Oleh: Fani Oscalia
Setiap diberikan kesempatan saat bersamanya, semua kegengsian yang menekan selama ini berusaha aku buang jauh-jauh. Mulai mencoba memeluk dan bermanja sebagaimana dia melakukannya kepadaku dulu.
Tangannya yang halus membelai lembut tubuhku, suaranya yang mendayu menyanyikan sebuah lagu agar aku tertidur dalam gendongan kain buatannya. Dari banyaknya lagu yang pernah tercipta di dunia, semuanya akan kalah dengan lagu yang dinyanyikan Mama saat menidurkanku waktu kecil.
Di saat Mama tidak punya tenaga untuk melakukan semuanya nanti, aku harap bisa hadir dan punya tenaga yang kuat serta hati yang lapang untuk menemani Mama di masa tua. Memandikan Mama, menyuapi makan, dan memakaikan Mama baju yang bersih. Mungkin aku juga akan menggendong Mama seperti Mama menggendong aku pakai kain gendongan. Sambil membawa piring berisi nasi untuk menyuapi Mama, hehe. Persis seperti apa yang Mama lakukan kepadaku.
Aku selalu berdoa agar setiap tetes darah dan air keringat yang mengalir dari tubuhmu di saat mengandung hingga melahirkan aku ke dunia, serta rasa lelah dalam mengurusku hingga besar, diberikan balasan oleh Tuhan Yang Maha Esa dan ditempatkan di surga-Nya.
Untuk anak-anak di luar sana, terlepas bagaimana cara orang tua kita mendidik, perlakuannya yang tidak sesuai keinginan kita, aku harap kita bisa memahami, memaafkan, dan berdamai dengan semua keadaan yang pernah kita lalui bersamanya.
Kita sebagai anak yang belum pernah merasakan menjadi ibu tidak akan tahu bagaimana ibu mengelola pikiran dan perasaannya dalam mengurus semuanya. Bahkan, ibu tidak punya hari libur dan menghabiskan waktu 24 jam untuk mengurus dan melayani keluarganya.
Hilangkan gengsinya, mari mulai jabat, rangkul, peluk, dan ungkapkan semua kata dan kalimat indah itu kepada ibu, sebelum wanita itu direbut Yang Mahakuasa.
I love you, Maa. Walaupun sederhana dan seadanya, ungkapan ini tidak hanya sekadar kalimat yang keluar dari mulutku, tetapi perasaan dan rasa terima kasih yang mendalam yang seharusnya Mama dengar dari anaknya.