Hidup kita di dunia kedua ini, hanya sementara saja, menuju dunia ketiga, yang belum tahu kepastiannya, karena dia datang bagaikan pencuri. Di dunia petama kita dirawat oleh ibunda kita selama Sembilan bulan, lalu kita dibesarkan dan beradaptasi dengan dunia kedua kita yang penuh dengan tantangan, rintangan dan cobaan, menuju ke dunia ketiga, dunia kebadian kita.
Kebanyakan orang dari berbagai ras, suku, agama dan budaya, yang hanya mengadalkan kepentingan individual dan organisasinya ketimbang mempersiapkan diri dengan berinteraksi dengan sang empunya kehidupan, yang datang mencabut nyawa kita tanpa kita sadari, kapan, dimana, dan bagaimana kita belum tahu?
Di gereja Katolik sendiri sudah menjadi tradisi setiap tahunnya merayakan hari raya arwah (Finadu) di Timor Leste dan di seluruh dunia. Dua hari yang amat penting dalam tradisi umat Katolik di awal bulan November yakni; Hari Raya Orang Kudus dan Hari Raya Arwah.
Hari Raya Orang Kudus
Hari raya ini didedikasikan khususnya bagi orang-orang kudus, yang selama masa hidupnya di dunia, telah mengikuti ajaran dan titah Tuhan Yesus Kristus, sehingga saat ini mereka sudah menikmati kebahagiaan surgawi bersama Tuhan di Taman Firdaus (surga).
Perbuatan atau akhlak mereka (para orang kudus) bukan sesuatu yang sangat sulit dilakukan, melaikan hanya perbuatan sederhana, sebagaimana kita lakukan setiap hari dalam kehidupan kita di dunia ini, sebagai orang berpendidikan maupun tak berpendidikan, beretika dan bermoral, dalam keluarga, tempat kerja dan masyarakat kita. Sebagai contoh: ketika kita mau masuk ke rumah orang, kita harus mengetuk pintu terlebih dahulu, lalu kita menyalami tuan rumah, hal ini merupakan suatu perbuatan sederhana kekudusan di dunia ini.
Menurut Kitab Suci Katolik bahwa, mereka ini telah memeteraikan iman mereka pada Kristus dengan mengikuti ajarannya, sengsara dan wafat bersama Kristus, telah membasuh jiwa mereka dengan darah anak domba Allah, yang kita sebut sebagai Orang Kudus, kini mereka telah menikmati kebahagiaan surgawi bersama Allah Bapa.

Hari Raya Arwah
Hari raya ini didedikasikan khusus untuk menghormati para arwah saudara-saudari kita yang telah mendahului kita ke dunia ketiga, dunia keabadian. Hari raya ini telah lama dilaksanakan oleh para leluhur Kristen Katolik sejak abad ke-dua dan ke-tiga (tahun 300-400 SM). Tradisi ini sudah menjadi turun-temurun hingga kini. Di Italia Roma mereka mengubur jasad orang mati di bawah tanah yang disebut katakomba (kuburan bawah tanah), dimana mereka menggali lobang layaknya sebuah kulkas, ketika orang meninggal tinggal memasukannya, dan pada hariha di awal bulan November mereka merayakan pesta di sana, karena menurut kepercayaan mereka bahwa kematian bukan akhir dari segalanya, melainkan memasuki kehidupan baru di dunia ketiga.
Ada dua tempat disana, yaitu kuburan orang kristen katolik dan kuburan orang kafir/animisme. Kuburan orang-orang Kristen mereka menyebutnya sebagai semiterium (latin) yang berarti tidur, karena menganggap orang mati layaknya tidur, sambil menunggu kebangkitan bersama Kristus pada suatu hari nanti, seperti kita berdoa dalam Kredo bahwa, para orang mati akan hidup, memasuki kehidupan baru yang akan datang. Sedangkan kuburan orang kafir/animisme disebut sebagai necropolis (necro=mati, polis=kota) yang berarti kota orang mati.
Selebrasi hari raya para arwah ini dilakukan di berbagai negara dengan kultur mereka masing-masing seperti, di Mexico, hari raya arwah mereka mengadakan pesta besar yang meriah, karena menurut keyakinan mereka bahwa, berkabung dengan orang mati merupakan suatu hujatan, sehingga harus bergembira ria; rata-rata di Amerika Latin semuanya sama, yakni mendirikan mesbah kecil di rumah masing-masing untuk mengenang arwah sanak saudara mereka. Di Filipina sejak tanggal 1 november sudah bermalam di kuburan. Di Hungaria mereka juga melakukannya seperti kita orang Timor yang menaruh makanan, minuman di atas kuburan sanak saudara mereka, untuk mengenangnya kembali. Jadi hal ini sudah menjadi tradisi Kristen katolik secara global.
Hal ini juga mengingatkan kita tentang iman kekristenan kita bahwa, kematian bukan akhir dari segalanya, diantara kita yang masih hidup dengan saudara-saudara kita di dunia ketiga masih ada konektivitas. Hal ini yang disebut sebagai persatuan orang kudus yang kita sebut sebagai; gereja militante (dunia kita), gereja penitente/purgante (dunia para arwah), dan gereja triunfante (dunia orang kudus/surga).
Inti konektivitas ini bukan hanya berpesta pora di hari raya arwah ini, yang sudah menjadi tradisi kita, tetapi intinya kita harus mendoakan mereka di gereja purgante (api penyucian), karena mereka sangat membutuhkan doa-doa kita, guna menghapus dosa-dosa mereka disana, layaknya para tahanan yang mendapat remisi dari presiden pada hari raya kemerdekaan suatu negara, untuk mengurangi masa tahanan mereka.
Di gereja Katolik ada tradisi khusus, didedikasikan oktaf day (delapan hari) untuk mengenang dan mendoakan para arwah supaya mereka dapat keselamatan disana, dengan tips berikut ini: “di semiteri kita berdoa 1 bapa kami, 1 salam maria, 1 kemuliaan, dailhe senhor, sering mengikuti misa kudus, mengaku dosa, dan berdoa mengikuti intensi Papa Suci, supaya mereka dapat indulgensi dari Tuhan dan dapat masuk surga kelak“.
Kesimpulan:
Tujuan hidup kita di dunia ini sebenarnya menjadi orang kudus, Tuhan menunggu kita semua untuk kembali padaNya, melalui sakramen baptis yang telah kita terima otomatis sudah menjadi orang kudus, tetapi prosesnya luntur dan hilang kekudusannya di tengah jalan, karena kelemahan kita sebagai manusia, tetapi hari raya orang kudus ini mengajak kita untuk mengingatkan kita kembali bahwa, tujuan kita sebenarnya di dunia adalah menjadi orang kudus.
Hari raya arwah (finadu) ini sangat penting bagi kita, karena kita berkonektivitas dengan masa lalu kita dari nenek moyang kita yang telah berlalu. Saat-saat yang tepat untuk mengenang mereka kembali bahwa keluarga kita berasal dari nenek moyang mana, saat yang tepat untuk merefleksikan yaitu di hari raya finadu ini. Mengenang mereka dengan pesta pora, makan ketupat, minum sopi itu baik, tapi jangan lupa berdoa pada mereka yang telah mendahului ita. Karena suatu saat nanti kita mati orang lain yang masih hidup akan mendoakan kita juga, di kala kita meninggalkan dunia ini. Karena kita semua akan mati seperti mereka, kapan, dimana dan bagaimana kita belum tahu?
by prof.EdoSantos’24