Hatiku adalah bunga matahari,
yang tak pernah lelah menanti pagi.
Meski malam panjang menutup langit,
aku tetap berdiri, tak ingin menyimpang sedikit.

Aku menoleh bukan karena lemah,
tapi karena aku tahu arah cahaya.
Pada kasih yang pernah singgah,
pada nama yang masih kusebut dalam doa.

Tak peduli musim menggores luka,
tak gentar meski angin mencabut asa.
Hatiku tetap menoleh padamu,
seperti bunga matahari kepada mentariku.

Kau mungkin pergi, hilang tanpa suara,
tapi cintaku tak pernah buta arah.
Dalam diam, aku tetap menyapa,
dengan harap yang tak mudah menyerah.

Bila nanti cahaya itu pulang,
aku tak akan bertanya ke mana kau hilang.
Aku hanya akan tersenyum tenang,
sebab hatiku tetap padamu, tak pernah bimbang.

Cinta bukan tentang siapa yang dulu datang,
tapi siapa yang tetap menoleh saat segalanya hilang.
Dan aku, bagai bunga matahari yang setia,
akan terus menatapmu…
karena kaulah cahaya itu—
yang kupilih,
yang kutunggu,
yang kucintai dalam doa.

by profa.Elvira P.Xim’25

(Visited 19 times, 1 visits today)
Avatar photo

By Elvira P. Ximenes

Elemen KPKers Dili TL, telah menyumbangkan puluhan tulisan berupa, artikel, cerpen, dan puisi ke BN, dengan motonya, "Mengukir makna dalam setiap kalimat, menghidupkan dunia dalam setiap paragraf", pingin jadi penulis mengikuti jejak para penulis senior lainnya di Indonesia.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.