Oleh: Artati Latif
Cahaya remang dari lentera tua memantul di sudut ruangan, menari-nari dalam keheningan malam. Seperti cahaya itu, ibuku adalah sinar terang yang tak pernah pudar, menyinari setiap langkah hidupku. Ia adalah pahlawan tak bertepi yang menjadikan kehidupan ini lebih berwarna. Jasanya yang mengalir begitu tulus, selalu abadi dan tak akan tergantikan oleh apa pun.
Ibuku, sosok terhebat yang pernah ada dalam ragam hidupku. Dia adalah sumber semangat yang membakar api kehidupan di dalam diriku. Namun, kini, tiap kebahagiaan yang kurasakan bersama ibu lainnya hanya menyisakan rasa pilu. Sudah tiga tahun lamanya, kami ditinggalkan oleh beliau yang menjadi pelita di kehidupan keluarga ini.
Waktu itu, saat tulang-tulangku hampir remuk dan menghujam kesedihan yang begitu mendalam. Hari Jumat yang kelam, pada tanggal 23 Juli 2021 dini hari, dunia kami kehilangan kepingan hati yang paling berharga. Ibuku, yang begitu hangat dan penyayang, menghembuskan napas terakhirnya di pangkuan sang ayah.
Antara keterkejutan dan ketidakpercayaan, hatiku menjadi belantara yang penuh duka. Terlalu cepat, terlalu tiba- tiba, Ibu meninggalkan kami. Rasanya belum siap untuk melepaskan beliau, belum siap untuk merelakan kepergian sosok yang begitu penting dalam kehidupan kami. Seakan- akan waktu tidak memberikan kesempatan untuk merangkai kenangan lebih banyak, untuk menunjukkan sejauh mana kami mencintainya.

Tak terasa, setiap kenangan tentang ibu memicu air mata yang tak terbendung. Kerinduan yang mendalam menggelayuti hati ini, mengejar bayang-bayang kasih sayang yang kini tinggal dalam kenangan. Ada penyesalan yang menghantui, karena belum sempat membahagiakan ibu sebagaimana ia bahagiakan kami. Ibu telah pergi, meninggalkan kami untuk selama-lamanya.
Aku yakin, di sisi Tuhan, ibu adalah penghuni surga. Semasa hidup, tidak pernah satu pun raut wajah ibu tercoreng oleh amarah, bahkan saat kami, anak-anaknya, berlaku rewel. Ibu selalu bersabar, lembut dalam setiap tutur katanya ketika menghadapi kami yang seringkali terjebak dalam gelombang masa remaja.
Hanya doa yang terus kami panjatkan, semoga ibunda tercinta mendapatkan kedamaian di surga-Mu, ya Allah. Aamiin ya robbal alamiiin. Cahaya lentera tua itu, meski sudah meredup, kini menjadi saksi bisu bagi kenangan tentang kepergian ibu yang senantiasa terukir dalam hati.