagiaan, dan keluarga. Yang paling penting adalah selalu menerapkan nilai-nilai integritas dan prinsip antikorupsi di dalam diri, salah satunya ialah hidup sederhana.
KPK mengenalkan nilai-nilai integritas ini dengan “Jumat Bersepeda KK” (jujur, mandiri, tanggung jawab, berani, sederhana, peduli, disiplin, adil, dan kerja keras). Dengan memiliki integritas, maka akan menjauhkan #KawanAksi dari perilaku-perilaku kurang baik seperti suka menjalani gaya hidup konsumtif.
Korupsi terjadi bukan karena tingginya godaan, melainkan karena lemahnya prinsip kejujuran.
30.05.2024
aclc@kpk.go.id
Copyright Pusat Edukasi Antikorupsi © 2022
Diberdayakan :
Dr.Sudirman,S.Pd.,M.Si.
(Dosen PAK)
Sangat bagus untuk generasi masa depan.
Terima kasih pak
Terima Kasih Pak
Mengapa yang mengalami korupsi itu rata rata yang berpendidikan tinggi ?