Tak terasa, bulan depan memasuki bulan Ramadan 1446 Hijriyah. Ramadan tahun 2025 ini terasa berbeda dari tahun sebelumnya, pasca ujian bencana banjir bandang pada 10 hingga 11 Februari 2025.

Tidak berhenti disitu, berita tidak menyenangkan atas kebijakan pemerintah mulai dari keterbatasan pembelian gas melon, isu gaji 13 dan gaji 14. batal cair hinga isu pemotongan tunjangan kinerja pegawai negeri sipil, dan isu paling menggemparkan adalah berita kebijakan efisiensi anggaran di sebagian besar Kementerian/Lembaga. Namun sisi lain gemuknya kabinet merah putih kian terlihat njomplang ditengah efisiensi anggaran tersebut. Miris melihat kondisi bangsa kita saat ini.

Himbauan efisiensi anggaran pun merekah ditengah program strategis Pemerintahan Presiden Prabowo Gibran, yakni MBG bagi anak sekolah dan ibu-ibu hamil yang belakangan menuai polemik, hingga memantik unjuk rasa pelajar di Wamena. Ribuan pelajar di Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Provinsi Papua Pegunungan, menggelar aksi demonstrasi menolak program unggulan Presiden Republik Indonesia berupa Makan Bergizi Gratis (MBG) pada Senin, 17 Februari 2025.

Aksi demonstrasi juga digelar
di depan Gedung DPRD Kota Malang, Selasa (18/2/2025). Ribuan mahasiswa menggelar demonstrasi menolak sejumlah kebijakan pemerintahan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka. Aksi ini berfokus pada penolakan terhadap Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 1 Tahun 2025 tentang efisiensi anggaran, yang dinilai tidak memihak kalangan menengah ke bawah (rakyat miskin). Masih banyak lagi aksi-aksi unjuk rasa dari mahasiswa menolak program tersebut untuk disebutkan.

Mudah-mudahan polemik tersebut segera tuntas serta menyenangkan semua kalangan, terutama dari kaum menengah ke bawah.

Masyarakat ekonomi menengah kebawah yang paling berdampak atas kebijakan-kebijakan ini. Masyarakat menengah kebawah yang umumnya dari kalangan ASN dan karyawan swasta bergaji UMR ini sangat merasakan himpitan ekonomi ditengah harga-harga yang terus naik. Kelompok menengah adalah kelompok yang tidak bisa mendapatkan bantuan pemerintah, namun sisi lain memiliki keterbatasan dalam membiayai keluarganya karena harga yang terus naik sedangkan gaji ASN tidak bertambah, justru terpotong pinjaman kredit Bank.

Dari kebijakan efisiensi anggaran besar-besaran yang dilakukan pemerintah pusat, yang dipastikan menimbulkan dampak yang luas di tengah masyarakat. Umat Islam di Indonesia sebaiknya menyambut dan menjalani ibadah puasa Ramadhan 1446 Hijriyah secara sederhana.

Sudah menjadi rahasia umum, setiap menjelang bulan Ramadhan dan Idul Fitri sejumlah komoditas pangan mengalami lonjakan harga.

komoditas pangan yang menjadi perhatian emak-emak adalah telur ayam ras, daging ayam ras, cabai merah, cabai rawit, dan minyak goreng. Ditambah belanja takjil selama ramadhan ini menjadi tantangan tersendiri ditengah efisiensi anggaran, sementara Kabinet Merah Putihnya terbilang lemu.

Kita sudahi kegelisahan warga negara indonesia dengan segala problematikanya. Selanjutnya, mari kita saling memaafkan jelang memasuki bulan ramadhan 1446 Hijriyah.

Menyambut dan menjalani ibadah puasa Ramadhan secara berlebihan sama saja dengan tidak mempedulikan kondisi ekonomi dan psikis fakir miskin yang mungkin ada di sekitar kita.
Ramadhan tahun ini diprediksi akan lebih berat dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, menyusul setelah Presiden Prabowo bersama Kabinet Merah Putihnya menerapkan kebijakan efisiensi anggaran secara besar-besaran. Tinggal lagi bagaimana masyarakat dituntut secara bijak dalam menyikapi kebijakan itu.

Sesungguhnya esensi dari ibadah puasa Ramadhan adalah membantu meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT dengan meninggalkan hal-hal yang dilarang dan melakukan amal shaleh. Puasa membantu kita memahami penderitaan orang lain yang kurang beruntung dan meningkatkan empati kita terhadap masyarakat yang kurang beruntung, sekaligus melatih kesabaran dan ketabahan dalam menghadapi cobaan dan tantangan hidup.

Selama ramadhan membantu kita meningkatkan kedisiplinan dan kontrol diri dalam menghadapi godaan dan tantangan. Puasa membantu kita meningkatkan kesadaran akan pentingnya menjaga kesehatan dan kebersihan. Puasa membantu hambanya meningkatkan rasa syukur atas nikmat yang telah diberikan oleh Allah SWT.

Dari aspek Sosial, dengan berpuasa membantu kita meningkatkan solidaritas dan kepedulian terhadap sesama muslim. Puasa meningkatkan kekompakan dan kesatuan dalam masyarakat. Puasa membantu manusia meningkatkan kebajikan dan amal shaleh dalam masyarakat.

Berpuasa sebagaimana umat Nabi Muhammad SAW berarti menjalankan ibadah puasa dengan menahan diri dari makan, minum, dan hawa nafsu sejak terbit fajar hingga terbenam matahari. Puasa juga merupakan salah satu rukun Islam yang ketiga. 

Puasa memiliki nilai sejarah, spiritual, dan sosial. Puasa juga menjadi sarana untuk meningkatkan ketakwaan, memperbaiki diri, dan memupuk solidaritas sosial. 
Berikut ini beberapa amalan yang dilakukan Rasulullah SAW selama berpuasa: Mengkhatamkan Al-Qur’an, Menyegerakan berbuka puasa, Mengakhirkan sahur, Bersedekah kepada fakir miskin. 
Perintah puasa Ramadan disyariatkan pada tahun kedua Hijriah, tepatnya pada hari Senin tanggal 10 Sya’ban. 
Kewajiban berpuasa juga berlaku bagi umat sebelum zaman Nabi Muhammad SAW. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam QS. al-Baqarah:183 yang berbunyi, “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”. 

Dengan demikian, esensi dari ibadah puasa Ramadhan adalah meningkatkan ketakwaan, empati, kesabaran, kedisiplinan, kesadaran, rasa syukur, solidaritas, kekompakan, dan kebajikan dalam diri kita.

(Visited 10 times, 1 visits today)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.