Sejarah perjuangan bukan saja baru bermula dariku sebagai seorang wanita penggiat literasi di tanah airku Timor-Leste negara yang aku cintai melebihi karier juga gaji ayahku. Namun perjuangan sudah bermula sejak awal seorang anak pribumi berpikir kritis untuk menolak penindasan dan diskriminasi dari setiap kaum kolonialisme terdahulu.

Ketika aku dicaci maki oleh jutaan orang saat aku sedang dalam tahap awal aku selalu bersyukur kepada Ir. J. Haryadi karena ia menguatkanku melewati batasan laut dari via internet layaknya sosok seorang guru, motivator juga ayah. Dev kamu jangan sedih, jangan takut, jika kamu berniat baik untuk melalukan sesuatu buat negaramu juga generasimu.

Aku masih sempat berpikir bahwa aku akan memulai dengan apa sedangkan aku sendiri tiap hari makan nasi kering karena sedang dililiti oleh jebakan hutang yang dilakukan demi orang lain membawa nama tanah air ini. Ia selalu ada buat aku, yakni Motivatorku, guruku juga penganti sosok ayahku. Pesannya, Dev melakukan sesuatu untuk negaramu yang kamu cintai jangan pentingkan duluan gaji nak, ujarnya. Sosok ayahku kata-kata sederhana tapi bagiku niilainya melebihi berlian.

Waktu aku dicaci maki, aku justru baru benar-benar menemukan jati diriku yang sesungguhnya serta menyadari bahwa aku harus jadi penulis di negaraku tercinta. Tak peduli sampai apapun taruhannya termasuk nyawa dan kehormatan sekaliapun.

Lahirlah ajakan hati dengan kata, ah Dev kamu baru dicaci maki sedangkan jutaan jiwa saja berani mempertaruhkan nyawanya demi negara ini, mengapa cacian saja kamu patah semangat. Aku harus bisa, tanyaku dalam hati kecilku.

Tiba-tiba ada seorang dari salah satu individu di muka bumi bekerja sebagai anggota DPR atau Deputado yang chat denganku, Dev semangat ya teruslah berkarya. Mau menangis atau mau tersenyum aku lupa semuanya karena benar-benar stress pada cacian dan makian yang dilontarkan ke aku. Aku lalu berkata ya benar kakak. Lalu ia berkata lagi melalui chat masih ada ribuan jalan menuju Roma, jadi semangat.

Aku pun akhirnya sadar dan menjawabnya, kenapa harus Roma sedangkan Timor-Leste saja terbentuk menjadi sebuah negara butuh perjuangan para kaum pejuang hingga ratusan tahun kakak. Benar juga Dev maka kakak ingin kamu bangkit dan jadikan cacian itu sebagai suatu motivasi untuk terus berkarya ujarnya. Terima kasih, jawabku.

Dari nasehat-nasehat itu aku akhirnya mendapat fasilitas tempat di PBI untuk mengembangkan serta membudayakan kultur literasi bagi generasi muda di Timor-Leste.

Aku tidak menyangka saja tanpa uang besar aku mampu memperluas kegiatan penggiatan literasi hingga ke beberapa asrama yatim piatu, karena aku pikir jika para suster sudah mampu merawat anak-anak itu mengapa aku tidak bisa berkontribusi kepada mereka. Sedangkan anak-anak yatim itu juga memiliki masa depan yang sama seperti generasi lain, yang memiliki ayah dan ibu. Jadi jika bukan dari kita di hari ini siapa lagi dan kapan lagi?

Pada akhirnya tanpa kenal lelah aku berjalan mengikuti kata hati dan menjadi trainer bagi generasi aku selama lima tahun meskipun hanya fasilitas tempat yang aku peroleh dari pihak KBRI.

Gaji bukan ukuran/jaminan bagi seorang genarasi muda untuk berkontribusi bagi sesama maupun negaranya karena aku berpikir sebagai generasi penerus aku tidak harus terus bertanya pada pemerintah untuk menciptakan lapangan pekerjaan namun, aku berpikir apa yang mampu aku lakukan layaknya generasi bangsa ini sebagai kontribusiku secara pribadi untuk negaraku tercinta Timor-Leste.

Nasehat-nasehat sederhana tapi begitu bernilai buatku sebagai penggiat / Trainer lieterasi selama lima tahun. Waktu terus berjalan, tanpa uang satu cent pun, aku berani melanjutkan visi dan misiku hingga lima tahun.

Di ulang tahun KPKers yang ke lima selama mengajari para praktisi literasi pada generasiku di gedung Pusat Budaya Indonesia aku justru merasa banyak kesulitan pada setiap fase tapi tetap semangat karena selain adanya kursus pihak PBI juga menfasilitasi member KPKers untuk mengikuti beberapa penulis betseller melalui kegiatan seminar via virtual.

Dengan Demikian tentu rasa terima kasih luar biasa yang aku berikan kepada pihan Pusat Budaya Indonesia, KBRI serta pemerintahku juga negaraku Timor-Leste karena berkat kerjasama secara bilateral antara dua negara ini, KPKers Timor-Leste bisa dapat fasilitas tempat di pusat Budaya Indonesia selama ini.

Pada akhirnya acara penerimaan sertifikat Literasi yang jatuh lada tanggal 07/06/2024 merupakan sejarah terbaik, sejarah terunik pada semua hadirin ketika tetesan air mata seorang Prof.Dr.Phil.Ikfan Haris Ms.C saat berpidato melihat perjuanganku agar anak-anak negeri ini bisa mendapat akses pendidikan extra yang sama, agar kelak membangun negara ini secara bersama yang sering aku ungkapkan, meskipun aku sendiri sebenarnya bagian dari mereka berjalan di bawah panasnya terik matahari tanpa kenal lelah dengan tujuan untuk membudayakan kultur literasi pada generasi muda di Timor-Leste.

Salut dan ucapan rasa terima kasihku kepada anda Bapak Atase pendidikan KBRI Dili Timor-Leste yakni Bapak Prof. Dr. Phil. Ikfan Haris Ms. C. Layaknya guru, motivator juga sosok seorang ayah aku hanya bisa menitipkan ucapan rasa terima kasih kepada Bapak Ir. Jumari Haryadi sebagai pendiri KPKers pusat di Indonesia, meskipun hanya melalui via internet namun Dev mau ungkapkan bahwa anda adalah sosok yang luar biasa bagiku juga, begitu pula tetesan air mata Prof. Dr. Phil Ikfan Haris M.Sc, yang akan terus abadi di hati Dev juga anak-anak KPKers Timor-Leste.

Aku sadar dari tangga mana aku berimajinasi dan dari tangga mana aku bangkit hingga kini tulisan-tulisanku kini di baca banyak orang di kawasan ASEAN. Saat aku berkata bahwa terima kasih semoga di setiap perjalananku ke depan aku selalu ingat dari tangga mana aku mampu bangkit, pada akhirnya jadi diriku di hari ini karena aku takut, aku lupa pada tanggal awal dan nantinya bisa jatuh untuk selamanya karena itu syukur dan ucapan terima kasih kepada kedua sosok yang aku kenal ini yakni
Ir. Jumari Haryadi dan Prof. Dr. Phil. Ikfan Haris M.Sc.

Doakan aku agar tetap melebarkan sayapku dengan bidang literasi dasar demi mengarahkan generasi mudaku agar mampu menulis, membaca, bebicara, menghitung serta memahami setiap persoalan melalui berbagai informasi yang dibacanya demi pembangunan Timor-Leste kini dan di masa depan nanti.

By Bu Dev’25

(Visited 28 times, 1 visits today)
Avatar photo

By Devinarti Seixas

Penulis dan Pendiri KPKers Timor Leste, dengan mottonya: "Kebijaksanaan bukan untuk mencari kehidupan melainkan untuk memberi kehidupan dan menghidupkan". Telah menyumbangkan lebih dari 100 tulisan berupa; berita, cerpen, novel, puisi dan artikel ke BN sejak 2021 hingga sekarang.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.