. “Konflik adalah proses komunikatif yang melibatkan perjuangan untuk mendapatkan pemahaman dan pengakuan.”
(Habermas, 1981)

A.Sekiləs Tentang Júrgen Habermad
Jürgen Habermas adalah seorang filsuf dan sosiolog Jerman yang lahir pada tanggal 18 Juni 1929 di Düsseldorf, Jerman. Ia adalah salah satu tokoh penting dalam teori kritis dan teori komunikasi. Berikut beberapa informasi tentang Habermas:
1). Kehidupan Awal dan Pendidikan
- Habermas lahir dalam keluarga yang terlibat dalam politik dan intelektual.
- Ayahnya adalah seorang direktur perusahaan dan ibunya adalah seorang guru.
- Habermas belajar filsafat, sosiologi, dan ekonomi di Universitas Göttingen, Universitas Zürich, dan Universitas Bonn.
2). Karir Akademik
- Habermas menjadi profesor filsafat di Universitas Heidelberg pada tahun 1961.
- Pada tahun 1964, ia menjadi profesor sosiologi di Universitas Frankfurt.
- Habermas adalah salah satu tokoh penting dalam Sekolah Frankfurt, sebuah kelompok intelektual yang berfokus pada teori kritis.
3). Karya dan Teori
- Habermas dikenal karena teorinya tentang tindakan komunikatif, diskursus demokratik, dan teori kritis.
- Karyanya yang paling terkenal adalah “The Theory of Communicative Action” (1981) dan “Between Facts and Norms” (1996).
4). Penghargaan dan Warisan
- Habermas menerima banyak penghargaan atas kontribusinya dalam bidang filsafat dan sosiologi.
- Ia dianugerahi Penghargaan Pangeran Asturias untuk Ilmu Sosial pada tahun 2003.
- Habermas masih aktif dalam kegiatan akademik dan intelektual hingga saat ini.
5). Júrgen Habermas merupakan pemikir Teori Konflik Modern :
Jürgen Habermas dimasukkan dalam kategori konflik modern karena beberapa alasan:
Alasan Utama
- Fokus pada Konflik Modern: Habermas fokus pada konflik modern yang terjadi dalam masyarakat kontemporer, seperti konflik antara kelompok-kelompok sosial, konflik antara negara dan masyarakat sipil, dan konflik antara budaya dan identitas.
- Analisis Konflik dalam Konteks Modernitas: Habermas menganalisis konflik dalam konteks modernitas, termasuk perubahan sosial, ekonomi, dan politik yang terjadi dalam masyarakat modern.
- Penggunaan Konsep-Konsep Modern: Habermas menggunakan konsep-konsep modern seperti “diskursus”, “komunikasi”, dan “deliberasi” untuk menganalisis konflik modern.
- Fokus pada Solusi Konflik melalui Diskursus: Habermas fokus pada solusi konflik melalui diskursus dan deliberasi, yang merupakan karakteristik dari konflik modern.
Karakteristik Konflik Modern
- Kompleksitas: Konflik modern memiliki kompleksitas yang tinggi, melibatkan banyak aktor dan faktor.
- Globalisasi: Konflik modern seringkali memiliki dimensi global, melibatkan negara-negara dan aktor-aktor internasional.
- Diversitas: Konflik modern seringkali melibatkan diversitas budaya, agama, dan identitas.
- Teknologi: Konflik modern seringkali melibatkan teknologi, seperti media sosial dan internet.
Dengan demikian, Habermas dimasukkan dalam kategori konflik modern karena fokusnya pada konflik modern, analisisnya dalam konteks modernitas, penggunaan konsep-konsep modern, dan fokusnya pada solusi konflik melalui diskursus.
B.Pembahasan Teori Konflik Júrgen Habermas
Jürgen Habermas adalah seorang filsuf dan sosiolog Jerman yang mengembangkan teori konflik yang berfokus pada peran komunikasi dan diskursus dalam konflik sosial. Berikut beberapa poin utama dari teori konflik Habermas:
- Konsep Utama
- Komunikasi dan Diskursus: Habermas berpendapat bahwa komunikasi dan diskursus adalah kunci untuk memahami konflik sosial.
- Tindakan Komunikatif: Habermas mengembangkan konsep “tindakan komunikatif” yang merujuk pada proses komunikasi yang berorientasi pada pemahaman bersama.
- Diskursus Demokratik: Habermas berpendapat bahwa diskursus demokratik adalah cara untuk mengelola konflik sosial dan mencapai keputusan yang adil.
- Teori Konflik Habermas
- Konflik sebagai Proses Komunikatif: Habermas berpendapat bahwa konflik adalah proses komunikatif yang melibatkan perjuangan untuk mendapatkan pemahaman dan pengakuan.
- Peran Kekuasaan dan Dominasi: Habermas mengakui bahwa kekuasaan dan dominasi memainkan peran penting dalam konflik sosial, tetapi berpendapat bahwa diskursus demokratik dapat membantu mengurangi dampak negatif dari kekuasaan dan dominasi.
- Pentingnya Partisipasi dan Inklusi: Habermas berpendapat bahwa partisipasi dan inklusi adalah kunci untuk mengelola konflik sosial dan mencapai keputusan yang adil.
- Kritik dan Pengembangan
- Kritik dari Postmodernisme: Habermas dikritik oleh postmodernis karena dianggap terlalu optimis tentang kemampuan diskursus demokratik untuk mengelola konflik sosial.
- Pengembangan oleh Teori Kritis: Habermas’ teori konflik telah dikembangkan oleh teori kritis yang menekankan pentingnya mempertimbangkan struktur kekuasaan dan dominasi dalam konflik sosial.
Perbedaan Teori Júrgen Habermas dengan Pemikir Teori Konflik modern
Berikut beberapa perbedaan antara teori konflik Jürgen Habermas dengan tokoh konflik modern lainnya:
- Perbedaan dengan Ralf Dahrendorf
- Fokus: Habermas fokus pada proses komunikasi dan diskursus, sedangkan Dahrendorf fokus pada konflik antarkelas dan peran kekuasaan.
- Teori Konflik: Habermas mengembangkan teori konflik yang berfokus pada tindakan komunikatif, sedangkan Dahrendorf mengembangkan teori konflik yang berfokus pada konflik antarkelas.
- Peran Kekuasaan: Habermas mengakui peran kekuasaan dalam konflik, tetapi berpendapat bahwa diskursus demokratik dapat membantu mengurangi dampak negatif dari kekuasaan. Dahrendorf berpendapat bahwa kekuasaan adalah faktor utama yang mempengaruhi konflik.
- Perbedaan dengan Lewis Coser
- Fokus: Habermas fokus pada proses komunikasi dan diskursus, sedangkan Coser fokus pada konflik sebagai proses yang memperkuat solidaritas kelompok.
- Teori Konflik: Habermas mengembangkan teori konflik yang berfokus pada tindakan komunikatif, sedangkan Coser mengembangkan teori konflik yang berfokus pada konflik sebagai proses yang memperkuat solidaritas kelompok.
- Peran Kekuasaan: Habermas mengakui peran kekuasaan dalam konflik, sedangkan Coser tidak secara eksplisit membahas peran kekuasaan dalam konflik.
- Perbedaan dengan Pierre Bourdieu
- Fokus: Habermas fokus pada proses komunikasi dan diskursus, sedangkan Bourdieu fokus pada peran kapital simbolik dan kapital kultural dalam konflik.
- Teori Konflik: Habermas mengembangkan teori konflik yang berfokus pada tindakan komunikatif, sedangkan Bourdieu mengembangkan teori konflik yang berfokus pada perjuangan untuk mendapatkan kapital simbolik dan kapital kultural.
- Peran Kekuasaan: Habermas mengakui peran kekuasaan dalam konflik, sedangkan Bourdieu berpendapat bahwa kekuasaan adalah hasil dari perjuangan untuk mendapatkan kapital simbolik dan kapital kultural.
“Kekuasaan dan dominasi memainkan peran penting dalam konflik sosial, tetapi diskursus demokratik dapat membantu mengurangi dampak negatif dari kekuasaan dan dominasi.”
(Habermas, 1984)
Penutup
Demikian secara ringkas pembahasan teori Konflik Modern Júrgen Habermas semoga bermanfaat dan menjadi bagian dari merawat ingatan sosiologi.
Merawat Ingatan adalah sebuah teraphy bagi penulis untuk mereplay kembali teori-teori Sosiologi sejak kuliah S2 di Sosiologi Unhas, dan S3 Sosiologi UNM, saya sangat konsen dan suka materi2 Sosiologi klasik dan modern, hingga 2013 penulis terkena stroke ringan serasa semua ingatan itu ingin ku ulang dengan menuliskan nya kembali, sebagaimana Filsuf Friedrich Nietzsche menyebut Ingatan sebagai sumber kekuatan dan kelemahan.mari merawat ingatan kita agar memory kita sehat.
Makassar, 26 Januari 2025.
Diberdayakan untuk ilmu pengetahuan:

Dr.Sudirman, S. Pd., M. Si.
[Dosen Sosiologi]
Menulis menuangkan konsep pikiran yang ada dalam otak manusia, sekaligus teraphy kesehatan
Jenderal SDM
Referensi Rujukan
Berikut beberapa pustaka referensi yang terkait dengan teori konflik Jürgen Habermas:
Buku
- Habermas, J. (1981). The Theory of Communicative Action. Beacon Press.
- Habermas, J. (1996). Between Facts and Norms. MIT Press.
- Habermas, J. (2001). The Postnational Constellation. MIT Press.
- Habermas, J. (2008). Between Naturalism and Religion. Polity Press.
Artikel
- Habermas, J. (1974). “The Public Sphere: An Encyclopedia Article”. New German Critique, 3, 49-55.
- Habermas, J. (1984). “The Theory of Communicative Action: A Critique of Functionalist Reason”. Social Research, 51(1), 151-174.
- Habermas, J. (1994). “Struggles for Recognition in the Democratic Constitutional State”. Di dalam Multiculturalism: Examining the Politics of Recognition (hal. 107-148). Princeton University Press.
Referensi Online
- “Jürgen Habermas”. Stanford Encyclopedia of Philosophy. Diakses dari (link unavailable)
- “Jürgen Habermas”. Internet Encyclopedia of Philosophy. Diakses dari (link unavailable)
Buku yang Mengkritik atau Mengembangkan Teori Habermas
- Benhabib, S. (1986). Critique, Norm, and Utopia: A Study of the Foundations of Critical Theory. Columbia University Press.
- Fraser, N. (1989). Unruly Practices: Power, Discourse, and Gender in Contemporary Social Theory. University of Minnesota Press.
- Honneth, A. (1995). The Struggle for Recognition: The Moral Grammar of Social Conflicts. Polity Press.