Oleh: H. Tammasse Balla*

Ibu adalah mata air yang tak pernah kering di padang gersang kehidupan. Kasih sayangnya mengalir bak sungai yang menemukan jalannya sendiri, tanpa mengharap kembali. Ia hadir tanpa diminta, namun selalu ada ketika dunia terasa sunyi. Di wajahnya terpahat kelelahan yang tidak ia keluhkan, hanya senyum yang menjadi penawarnya. Ia adalah pelukan hangat ketika dingin menyelimuti jiwa. Hari ini, kita mengenangnya, bukan dengan kado biasa, melainkan dengan syukur yang mendalam.

Engkau, wahai Ibu, adalah daun yang meneduhi ketika mentari terlalu terik. Tubuhmu mungkin rapuh, namun hatimu adalah dinding kokoh yang menahan badai demi anak-anakmu. Engkau tidak pernah meminta penghormatan, hanya memohon agar kami bahagia. Pada hari ini, kami ingin memberi kado sederhana, bukan berupa perhiasan yang berkilau, melainkan doa yang lahir dari lubuk hati. Doa agar engkau tetap kuat, tetap tersenyum, tetap menjadi cahaya di hidup kami.

Apakah ada hadiah yang sebanding dengan peluh yang kau teteskan saat membesarkan kami? Tidak ada! Dunia mungkin menjanjikan keindahan, tetapi tak satu pun seindah pengorbananmu. Kami sadar, setiap langkah kami adalah lantunan doa yang kau bisikkan dalam malam-malam panjang. Hari ini, dalam genggaman tangan kami, terbungkus kado sederhana: ucapan cinta yang mungkin belum sering kami sampaikan.

Ibu, kau adalah embun pagi yang menyegarkan dedaunan. Kau adalah napas pertama yang membangunkan kehidupan. Jika aku bisa menggambarkan cintamu, ia adalah samudra tanpa pantai, angin tanpa akhir, dan cahaya tanpa gelap. Namun, apakah cinta perlu digambarkan? Tidak, cinta itu adalah dirimu, Ibu. Kau yang memberikan segalanya, tanpa pernah meminta apa-apa.

Hadiah ini, Ibu, adalah caraku mengucapkan terima kasih atas segala yang tidak dapat terbalaskan. Setiap helai bunga yang kutata hari ini, tidak akan cukup untuk menggambarkan rasa syukurku. Setiap kata yang kutulis adalah butiran kecil dari lautan kasih yang telah kau berikan. Hari ini, Ibu, biarkan aku menyeka air matamu, seperti kau menyeka air mataku dulu.

Dalam matamu, aku melihat dunia yang penuh cinta. Dalam langkahmu, aku belajar arti pengorbanan. Dalam senyummu, aku menemukan keberanian untuk menghadapi hidup. Hadiah hari ini adalah pengingat bahwa kami, anak-anakmu, ada di sini karena cintamu. Bukan kemewahan yang kami berikan, tetapi pengakuan akan arti pentingmu yang tiada tara.

Ibu, jasamu tiada tara. Hari ini, biarkan waktu berhenti sejenak untukmu. Biarkan dunia mengenalmu bukan hanya sebagai Ibu, tetapi sebagai malaikat tanpa sayap. Kau adalah titisan kasih Allah di dunia fana ini. Kau tidak memerlukan hadiah besar, karena kau sendiri adalah anugerah terbesar bagi kami. Hari ini, kami bersyukur untukmu, selamanya. Spesial pada momentum hari ini, buat Bundaku Hj. Asia Balla yang telah kembali ke pangkuan Allah Swt., Al-Fatiha.

*Akademisi senior Universitas Hasanuddin Makassar

(Visited 23 times, 1 visits today)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.